#chapter 46

502 24 0
                                    

Badannya berdiri kaku disana, menatap putra semata wayangnya yang sepertinya sudah sangat membenci dirinya.

Ayah yang buruk, cibir pria itu dalam hati.

Rasanya sakit, sangat sakit. Saat melihat tatapan matanya yang sudah kosong bak dunianya sudah mulai pergi dari hidupnya.

Anaknya rapuh, dan bagaimana bisa pria itu sama sekali tidak mengetahui perihal hati sang anak? Rasa sakit anaknya timbul kerena dirinya.

“satria..” lirih yesa, langkahnya sedikit mendekati sang anak.

“berhenti!”

Pria paruh baya itu tersentak kaget mendengar teriakkan keras sang anak, yesa tidak marah sekalipun melainkan ia sangat sedih mendengarnya. Satria tumbuh dengan didikannya, satria yang dulunya selalu merengek padanya untuk terus ada di sisinya saat ingin pergi bertugas, satria yang sangat ceria dulunya, satria yang suka sekali bercerita banyak hal padanya. Sekarang sudah tidak ada lagi.

Yesa menyayangkan itu semua. Kesalahan yang di perbuatnya belum seberapa atas kemurkaan satria padanya.

Matanya sudah tidak bisa menampung banyak cairan lagi. Hingga satu tetes air mata itu mengalir dengan deras di kedua mata satria. Ayahnya tidak berubah, ayahnya tetap sama dengan yang pertama kali ia jumpai saat dulu masih kecil. Tapi sikapnya? Ia tidak suka dengan seorang pembohong seperti ayahnya.

“ayah?”

Kedua laki-laki itu menoleh kompak pada suara yang baru saja terdengar di kedua telinga mereka masing-masing.

Zevanya, berdiri disana dengan tatapan yang tertuju pada yesa penuh.

Dalam sekali tubrukan gadis itu sudah memeluk sang ayah erat. menyuarakan rasa rindu yang terpendam lama.

Ayahnya kembali, kembali setelah sekian lamanya.

Satria masih berdiri mematung melihat pandangan yang ada di hadapannya, ia sebenarnya tidak ingin berbagi dengan siapapun, tapi untuk hari ini ia rela membagi hak paten yang dimilikinya dengan adik tiri perempuannya.

Yesa tidak membalas pelukan gadis itu melainkan matanya masih fokus menatap satria dengan tatapan lesunya. Ayahnya tidak menginginkan moment ini, satria tahu itu.

“ayah… ayah masih ingat zevanya kan?” gadis itu selalu mengeluarkan suaranya demi membuat yesa mengalihkan pandangnya dari satria, ia berusaha membuat yesa membalas pelukannya.

Sama sekali pemandangan yang satria tidak ingin lihat. Hatinya seakan menginginkan sesuatu yang tidak di inginkan sebelumnya, karena sejujurnya sifat lelaki itu egois sama persis dengan sang ayah.

Satria mengambil langkah panjangnya untuk berlari menuju pintu kamarnya berada. Di tutupnya pintu kamar dengan pelan, lalu menjatuhkan dirinya di atas ranjang dengan keras.

Mengacak rambutnya frustasi, segera satria masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah lelahnya.

Hari ini terlalu mengejutkan baginya.

♪♪♪

“new york?”

Perempuan di depannya mengangguk kecil membalas, tatapan tak lepas dari adik laki-lakinya.

“satria.. Gimana?”

Renata tersenyum kecil, namanya lagi..

“kenapa? Bukannya udah selesai? Kita nggak ada apa-apa selama disini.” balas renata acuh.

Regi mengusap wajahnya kasar, renata tidak mengerti dengan situasinya. Lelaki disana sudah menunggunya hingga rela menanyakan kabar renata pada regi. Namun hasilnya? Nol besar, perempuan ini masih terlalu takut untuk jatuh cinta kembali.

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang