#chapter 8

609 46 0
                                    

Satria keluar dari lapangan pertandingan yang di sambut teriakan oleh semua supporter dari sekolahmya.

"gila, menang dong! Traktir ya jangan forgot." Perkataan dimas tadi disambut sorakan heboh dari teman yang lainnya.

"harus itu mah, no debat!"

Dimas dan raja melangkah maju lalu merangkul erat bahu satria. Satria tersenyum lebar, bersyukur rasanya hidup di gerubungi banyak teman.

Raja menyikut perut satria pelan lalu perlahan melepas rangkulannya dari bahu satria di ikuti juga oleh dimas.

"stt, minggir lo semua! Itu ada bidadari mau lewat!" seru raja pada teman-teman yang lain.

Semuanya bergeser ke tepi, mempersilahkan renata bertemu dengan satria.

Satria sudah mesem-mesem sendiri di tempat saat teman yang lainnya juga ikut menggodanya.

Renata maju melangkah mendekati satria lalu setelahnya mengulurkan sebelah tangannya.

"congrats." ujar renata padanya.

Satria membalas uluran tangan renata seraya membalas, "terimakasih!" dengan menampilkan senyum terbaiknya.

Walaupun hanya satu kalimat yang keluar dari mulut guru cantik di hadapannya ini selalu mampu membuat satria melted sendiri karena tingkahnya.

Setelah selesai berjabatan, satria di hadiahi teriakan heboh teman-temannya.

Gas lah, bor!!

Jiakhh udah di tandain tuh, jangan jadi PHO lo anyienk!

Yang mau nikung siapin keranda mayat aja wgwgwg!

Makk, anakmu mau gitu juga!

Raja bersandar pada bahu dimas di sebelahnya, ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi satria disana.

Dimas yang baru sadar langsung menarik kepala raja dari bahunya, bisa-bisanya tingkah lelaki ini membuat dimas ingin menarik rambut ganteng raja hingga botak

"jauh-jauh lo sialan!"

"gila ya! Bahu aing ternodai!"

"terus nanti kalau pacar gue mau senderan sama gue bahunya udah gak perawan dong? Gara-gara raja tadi nyender sama gue. YA ALLAH MAKK ANAKMU UDAH GAK PERAWAN!" dimas berteriak dengan kata-kata hiperbolanya, tingkahnya yang sudah mencak-mencak sendiri menbuat para teman lainnya tertawa keras.

Raja dengan sigap menoyor jidat dimas.
"bego di pelihara, emang bahu lo pernah perawan?!" sungut raja.

"gonta-ganti cewe sana-sini, sender senderan sama cewe yang beda beda. Sama aja dari dulu bahu lo gak perawan anying!"

"kok pada bego sih? ngapain ngomongin bahu yang perawan apa engga? Bangsatsss!!" gemas satria terhadap kedua temannya yang sudah kehabisan akhlak.

Bagi yang memiliki akhlak lebih tolong sumbangkan pada nomor rekening di sini.

06282xxxxx

♪♪♪

Waktu selang satria gunakan saat pembina dan pak suep mepersilahkan anggotanya untuk beristirahat sebentar. Karena selanjutnya ada acara jabat tangan antara guru dan murid yang sudah ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini.

Lelaki itu berjalan keluar ruangan untuk menemui seseorang. Tampaklah renata yang tengah duduk di koridor dengan ponsel yang berada di genggamannya segera satria langsung menghampiri.

"hai!" sapa satria dengan girang.

Kepala renata menengadah ke atas saat melihat seorang laki-laki yang memakai kaos hitam beserta calana khas olahraganya.

"ngapain?"

Satria segera duduk walaupun tidak ada di suruh oleh guru di hadapannya ini.

"saya baru berdiri udah di tanya 'ngapain' aja."

Renata memutar bola matanya malas,

"sekarang 'kan kamu udah duduk, bukan berdiri."

"itu tadi, ibu guru cantikk," gemas satria.

Renata tak menjawab pertanyaan satria lagi ampai keduanya larut dalam keheningan yang tak kunjung usai.

"hm.. saya mau bilang makasih tadi, karna udah mau nonton saya." ungkap satria dengan gugup.

Mendengar ucapan satria membuat renata memutar tubuhnya 180°.

"apa?" tanyanya seketika.

Satria menatap renata dengan dahi mengernyit heran.

"apa?" beo satria.

"kamu tadi bilang apa?" tanya kembali renata.

"saya bilang, makasih karna udah datang nonton saya tanding tadi." ucapnya ulang dengan lugas.

Renata tiba-tiba tergelak dengan satria yang memandangnya semakin bingung.

"saya datang bukan buat nonton kamu!" tepisnya, lagi buat apa ia melihat satria tanding?

Perkataan renata tadi membuat satria terdiam kaku di tempat, tubuhnya seolah membuka karena mendengar ucapan perempuan di sebelahnya barusan. jadi wanita di hadapannya ini datang bukan untuk menontonnya? Begitu?

Terlalu berharap rasanya tidak baik, satria.

Membuang rasa malu sekaligus sakit hatinya satria kembali bertanya.

"Terus ibu kenapa ada di sana?"

Renata menghembuskan nafas kasar, "memangnya saya nggak boleh nonton pertandingannya?" tanya balik renata.

Satria diam tak menjawab.

"lagian cuman kebetulan kan? Kamu tadi tanding yaudah saya nonton karna saya emang mau liat pertandingannya, bukan tujuan saya mau liat kamu di lapangan." jelas renata yang sekarang sudah berlalu meninggalkan satria seorang diri di koridor.

Satria tak mencegah renata, ia malah merenung. Masih memikirkan kata-kata renata yang baru beberapa menit terucap jelas di mulutnya dan terdengar jelas di kedua telinga lelaki itu.

Jadi? Cuman kebetulan ya?

Satria hanya terkekeh miris saat sadar dengan kalimat yang tadi renata ucapkan.

Cuman kebetulan kan

Karna saya emang mau liat Pertandingannya

Bukan tujuan saya mau liat kamu

Kata-kata itu kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan tanpa sadar renata sudah pergi meninggalkannya seorang diri.

Menerbitkan senyum tipisnya, satria kembali menyemangati dirinya sendiri seolah kejadian tadi hanya hal yang biasa untuknya.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang