Erika akhirnya pulang setelah perbincangan seriusnya mengenai Skylar. Ia berjalan menuju terminal T terdekat yang ada di sana. Sebenarnya ia cukup kesal restoran mewah tempatnya menyantap steak dan beberapa teguk Carbernet souvignon tadi tak memiliki Terminal T sendiri di mana harus membuat pelanggan yang ingin pergi dari sana keluar terlebih dahulu dan mencari terminal T terdekat.
'Ibu, kenapa kita tidak membeli mobil saja?' Ujar Skylar yang saat itu masih begitu kecil. Momen lama tersebut entah kenapa tiba-tiba melintas di benaknya tepat saat ia akhirnya melihat ruang teleportasi ada tak jauh di depannya.
'Mobil?'
'Ya, jika kita punya mobil, kita tak perlu mencari di mana Terminal T terdekat. Aku lebih suka pergi ke mana-mana dengan kendaraan. Kita juga bisa melihat pemandangan.' Jawab bocah berkuncir dua itu sambil memainkan lipatan di ujung skirt mungilnya dengan kemayu.
Ya Tuhan, jujur Erika begitu senang melihat tingkah Skylar yang masih berpikir bahwa dia adalah anak perempuan. Dia sangat menggemaskan. Andai putra bungsunya itu bersedia terus menjadi seorang gadis, melupakan kodrat aslinya, ia pasti bisa sedikit lebih tenang sekarang.
Di dalam cukup hangat saat Erika telah memasuki ruang kubus yang tak lebih luas dari kamar tidurnya itu, cahaya matahari masuk menembus sebagian dinding-dinding kacanya, menambah sedikit pencahayaan. Suasana sunyi sangat terasa dibanding aktivitas jalanan di mana banyak sekali wanita-wanita berlalu lalang dengan android kesayangan mereka, beberapa di antaranya seusia dengan Skylar dan, Nicholas.
Ia terdiam seketika, jemarinya yang tadi hampir mengetuk huruf yang merangkai alamat rumahnya seakan membatu saat satu peristiwa lain tiba-tiba muncul di kepalanya. Nicholas?
Erika ingat benar, kejadian delapan belas tahun lalu yang tak kalah menggelitik relung hatinya tentang saudara Skylar tersebut. Saat itu, Erika yang masih terbaring di ranjang persalinan, langsung menangis haru ketika seorang perawat memberikan Nicholas ke dekapannya. Sesosok bayi mungil yang baru saja keluar dari rahimnya, bocah dengan mata yang masih terpejam. Erika bahkan bisa merasakan detak jantungnya. Semua hal paling menyenangkan yang ia alami seumur hidup, tak sebanding saat ia akhirnya menjadi seorang ibu.
Namun, kebahagiaan itu rupanya segera memudar ketika Regina, mengingatkan akan perjanjian yang ia sepakati sebelum mengikuti eksperimen. Nicholas, tak peduli betapa bahagianya Erika kala itu, mau tak mau ia harus menyerahkan bayi yang bahkan belum satu jam di pelukannya tersebut pada Regina dan para bawahannya untuk menjadi objek penelitian mereka karena diketahui bahwa bayi itu adalah, bayi laki-laki yang sehat.
Keterlaluan. Erika merasa keputusan itu sangat keterlaluan. Ia sempat menolak, namun kesepakatan tetaplah kesepakatan. Ia tak bisa berbuat banyak. Ia sangat syok. Ia bahkan tak memiliki kesempatan untuk menyusui bayi mungil itu.
"Tidak! Kau tidak boleh jadi laki-laki Sky, kau tak boleh jadi apa yang diinginkan mereka. Kau anak perempuanku, kau anak perempuanku!" Erika mengepalkan tangannya kuat. Gejolak hatinya makin tak terbendung. Kenangan buruk akan kepergian NC seperti berhasil menggerogoti akal sehatnya.
'Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mereka setega itu!' Erika meneteskan air matanya jatuh membasahi lantai. Sampai NC besar pun, mereka tak pernah mengijinkannya untuk bertemu secara langsung.
Mereka, Regina dan para ilmuwan lainnya, telah sukses mengambil apa yang paling berharga dalam hidupnya. Ini tak boleh terjadi lagi, ia benar-benar tak akan membiarkan mereka merenggut Skylar seperti mereka merenggut Nicholas yang kemudian.. mereka hilangkan begitu saja?
Erika mengusap air matanya, tak peduli dengan apa yang dipikirkan Skylar, bagaimana pun ia harus tetap bisa mempertahankan buah hatinya yang tersisa tersebut. Bahkan jika harus melakukan hal-hal gila. Sebuah ide mendadak muncul di benaknya jika seandainya saja, Skylar terus menentang keputusan yang telah ia buat tadi soal menjadikannya, anak perempuan sungguhan.
****
"Bayi yang tampan." Lanee mengulurkan tangannya, mengusap sebuah peti mati kaca di mana di dalamnya tersimpan jasad bayi yang diawetkan. Bayi hasil eksperimen Regina dan kawan-kawannya belasan tahun silam.
Ia merasa prihatin. Ia menyaksikkan bagaimana anak itu mati perlahan-lahan setelah dinyatakan bahwa vaksin yang ia kembangkan, gagal bekerja sama dengan sistem jaringan tubuhnya. Satu kesalahan terbesarnya yang takkan mungkin terlupakan ketika dunia berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki.
"Andai ibumu tahu kalau kau sudah mati." Lanee memperhatikan lebih dalam sosok mungil tak bernyawa itu. Keriput yang makin menjadi di kulit tipis sang bayi memperlihatkan betapa seringnya ia masih melakukan tes pada jasad kecil tersebut.
"Dr. Lanee," AndroG03 tiba-tiba memasuki ruangan, membuyarkan semua yang berkutat di pikirannya.
"Ada apa, Andrew?"
"Maaf mengganggu waktu anda, aku hanya ingin berbicara sesuatu."
"Mengenai NC?" Lanee mengangkat tangannya dari permukaan peti. "Bagaimana? Kudengar Regina baru saja melakukan panggilan darurat pada SLP. Apa mereka berhasil? Apa NC sudah kembali ke Laboratorium sekarang?"
"Tidak, belum."
"Oh,"
"Dr. Lanee," AndroG03 ikut memperhatikan jasad kecil di depan mereka. "NC0012, kenapa kau membebaskannya malam itu?"
"Apa kau bilang?"
"Aku mengetahui semuanya. Anda yang membantunya kabur dari sini. Anda diam-diam memberinya jalan keluar. Kenapa anda lakukan itu?"
Lanee mengalihkan tatapannya pada pria buatan itu seketika. "Andrew, aku sama sekali tak tahu apa maksudmu."
"Tolong jangan berbelit, jawab saja kenapa anda membantu NC0012 kabur dari Laboratorium?" Desak AndroG03.
Lanee menghembuskan nafas panjang, ia terdiam beberapa saat sebelum membuka pembicaraan mereka lagi. "Oke. Oke kuakui aku membantu pelarian NC. Aku tak ingin menyiksanya seumur hidup tinggal di sini."
"Itu di luar prose..-"
"Persetan dengan prosedur yang majikanmu buat." Sela wanita itu. Ia menatap humanoid itu lekat-lekat kemudian. "Sekarang aku yang tanya, apa kau sudah menceritakan ini pada orang lain?"
AndroG03 hanya diam.
"Kuperintahkan-jangan. Kau harus jaga, maksudku lenyapkan rahasia ini. Sekarang ikutlah ke ruanganku, aku akan memproses ulang semua data yang tersimpan padamu." Ujar Lanee sambil berjalan menuju pintu.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...