#chapter 40

452 25 0
                                    

Waktu berlalu cepat, memang. Lelaki itu menatap rumah yang dulunya selalu di penuhi dengan canda tawa dan segalanya, dan sekarang rumah itu sudah kosong.

“satria, udah?”

Satria menghela nafasnya pelan, masih terus memandangi rumah itu tanpa berkedip.

“bang?” zevanya mendaratkan tangannya di bahu satria.

“berat ya?” lelaki itu tak menjawab maupun mengangguk, ia seperti kehilangan nyawanya hari ini.

Zevanya mengisyaratkan sang bunda untuk turun tangan dalam hal ini, gadis itu memandang wajah sang kakak dengan sendu. Zevanya tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

“ikhlasin ya?”

Satria membalikkan badan saat tubuh sang bunda sudah berada di hadapannya, menghalangi pandangan lelaki itu.

“bun, gak bisa disini aja? Satria harus ninggalin temen-temen, raja, dimas, sama..”

“renata?”

Satria diam tak menjawab pertanyaan yang diberikan sang bunda.

“kita kan udah bicara semalam? Kata kamu, kamu gak keberatan sama sekali soal hal itu.” wanita paruh baya itu mengusap rambut satria dengan gerakan pelan.

“tapi..”

“anak laki-laki bunda bukan orang yang pernah ingkar janji, katanya janji mau buat bunda bahagia abis ini?”

Satria bergeming, matanya menatap wajah ayu sang bunda yang masih saja cantik di usianya sekarang. Ia rasa untuk kali ini keputusannya tidak akan salah.

“iya, satria janji.” Final lelaki itu akhirnya.

Bunda memeluknya erat, satria membalasnya dengan pandangan yang masih tertuju ke arah rumah lamanya. rumah tempat tinggalnya selama ia masih bayi, tempat kenang-kenangannya bersama sang ayah dulu.

♪♪♪

“kenapa harus malang? Ada apa di malang?”

“ada masa depan saya, tante.” Zevanya meniru video yang sedang viral di tiktok itu.

“jodoh, jodoh. Sekolah dulu yang bener!” Satria mencibir adik perempuannya itu.

“bun, abangnya nih!” adu zevanya kesal.

“satria!”

“ck, cepu lo. Awas jangan deket-deket  gue!”

“oh ya bang, mau kuliah dimana?” tanya zevanya saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di rest area.

“di bandung.”

“lah? Kan—”

“ya di malang lah!” jawab satria menggebu-gebu.

Zevanya menggerakkan bola matanya ke arah kanan, “nanti gue gak bisa ketemu elang dong.” Gumamnya tanpa sadar.

Satria terkejut, segera ia menggerakkan posisi tubuhnya untuk menghadap adik perempuannya itu.

“elang mana?”

“ya..elang..”

Satria memandangi gelagat aneh dari adiknya saat menyebutkan nama elang, wajah gadis itu sengaja di alihkan ke samping untuk menutupi wajahnya yang tengah malu.

“jangan bilang, elang temen gue?” tebak satria.

“ah, apaan sih bang! Ngapain jadi bahas elang.”

Mata lelaki itu menyipit, “kan lo duluan?”

Satria masih memandangi wajah adiknya, “jangan sama elang,”

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang