#chapter 31

365 29 0
                                    

“AYO DASINYA MANA?!”

“KAMU KESEKOLAH MAU MAIN APA BELAJAR?! BAWA BUKU KOK CUMAN SATU!”

“MANA LAGI YANG SERAGAMNYA GAK DI PASANG BET SEKOLAH?!”

“KAMU MAU KE CLUB? ROK SPAN BAJU NGETAT KAYA MAU DI SEWA OM-OM!”

“LAKI-LAKI MAJU KEDEPAN YANG PAKAI CELANA CUTBRAY!”

“RAMBUT LAGI INI WARNA MERAH!! MAU KEMANA NENG?! KALO MAU WARNAIN RAMBUT TAU KONDISI YA!”

“KAMU BUKAN ANAK TK LAGI! IKAT PINGGANG KOK GAMBAR IRONMAN!”

“KAOS KAKI GAK ADA WARNA LAIN SELAIN WARNA PUTIH!”

“TUKANG CUKURNYA CUTI YA? SAMPAI 2 BULAN GAK KAMU POTONG-POTONG GINI. MAU KAYA LIMBAD KAMU?!”

“SEMUANYA YANG KENA HUKUM SILAHKAN BERDIRI DI SEBELAH TIMUR!!”

Kembali pada minggu sekarang, dimana peraturan ketat di sekolah dijalankan.

Hari senin lebih tepatnya, murid yang baru saja datang terlambat di periksa satu-satu dari ujung kaki hingga kepala tak ketinggalan semua tas yang berisi benda-benda tak berkepentingan di sita habis oleh guru piket di sekolahnya.

Renata— kebagian memeriksa anak kelas 12 dimana kebanyakan murid laki-laki. Satria salah satunya murid itu.

“silahkan ke sebelah timur untuk yang saya periksa tadi!” ucapannya datar namun terkesan tuntutan di dalamnya.

Renata menatap tajam 3 orang perempuan yang biasanya menjadi pentolan sekolah SMA bakti mulia, ia mengutarakan kalimat pedas pada ketiga gadis muda itu.

“mau ngelonte? bukan di sini tempatnya.”

“kamu!” renata menunjuk 2 orang dari ketiganya.

“dan kamu, ikut saya setelah upacara selesai. Silahkan kalian bertiga ke arah timur.” perintah mutlak renata ketiga gadis itu jalankan, selain bermulut pedas renata ini sangat tegas saat memerintah.

Satria yang melihat ketegasan renata seketika tersenyum senang, ah bahagianya melihat pujaan hati di depan mata..

Atensi renata tertuju pada Satria yang tengah memasang senyum sok manis padanya.

“kamu!” tunjuk renata pada satria.

Seluruh kelas 12 memperhatikan kejadian tersebut.

Satria menunjuk dirinya sendiri, merasa terpanggil oleh renata. “saya bu?” tanya satria. “iya.” hanya itu jawaban yang renata berikan.

Selanjutnya, ia menghampiri satria memegang ujung rambut lelaki itu dengan sedikit kasar, “gak potong rambut? Silahkan temui saya setelah selesai upacara.”

Glek, tentu gugup saat ada sensasi aneh di dalam hatinya saat renata menyentuh rambutnya, walaupun terkesan sedikit sakit karna renata memegang rambut satria seperti jambakan, itu tak masalah untuknya. Satria malah senang karna renata memegang rambutnya sebagai tanda hukuman.

Rambut satria tak terlalu gondrong jika di perlihatkan dengan jelas, namun saat poni itu ia tata dengan sedikit acak membuatnya terlihat lebih panjang dari biasanya.

Gaya rambut satria berubah-ubah setiap minggunya, kadang teman-temannya yang lain menyebutnya si bunglon karna selalu menyerupai orang lain jika sudah merubah gaya rambutnya sedemikian rupa. Karna beda model rambut pasti wajah ikut berubah.

“bu renata modus sama lo tuh,” disebelahnya dimas berbicara setengah berbisik pada satria.

“emang.” jawab enteng satria.

“selangkah lebih depan nih gue dari si barbar!”

♪♪♪

Ruangan bk hari ini penuh, sisanya di pisahkan oleh bu mimi menuju ruangan guru piket lainnya.

Satria dan dimas kebagian di ruangan  renata begitu pula dengan teman sekelas yang terkena hukuman.

“duduk di bawah!” titah renata.

Ternyata mengatur murid kelas 12 sangat susah, renata mengalami hal itu. Apalagi saat murid laki-laki yang masuk ke ruangannya bermain-main dengan figura yang berada di meja ataupula dengan kursi yang bisa di putar-putar turut juga di mainkannya.

Tak luput dari pandangan renata, satria juga mengikuti permainan teman lainnya.

“cukup!” renata nyaris berteriak.

Setelah mengatakan itu, semua orang yang berada di ruangan renata menurut patuh padanya.

“sebagian orang bersihin perpus, dan gudang sekolah,”

“sebagiannya lagi sapu halaman sekolah, dan toilet cewe/cowok. Paham?”

Semuanya mengerti akan instruksi renata, tadi juga sudah dipilih siapa orang saja yang berhak mendapat hukuman seperti itu.

“buat yang saya tegur rambutnya silahkan ikut saya.”

Hanya 1 orang yang kena tegur oleh renata, itu satria.

Satria tak bisa menahan senyumnya saat renata mengambil alat pencukur rambut dari laci meja kerjanya lalu berjalan keluar ruangan yang di ikuti oleh satria tentunya.

“duduk disitu!”

Disini lah mereka, di sebelah ruangan perpustakaan yang menjadi tempat cukuran dadakan.

Sial, tadinya satria mengira hanya ia dan renata yang berada di ruangan ini. Dan sekarang lihat?

Murid kelas 10-12 ikut hadir dalam acara cukur-mencukur dadakan.

Di sana juga sudah tersedia pemotong rambut handal, di antaranya pak isman selaku security 1 sekolah, pak ikhsan selaku security ke 2, dan yang terakhir pak samsu yang selalu membersihkan sekolah. Oh, satu lagi personil nya yaitu renata davidson juga ternyata menjadi anggota baru pencukur handal.

“bu, mending di ruangan ibu deh. Disini lihat? Banyak yang ngantri sumpek juga.” ucap satria, bukan itu alasan yang satria maksud namun ia selalu paranoid ketika renata di pandang banyak lelaki seangkatannya. Dasar jelalatan!

“diem kamu, hukuman kok nawar-nawar.” gerutu renata.

“lagian kalau di ruangan saya, nanti jadi fitnah mau?” tanya renata sarkas.

Satria spontan menganggukkan kepalanya antusias. “MAU!!”

“sinting!” balas renata mengambil setengah rambut satria lalu ia miringkan untuk mencukur bagian yang panjangnya.

“kalau jadi fitnah kan nanti kita di kira ada apa-apa, trus berujung ke KUA. biasanya gitu kan?” celetukan satria membuat renata terkekeh kesal.

“mana ada, kalau itu kejadian saya bakalan kabur duluan di jalan sebelum mau ke KUA.” jawab renata di sela-sela aktivitasnya.

“ya gak bisa dong, kemanapun ibu pergi saya harus ikut!”

“ngapain? Gak ada kerjaan.”

“kan ibu masa depan saya, harus saya kejar lah!”

“tau apa soal masa depan?” renata memiringkan rahang satria ke arah kiri guna melihat hasil cukuran rambut yang tadi ia buat.

“nilai kamu aja masih c di pelajaran saya.”

“namanya orang, punya keahlian masing-masing. Berarti saya gak ahli kalau soal pelajaran bahasa inggris. tapi kalau soal ngejar masa depan, saya kayaknya boleh di acungin jempol deh.”

“lihat deh, perubahan yang saya buat.”

“perubahan apa?”

“yang sekarang lebih terbuka ya? Dulu-dulu mana mau nanggepin orang yang gak penting, apalagi mau ngobrol sama anak murid itu jarang ibu lakuin.” satria tertawa di susul kekehan kecil dari renata, dalam hati renata berfikiran yang sama seperti satria.

“saya gak akan kemana-mana satria,”

Saya bakalan terus sama kamu.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang