Renata menjalankan kakinya sesuai dengan petunjuk seseorang yang menyuruhnya kemari, sore hari ini ia seharusnya sudah pulang kerumah. Namun, saat seseorang mengirimnya pesan yang memintanya mengunjungi taman sebelah sekolah tempat ia mengajar, renata langsung mengiyakannya.
“bara?”
Bara aldevian— tersenyum di sana dan menyuruh renata untuk mendekat padanya.
Sedetik kemudian bara memeluk renata erat, bahunya bergetar kuat. Renata mencoba menenanginya, mengusap pelan bahu bara. Setelahnya kembali menjauhkan tubuhnya dari bara.
“maaf,”
Renata tersenyum pedih, bara aldevian salah satu mantan kekasih renata dulu saat baru pertama kali mengajar di SMA tempat bara bersekolah.
2 tahun mereka menjalin hubungan, namun tak ada yang tahu hubungan mereka sama sekali. Iya, renata dan bara backstreet saat itu.
Bara perlahan melangkah pelan mendekati renata.
“tolong..”
“ada apa bara?”
Bara memejamkan matanya sekejap, tak tahan dengan rasa sesak hatinya. Sungguh, saat melihat wajah renata ia kembali mengingat kenangan mereka dulu.
“aku minta tolong sama kamu.. jauhi satria, bisa?” pintanya tanpa beban sama sekali.
Renata membeku di tempat, harusnya sejak awal dia tahu bahwa bara tak akan pernah melepaskannya begitu saja.
Renata menggeleng walau ragu, “satria.. Berarti buat aku, bara.”
Bara mengepalkan tangannya kuat, ia mencoba meredam emosinya.
“aku mohon sama kamu sekali ini aja, re.”
Renata terpaku saat bara menyebut nama itu seperti dulu, rasanya sesak saat kembali mengingatnya.
“aku nggak bisa!” Percuma jika di tahan, renata tak pandai menyimpan luka yang dalam ini.
Mata bara memerah, baru pertama kali membuat wanitanya— ah ralat mantan kekasihnya berteriak marah padanya.
“karna satria mirip seperti dio?” tebak bara dengan mata yang berkaca-kaca.
Renata menggeleng beberapa kali, mencoba menghilangkan semua kenangan-kenangan yang terputar acak di kepalanya.
“karna dio ada di dalam hidup satria, oleh karna itu kamu gak berani tolak dia?”
“waktu kamu sama aku dulu. apa aku juga menjadi seperti dio yang kamu bayangkan, renata?” bara masih terus berbicara tanpa henti, membuat renata menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa henti, wajahnya merah padam menahan tangis.
“wake up, dio udah enggak ada!" seru bara tersulut emosi karena renata tidak membalas setiap perkataannya.
“DIO MASIH ADA!!!”
“DIO UDAH NINGGALIN KAMU SELAMANYA RENATA!! KAMU GAK BISA KETEMU SAMA DIO LAGI!!”
Teriakan bara membuat tangis renata luruh, dio sudah tidak ada? Dia meninggalkan renata?
“dio masih ada di samping aku...” ucap lirih renata penuh keputus asaan.
“itu satria, re..” jawab bara lirih.
“BUKAN SATRIA!! TAPI DIO, BARA!” balas renata dengan teriakan.
Bara tak tahan dengan semuanya, ia kembali mendekap erat tubuh renata di hadapannya. Tubuh mereka sama-sama bergetar hebat.
Di susul dengan kilat di atas langit, hujan turun begitu saja menyisakan luka mendalam bagi keduanya.
Dio yang renata bayangkan sudah tidak ada.
Kata yang renata ciptakan sendiri perlahan-lahan membangunkan kesadarannya kembali.
“dio udah enggak ada..”
Berpuluh-puluh kali renata mengucapkan kalimat itu, namun tak membuat bara gentar melepas pelukannya pada renata.
“dio udah enggak ada..”
“maafin aku,” sama seperti renata, bara menahan isakannya kuat-kuat. Dosa apa yang bara perbuat hingga membuat renata frustasi seperti ini.
“kembalikan dio, bara.”
Bara menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, ini kalimat yang bara takutkan selama renata di sisinya.
“kembalikan dio..”
Renata mendongak dengan matanya yang sembab, tangannya masih melingkar erat di pinggang bara.
“aku mohon,”
Renata tak pernah memohon sebelumnya, pertama kalinya renata mengucapkan permohonan pada seseorang, dan itu bara.
Bara memegangi kedua sisi wajah renata.
“listen to me, dio udah enggak ada.” bisiknya pelan membuat isakan kuat renata menjadi tangis yang mengharukan untuk di dengar.
“dio..”
Renata meracau nama itu setiap detik, bara tak pernah melepaskan pelukannya pada renata.
Satu tetes air mata jatuh, bara mencoba menahannya namun tetap tak bisa. Kenyataannya ini benar-benar menyakitkan.
Bara terpukul saat renata kembali seperti awal mereka putus cinta, namun yang dilihatnya sekarang jauh lebih parah.
“berhenti membayangkan satria itu dio, renata.”
“dan jauhi satria..”
Seseorang yang sedari tadi memantau mereka berdiri lemas di sana.
Satria.
Menatap sendu punggung renata yang menangis kuat di pelukan bara.
Sama seperti renata, rasa sakitnya tak bisa di hilangkan begitu saja.
Dan sebutan dio yang keluar dari mulut keduanya membuat satria menatap ke arah bawah sepatunya yang tersiram air hujan.
“satrio dio bramadya,” gumamnya tanpa sadar.
Sosok lelaki yang membuat satria mengidolakannya sejak kecil.
Sifatnya yang dingin tak tersentuh dan tak pandai bergaul sudah tidak ada di sisinya kembali.
Lama sekali satria tak berjumpa dengan sosok itu.
Satria hanya mendoakan yang terbaik untuknya di sana, biarlah rasa sakit itu ia terima saat dio sudah tidak bisa ada lagi di samping renata.
Kalau itu bisa membuat renata melupakan dio, Satria akan menjauh perlahan-lahan darinya.
Seperti apa yang dikatakan bara tadi.
Ternyata dugaan renata saat itu salah, nama dio yang renata bayangkan bukan sosok satria dio bramadya, melainkan sosok sebenarnya adalah satrio dio bramadya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]
Teen FictionJudul sebelumnya : TRUE LOVE *** Satria awalnya hanya keasyikan menggoda salah satu guru muda di sekolahnya, namanya Renata Davidson. Hingga ternyata ia berhasil terbuai oleh pesona si guru cantik tersebut. Tidak ada yang bisa menebak bagaimana sat...