#chapter 37

365 22 0
                                    

Wajahnya tidak asing sepertinya, dan postur tubuhnya mirip dengan..

Cepat-cepat renata menghampiri pria itu lalu menatapnya dari atas sampai bawah.

"mengenalku, sweety?"

Renata perlahan mendongak untuk melihat wajahnya dengan jelas. Oh satu lagi yang renata simpulkan, betapa tampannya pria ini?!

"i don't think so.."

Sedetik kemudian ia memekik, beberapa orang di sekitarnya menatap interaksi keduanya tanpa perduli apa yang terjadi.

"why you here?" tanya nathan pada renata.

Nathan damian nils, renata cukup mengenalnya di bangku kuliah dulu dan mereka satu kelas saat itu.

"kenapa lo ngehadang mobil gue?" renata memilih mengalihkan pembicaraan daripada menjawab pertanyaan dari nathan.

"kalau lo lupa, lo hampir nabrak gue." nathan berjalan menghampiri mobil yang renata tumpangi dan masuk begitu saja.

"get out from my car!"

"i don't want." Nathan bersikukuh tidak ingin.

"masih keras kepala." ucap renata pada nathan.

Nathan mengedikkan bahunya cuek, lalu beralih menyalakan mesin mobil milik teman lamanya itu, sepertinya ia akan bolos ke kantor saja hari ini.

Begitu melihat renata yang hampir menabraknya, ia jadi semakin percaya bahwa jodoh pasti akan bertemu.

Ya sejujurnya, nathan sudah lama menyukai renata sejak di bangku kuliah. namun ia merasakan cintanya bertepuk sebelah tangan karena renata tak pernah memberikan notice padanya secara cuma-cuma. Mereka terjebak friendzone, lebih tepatnya nathan sendiri yang terjebak. karena renata tak pernah menganggapnya seperti yang nathan dulu fikirkan.

Dan nathan yakin bahwa renata dipertemukan oleh tuhan untuknya. Oh betapa percaya dirinya ia?!

"gue mau ajak lo jalan-jalan disekitar sini, gue tau lo enggak tau dimana tempat wisata yang bagus untuk dikunjungi."

Renata duduk di sebelah nathan yang sibuk mengoceh ria.

Sedikit cerita, nathan dan renata di pertemukan saat bangku kuliah semester 2. keduanya menjalin persahabatan dengan begitu erat. Mereka punya hobi yang sama dan mempunyai karakter yang sama pula. walaupun renata sepenuhnya sudah berubah, tapi sedikit-sedikit agaknya sikap nathan juga ikut berubah di tambah dengan sikapnya yang hampir sama dengan renata.

"lo mau jadi pemandu wisata gue gitu?"

Nathan mengangguk, "iya, kapan lagi gue ketemu sama lo kan?"

"btw, kenapa lo ada disini?" nathan mulai mengendarakan mobil milik renata ke arah restoran favoritnya.

"harus banget gue kasih tau lo?"

Nathan tertawa kecil, sedikit annoying juga ucapan renata ini.

"of course. so tell me why do you here, in new york city?"

"this my hometown, i'm free to visit. Right?"

Nathan mengangguk membenarkan, itu jawaban yang tak salah juga. Karena kota kelahiran renata memang di new york.

"okay, kita sampai."

Renata mengalihkan pandangannya ke  jendela mobil, lalu matanya menyapu pandang kemana mereka sekarang akan singgah.

Sebuah restoran?

Untuk apa nathan mengajaknya ke sini?

"you hungry?" tanya nathan di sela-sela kediaman mereka.

"you can't refuse karena sekarang gue lapar!" nathan keluar dari mobil dan menarik keluar renata untuk menemaninya makan.

"what is the relation?" gumam renata, menatap sinis nathan di sebelahnya.

♪♪♪

Tak terasa minggu demi minggu satria jalani tanpa adanya gairah hidup. Menginjak kelas 12 akhir, ia disibukkan dengan bimbel serta latihan tryout di sekolah. Satria juga sering belajar di luar hanya untuk mendapatkan ilmu baru, seperti sekarang ia sangat suka sekali mengunjungi perpustakaan yang terletak di sebrang sekolah, hanya beberapa meter saja untuk sampai kesana.

“bisa-bisa gue ikutan ambis kayak satria.” raja berucap.

Dimas meletakkan ponselnya pada meja yang tersedia di sana, sedikit menimbulkan bunyi namun ia tak peduli.

“gue juga ketularan ambis, ja.”

“tapi gak papa, gue rela ambis demi ngejar katrin lagi.” lanjutnya lagi disertai senyum tipisnya, fikirannya mulai berkelana jauh.

Satria mendongak, menatap kedua temannya yang sibuk berucap tanpa henti.

“bisa diem gak? Berisik.”

Keduanya diam saat itu juga, satria yang dulu sangat suka bercanda sekarang tidak lagi. Ia tiba-tiba menjadi lelaki dingin, seperti yang kalian tahu sebabnya.

“lo waktu di tinggal katrin gitu gak dim?” tanya raja yang duduk di sebelahnya, matanya melirik satria yang masih sibuk dengan buku di tangannya. ucapannya juga ia pelankan karena takut mengganggu lelaki itu.

“dia lebih parah, gue cuman ke club doang abis itu minum terus pulang.” netranya menatap satria lalu menjawabnya dengan setengah berbisik.

Raja menggelengkan kepalanya heran, kedua temannya jika putus cinta memang sangat gila kelakuannya.

“lo berdua sama aja.” gumam raja.

Satria masih sibuk dengan dunianya, sampai nada dering ponsel menyita perhatiannya.

“hp siapa yang bunyi?” tanyanya pada raja dan dimas.

Keduanya menggelengkan kepalanya kompak, ponsel mereka selalu di silent ketika sedang berkumpul bersama.

“punya gue?” tanya satria pada diri sendiri.

Raja dan dimas mengedikkan bahu, masih enggan mengeluarkan suara.

Lelaki itu masih terus mencari keberadaan ponselnya, sampai pada getaran di saku celananya ia rasakan dan ternyata satria baru menyadari jika ponselnya tadi diletakkan disana.

“ck, pelupa.”

Puluhan telfon hingga notif ia dapatkan saat baru pertama kali menyalakan ponselnya. Dan pesan pertama yang ia baca adalah notif dari sang bunda.

Bunda

Satria, udah pulang? Kalau udah, Ada yang mau bunda omongin sekarang.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang