#chapter 42

439 18 0
                                    

Satria menatap gedung besar di hadapannya dengan tatapan kosong, di dalam hatinya ia selalu berharap.

Semoga, semoga dan semoga hidup barunya tidak sekelam sebelumnya.

Lelaki itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kampus barunya dengan raut wajah datar.

Hari pertama, ia ingat sekali saat baru saja kenaikan kelas 12 mereka— iya mereka, raja dan juga Dimas yang selalu ada di sampingnya. Satria yang tidak membawa dasi dan raja juga dimas yang dengan senang hati menemaninya saat terkena hukuman.

Ah, wisata masa lalu.

Satria tersenyum samar, ingatan itu berputar seiring kakinya melangkah menuju kelas barunya berada.

Teman baru, hidup baru.

Sanggupkah ia menjalaninya?

Satria mulai bergantung kepada waktu, ia sudah cukup terlalu berharap dengan ekspektasi nya. Bahkan waktupun dengan santainya malah mengambil arah yang tidak ia duga sebelumnya.

Keluarga, teman, bahkan kisah cintanya.  Sudah jauh dari hidupnya yang sekarang.

Satria hanya ingin berdamai dengan masa lalunya, ingin berdamai dengan dirinya yang dulu. Dengan dirinya yang terlalu mengejar sesuatu yang seharusnya tak ia pantas kejar.

“anak fasilkom ya?”

Satria menoleh saat sebuah suara menyapanya.

“iya.”

Gadis itu terpekik riang, saat ada satu orang yang tidak ia kenal satu jurusan yang sama dengannya.

“kebetulan gue gak ada temen! Lo maba ya?” ucapnya, masih dengan raut wajah excitednya.

Satria tak menjawab pertanyaan gadis di hadapannya ini, ia justru menelisik penampilan gadis yang di nilai tomboy olehnya itu.

“lo cewek?” ragu satria bertanya. Sedetik kemudian ia merutuki pertanyaan bodohnya.

Gadis itu terkekeh, “ya cewek? Lo gak liat ada sesuatu yang menonjol di dalam diri gue?"

Aneh, apa-apaan cewek ini? Pagi-pagi sudah di buat ambigu dengan kata-katanya yang nyaris tidak masuk otak.

“ekhm, gue duluan.” satria bedeham sebentar lalu berpamitan pergi meninggalkan gadis yang melongo menatap Kepergiannya

“yah, padahal gue cuman mau temenan doang.” gumam gadis itu dengan bola mata sendunya.

Sampai kelas, satria disambut dengan suasana kelas yang hening. hening karena semua orang sama sekali tidak ada yang berinteraksi. Mereka asik dengan dunianya, walaupun ada satu atau dua orang yang mengobrol tapi itu tidak terlihat seperti obrolan pada umumnya yang berisikan canda tawa.

Satria bimbang untuk terus melangkah masuk ke dalam, karena melihat tatapan semua maba di jurusannya menatap penuh ke arahnya ia jadi sedikit takut.

“masuk aja kali!”

Seseorang di belakangnya berseru, mengundang tatapan mahasiswa lain disana.

Satria ingin segera ganti jurusan saja. Gadis itu, walaupun tidak sepenuhnya mengganggu tetapi lihat dengan cara dia bicara dan berteriak tanpa etika.

Satria tidak suka dengan gadis itu.

Lelaki itu menatap sinis gadis yang sekarang sudah bersebelahan dengannya.

Dengan tidak malunya ia berkata, “duduk sama gue yuk! Kebetulan gue belum ada temen disini.”

Satria tidak menjawab, mengangguk pun tidak. Ia hanya berucap di dalan hati jika gadis ini sudah di cap sok asik olehnya.

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang