Abby berlari menghampiri NC dan Red, Skylar menyusul di belakangnya. Wajah mereka terlihat senang.
"NC! Dari mana saja kau?!" Tanya Abby.
"Neil." Tegas NC. Sejenak ia melirik pada Red. Memberi sebuah sinyal tentang gadis itu yang langsung dimengerti oleh Abby.
"Oh, maksudku Neil. Neil, dari mana saja kau? Kami mencarimu ke mana-mana."
"Ada pencuri yang mengambilnya tadi." Red tiba-tiba menjawab.
"Pencuri?" Abby memandang NC bingung. Bukan soal pencuri seperti yang baru ia dengar, tapi tentang siapa gadis itu.
"Aku Red." Ujar Red seakan mampu menerawang isi kepala Abby. "Aku tinggal tak jauh dari sini. Kau pemiliknya?"
"Pemilik? Ahm, ya aku pemiliknya, kekasihnya."
"Harusnya kau bisa menjaga kekasihmu. Kau tahu daerah ini rawan dengan pencurian lelakikan? Kau tak boleh ceroboh seperti ini." Ujar Red ketus.
Abby dan NC saling memandang. Seperti bertukar informasi dalam hening. Gadis asing itu, Abby ragu apa ia tak salah dengar. Red cukup kecut untuk orang yang baru pertama kenal. Dan lagi soal pencuri, Abby tak tahu karangan apa saja yang sudah dibuat NC.
"Oke, aku memang ceroboh. Aku salah, lain kali aku akan berhati-hati. Sekarang, Neil," Ia menoleh pada NC, menggenggam tangannya. "Bisakah kita kembali?" Ia menariknya dari sana. Namun NC mempertahankan diri, perlahan bahkan menurunkan tangan Abby tersebut.
"Neil?"
"Kau harus kembali." Ujar Skylar.
"Aku.., aku tak ingin pulang dulu." NC menunduk, raut wajahnya berubah sedikit sayu.
Abby hampir mengucapkan sesuatu lagi, namun segera ia tahan ketika menyadari Red ada di sana. Red yang tahu maksud tersebut, kemudian mengundurkan diri.
"Sepertinya aku harus pergi, ini sudah lewat tengah malam." Ujarnya, ia menoleh pada NC. "Pemilikmu tak mempermasalahkan kau kotor atau tidak, kau tak perlu khawatir. Kau bisa pergi dengannya."
"Tapi,"
"Benar. Kau bisa pulang bersamaku." Abby mempererat gandengannya.
"Senang bertemu kalian, dah." Red tersenyum sebelum berbalik dan beranjak dari sana. Sekilas sebenarnya ia melihat kalau NC tak rela ia pergi.
"NC, kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba pergi meninggalkan rumah?" Abby melepaskan tangannya.
"Tidak apa-apa. Bukankah aku bilang untuk tak lagi melibatkan kalian dalam pelarianku?"
"Jangan konyol, jangan pernah berpikir untuk melakukan apapun sendiri. Kau bahkan belum bertemu dengan ibu." Sahut Skylar.
"Aku tak perlu bertemu dengan ibu."
"Apa?"
"Ibu, kurasa aku tak usah muncul saja di hadapannya. Dia takkan senang melihatku."
"NC, bicara apa kau?" Abby meraih lengan pemuda itu lagi.
"Kau mendengar perbincanganku dengan ibu?" Tanya Skylar.
"Tak sengaja."
"Kalau begitu kau pasti salah paham."
"Tidak, aku tidak salah paham." NC terdiam beberapa saat. Mengungkit itu mendadak seperti mengiris perlahan-lahan hatinya. Kata-kata Erika, mati, lagi-lagi terngiang hebat di telinganya. "Sudahlah, lebih baik sekarang kalian kembali saja. Jangan pedulikan aku. Abby, lakukan apa yang pernah kukatakan untuk menghadapi Regina." NC hampir berbalik ke arah di mana Red pergi ketika Skylar menghadang langkahnya.
"Mati. Kau mendengar ibu mengatakan itu tentangmu kan? Kubilang itu hanya salah paham. Ibu tidak bersungguh-sungguh, percayalah."
"Ibu mengatakannya dengan serius. Kalian tidak sedang bercanda. Ibu bahkan sudah lama mengharapkan itu, berharap agar aku mati seperti anak laki-laki lain." Kata NC. "Dia membenciku, Sky. Ibu kita tak menyukaiku lagi. Aku mendengarnya keluar dari mulutnya langsung, dan dia bersungguh-sungguh saat itu."
"Tidak. Kau salah membaca situasinya. Saat itu dia hanya..-"
"Poin pentingnya adalah, tak ada gunanya aku muncul, oke? Dia takkan senang, dan itu hanya akan membuat kalian terlibat masalah dengan aparat negara. Aku tak ingin menyulitkan kalian. Sekarang tolong biarkan aku pergi." NC menerobos jalannya, berjalan menjauh dari sana.
Untuk sesaat Skylar hanya diam, tangannya terkepal kuat. NC, ia rupanya cukup keras kepala. Melihat sosok kakaknya tersebut yang kian menjauh, bayang-bayang Erika yang frustasi karenanya mendadak muncul sangat jelas.
"NC!" Seru Skylar. "Kau pergi karena itu memang keinginanmu sejak awal kan? Sejak menginjakkan kaki keluar dari gedung Laboratorium, apa yang terbesit di kepalamu pertama kali? Apa kau berpikir untuk bertemu dengan kami? Asal kau tahu, aku dan ibu memperhatikan kehidupanmu selama kau tinggal di Laboratorium. Kau ingin sekali keluar dari sana, kau ingin terbebas dari ini semua, tapi itu untuk kesenanganmu sendiri."
NC berbalik. "Apa kau bilang?"
Skylar mendekati kakaknya, bicara lebih serius. "Kubilang kau hanya memikirkan kesenanganmu sendiri, dirimu sendiri. Benarkan?!"
"Sky!"
"Mati. Setelah sekian lama kau mengenal ibu, apa kau percaya dia bersungguh-sungguh mengatakan itu? Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kau tak pernah mencoba mendalami perasaannya karena pikiranmu sudah terbagi untuk memikirkan bagaimana cara agar kau bisa bersenang-senang sendirian!" Skylar mendorong NC kesal.
Abby menghampiri mereka berdua, menahan Skylar. "Sky, tenanglah."
"Sekarang baik, aku akan menurutimu. Kau boleh pergi, menghilang begitu saja, tak perlu menemuinya. Tapi asal kau tahu, karena kau, hidup kami berbeda dengan orang-orang lain. Rasa kehilangannya akan dirimu mempengaruhi kehidupanku juga! Ia berani mengambil tindakan gila apapun untuk mengatur keseharianku gara-gara kau! GARA-GARA DIA SANGAT MENCINTAIMU, NICHOLAS!" Tegas Skylar, pikirannya benar-benar kalut. NC, pemuda itu membuatnya tak tahan.
Untuk sesaat mereka terdiam, NC tak mengatakan apa-apa. Sementara Skylar mulai kesulitan mengatur gejolak emosinya yang kian memburuk. Erika, Skylar terus saja teringat tentang berbagai hal mengenai ia dan wanita itu di bawah bayang-bayang NC selama ini. Lalu apa, kakaknya dengan mudah mencoba melupakan mereka begitu saja hanya karena ucapan Erika yang melantur? NC bahkan bersikeras dengan cara pikirnya yang memuakkan bagi Skylar.
"Sky, kau mau ke mana?" Seru Abby ketika Skylar tiba-tiba beranjak dari sana.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...