#chapter 6

700 43 0
                                    

“UANG KAS UANG KAS WOI!!” teriak mimi yang kini sedang mengitari meja teman-teman perempuanya.

Sontak, kaum adam berlarian terbirit-birit keluar kelas agar tak di tagih uang kas oleh si mulut mercon alias mimi.

Perempuan itu jika sudah menagih uang kas melebihi para rentenir di luaran sana.

“HEH, MAU KEMANA LO?!” teriak mimi menggelegar keras membuat sisa teman lainnya yang berada di dalam kelas menutup telinganya rapat agar tak mendengar amukan sang betina.

Kecuali dengan satria and the gang, mereka sudah lebih awal keluar kelas.  karna saat jam pertama selesai ketiganya mengintip pergerakan mimi yang ingin mengeluarkan buku agenda keuangan kelas atau yang disebut buku hutang teruntuk para laki-laki di kelasnya.

“sialan tuh mercon! Kuping gue berinfeksi nih jadinya!” geram jery salah satu teman sekelas satria.

“si mimi nagih duit kas berasa kaya bangke anjir!” tambah ilham.

“bangke apaan?” tanya jery tak paham dengan perkataan ilham.

“bank keliling!”

“sial, baru tau gue?”

“harusnya sih dia di daftarin lomba vocal aja, suaranya pas buat audisi yang di tv tv.”

“bah! Itumah jangan di tanya sat. langsung juara 1 dia, ngalahin jodoh gue si lyodra.”

Raja menepis omongan fikri —teman sekelasnya. “halah jodoh lo aja si mamut melehoy!”

“mamut melehoy saha anjir?!” celetuk jery.

“si mamut! Masa lo kagak tau?”

“ya makanya kasih tau.”

“si ayu?” tebak dimas yang sejak tadi menyimak.

“bego banget sia, congorna meni barokah ey!” tawa jery lepas.

“anying, nyeri beuteung!" fikri tertawa tanpa henti.

Ayu marsalita— kelas XI-IPS 5 yang dipanggil oleh teman sekelas laki-lakinya dengan sebutan mamut melehoy.

“naha atuh di panggil melehoy kitu?”

(kenapa di panggil melehoy gitu?)

“urang teu ngiluan siah!” celetuk raja.

(gue enggak ikutan loh!)

“jalannya melehoy!”

“budak bloon! jangan suka body shaming!”

“maafin ya kawan, jangan tiru adegan tidak senonoh tadi.” jery angkat suara.

“sat!” panggil agas dari kejauhan.

“sat, sat, bangsat.” dimas tertawa dengan perkataannya sendiri. Teman yang berada di sana ikut tertawa dengan penuturannya.

“nama panggilan lo nggak ada yang bagusan dikit apa?”

Satria berdecak, puas sekali teman-temannya ini menertawakan namanya.

“biasanya yang suka ngeledekin nama orang, matinya nggak punya nisan.” balas santai satria.

“anjing, dark jokes nggak tuh?!”

“berisik ege, ada si agas. Mohon diam!”

Satria menoleh melihat agas yang sedang berjalan ke arahnya dengan sedikit berlari kecil.

“Kenapa, gas?”

Semua orang yang berada di sana mengarahkan pandangannya serempak kearah satria dan juga agas.

“ketua ekskul bulutangkis di suruh kumpul dulu di lapangan katanya.” beritahu agas pada satria.

“kata siapa?”

“pak suep.”

Satria mengangguk dan segera pamit undur diri dari teman-temannya.

“pamit ya, brok!”

Dimas mengalihkan pandangnya ke arah agas, “kok gue nggak di suruh kumpul juga, sih?”

“emang lo ketua ekskul naon?” tanya agas, ikut menimbrung disana.

“ekskul buaya darat.”

♪♪♪

“Sesuai dengan informasi yang kalian terima. Minggu depan, sekolah kita akan mengikuti acara perlombaan tingkat nasional. Dengan sekolah tetangga yaitu sma graha jaya, kita akan menggabungkan atlet atlet ber-prestasi mau itu perempuan dan laki-laki yang penting akan mewakilkan sekolah untuk kejuaraan nasional. Dan untuk ketua tim ekskul silahkan di mohon untuk menyeleksi anggota yang siap untuk mengikuti lomba, dan setelahnya akan ada acara seleksi kembali dari pembina.” jelas pak suep dengan rinci.

“pak!”

“kenapa, satria? Ada pertanyaan?”

“ketua ekskul dan wakil, ikut mewakilkan juga?”

“iya, itu sudah jelas. Kemampuan seorang ketua ekskul kan dipilih dengan pembina secara betul-betul. Jadinya kamu dan elang harus mengikuti perlombaannya.”

Satria menganggukkan kepalanya mengerti, Ia kemudian melirik elang selaku wakil ketua ekskul badminton.

“siap, suhu?”

Elang tertawa pelan lalu menonjok pelan bahu satria yang berada di sebelahnya.

“ya siap lah, lumayan ada atlet ceweknya juga! Siapa tau dapet 1.” kekeh elang bercanda.

Satria menggelengkan kepalanya, dimas dan elang ini sama saja, Playboy-playboy kelas atas.

Satria adalah seorang atlet badminton saat menginjak bangku kelas satu SMP dulu. Kakak sepupunya juga seorang atlet namun bukan atlet badminton melainkan atlet voly. Ia gemar bermain badminton saat melihat kakak sepupunya sedang berlatih badminton sejak dulu. Entah yang membuat sepupunya itu malah memilih voly daripada badminton. Kelas 1 smp satria tidak bersekolah normal seperti anak seusianya. Melainkan ia di asramakan untuk memfokuskan dirinya agar menjadi atlet badminton.

“ayo, cabut!” ajak elang. Tadi informasi pak suep sudah di dengar oleh 20-an siswa yang menyandang atlet dengan seksama.

Satria dan elang meninggalkan lapangan indoor, setelahnya kembali ke kelas mereka masing-masing.

♪♪♪

“Stop!”

Langkah renata berhenti saat sesosok lelaki  berseragam khas batik sekolahnya sudah berdiri tegak di hadapannya.

“bu,” panggil satria.

Renata tak menyahut ia malah asik meneliti wajah lelaki itu.

“nanti jangan lupa minggu depan nonton saya di lapangan ya!” pintanya dengan binar antusias.

Perempuan itu tidak menjawab lagi, melainkan ia malah meninggalkan satria sendiri di sana.

Satria menatap punggung renata yang mulai menjauh.

“jangan lupa sama kata-kata saya tadi!” satria berteriak dari belakang saat melihat punggung perempuan itu yang terus melangkah tampa berhenti.

Di balik itu renata berusaha mengabulkan permintaan satria.

Entahlah, mungkin karena renata juga suka dengan olahraga bulu tangkis jadinya ia akan berusaha untuk menonton pertandingan yang akan di selenggarakan nantinya.

you didn't fail, satria.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang