#chapter 35

412 27 0
                                    

Tidak terasa, satu minggu lamanya satria menjadi sosok yang pendiam. Lawakan serta jahilan kedua temannya tak pernah satria balas. Bahkan, raja dan juga dimas sudah lelah dengan sikap satria yang sebelas dua belas dengan renata.

“ngomong napa sat, jadi bisu lo?” ucap dimas jengah pada sikap satria.

“emang ya, deket tapi gak jadian itu is another level of pain.

“pain,” dimas tertawa dengan kata itu.

Ngomong-ngomong soal rasa sakit, dimas juga dulu sama seperti satria. Di tinggal salah satu mantan terbaiknya membuatnya jadi seseorang yang mati rasa seperti sekarang.

Memiliki banyak kekasih mungkin itu salah satu kebahagiaan yang dimas cari. Aneh, namun nyatanya kebanyakan pacar dimas adalah anak broken home, sama seperti dirinya. Kadang juga dimas sering bertukar cerita dengan pacar-pacarnya yang mengalami kejadian serupa di kehidupannya.

Satria tersenyum tipis, kenapa patah hati membuat hidupnya berantakan seperti ini?

Kenakalannya meningkat berkali-kali lipat dari biasanya. Pulang tak menentu serta sering menonjok teman-temannya yang secara terang-terangan mengejeknya karna patah hati. Ya, dia se-emosi itu jika ada orang yang membicarakannya secara terang-terangan.

Salah satu orang yang pernah kena tonjok satria, yaitu dimas teman terdekatnya sendiri.

Panggilan kepada satria dio bramadya segera menghadap ke sumber suara!

Panggilan kepada satria dio bramadya segara menghadap ke sumber suara!

“noh, di panggil!”

Segera ia bangkit dari tempat duduknya dan melenggang pergi meninggalkan kelas.

Satria tahu kesalahannya apa, sudah lebih dari 1 minggu dia membolos semua pelajaran.

Dampak dari seseorang membuat satria begitu kacau balau. Sikapnya, tutur bicaranya sudah bukan lagi satria yang mereka kenal.

“duduk!”

Duduk disana, satria melihat ada satu surat beserta pulpen dan juga matrai di hadapannya.

Dia, di skors.

“saya gak lagi minta persetujuan orang tua kamu, sekarang tanda tangan surat itu lalu kembali bersekolah nanti, selama kamu merenungkan kesalahan kamu.”

3 hari, satria membaca surat itu.

Apa yang di perbuatnya kali ini? Ia sama saja melanggar salah satu janjinya pada diri sendiri untuk tidak berbuat aneh-aneh selama bersekolah SMA.

Mungkinkah sudah fatal?

“bolos selama 1 minggu dari semua mata pelajaran kamu kira saya diam aja?”

“maaf,”

Hanya itu yang satria balas. Nada bicaranya masih sama, nampak datar di waktu yang bersamaan.

Pandangan kosong serta rahangnya yang sedikit tegang.

“balik ke kelas, selesain mata pelajaran sekarang lalu besok gak perlu datang ke sekolah, mengerti?”

Setelah menandatangani surat itu satria beranjak undur diri dari ruangan bimbingan konseling.

Ia tak lagi meminta pertimbangan ataupun memprotes hal itu, karna ia tau jelas kesalahannya sudah diambang batas.

Istirahat Kedua, satria berada di ruang guru. Ia sedang mengikuti ulangan susulan yang sudah dilewatinya 2 hari yang lalu.

Sayup-sayup terdengar percakapan antara guru senior dan wakil kepala sekolah di meja paling pojok.

“renata pindah, jadi saya minta tolong ibu tika mengajar mapel bahasa inggris ya?”

“untuk sementara saja, penggantinya masih dicarikan kembali.”

Shit, satria tak menduga ia akan mendengar percakapan yang membuat hatinya kembali patah.

Pindah? Yang benar saja!

Bergegas satria mengerjakan semua soal di kertas putih yang terdapat banyak rumus itu.

♪♪♪

Menelfon ke nomor regi sedang satria lakukan saat ini, ia butuh penjelasan.

Halo?

Maaf, reginya lagi keluar sebentar

Suara itu, god! Satria merindukannya.

Dilihat dari nada bicaranya sepertinya perempuan itu sedang bahagia. Nada datar dan dinginnya tak satria dengar dari sambungan telfon itu.

Mata satria merah, menahan sesuatu yang ingin keluar dari sana. Nafasnya sudah tercekat namun ia kembali mengaturnya semaksimal mungkin.

“apa kabar?” pertanyaan pertama yang satria lontarkan kepada renata.

Orang di sana sama terkejutnya, ia tak menduga bahwa nomor asing yang menelfon regi adalah orang itu.

Rasa sesal hinggap di rongga hatinya, renata bisa menebak bagaimana kacaunya keadaan satria sekarang.

Mengumpulkan keberaniannya renata lalu menjawab.

I'm fine, how about you?

Mereka sama-sama merindukan moment ini.

Tarikan nafas kasar membuat renata termenung di tempat, ia sungguh meminta maaf telah menyakiti perasaan satria.

“bisa di dengar dari suara saya kan?”

Satria bingung, ia bingung untuk berbicara apa padanya. Banyak sekali pertanyaan yang bergumul di kepalanya, dan mana yang harus satria tanyakan lebih dulu pada renata?

You look messed up

Ucapan renata di sebrang sana membuat satria terkekeh miris, dia sudah bisa menebak keadaan satria rupanya.

“cause you leave me alone.” balas satria cepat tanpa bertele-tele, nada bicaranya juga terlihat bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

Renata menahan semuanya, ia bingung untuk membalasnya.

Sorry

Lalu, sambungan terputus.

Sungguh! Satria tak menduga bahwa renata akan berucap seperti itu lalu mematikan sambungannya dengan sepihak.

Namun nyatanya, mereka berdua saling menahan isakannya satu sama lain.

Dipisahkan dengan cara yang Satria sendiri tidak mengerti apa kesalahannya sungguh membuatnya merasa tersakiti.

Renata pun, merasakannya.

Kesalahannya, serta pengakuannya di malam itu membuat renata pergi melarikan diri dari masalahnya.

Ia sendiri pun tak menduga bahwa dirinya berubah menjadi seseorang yang tak bertanggung jawab, terlebih lagi tak bertanggung jawab dengan perasaan orang lain.

Ya, perasaan satria. Begitu bodoh, renata merutuki semua itu.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang