31. DEADLY GAME

793 180 7
                                    

Mereka memanggilnya Giant Star, NC tahu itu jelas bukan nama aslinya. Tapi hanya panggilan yang ia pun setuju jika disematkan untuknya. Sekali lagi, tidak ada wanita yang bisa memiliki badan sebesar dan setinggi itu, kecuali kalau ia kemungkinan adalah hasil eksperimen dari orang-orang seperti Regina. Tapi pertanyaannya, untuk apa?

"Tunggu aku di sini!" Giant Star mendorong NC di dekat sebuah meja bar panjang. Ia lalu melangkah meninggalkannya begitu saja di sana, menghilang di tengah kerumunan para wanita yang tengah bercanda ria, berjoget, bersenang-senang dengan musik yang berdentum kencang seakan ingin merobohkan bangunan yang luasnya berkali-kali lipat dari hall tempat pesta Tina berlangsung.

Sebelumnya, mereka melalui perjalanan dengan berjalan kaki. Tak terlalu jauh, hanya saja terasa lumayan menguras tenaga apalagi Giant Star tak ingin menggunakan Terminal T. NC tak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak tentang keputusan itu. Seperti yang ia dapati di gerbang pemukiman kediaman Erika dan Skylar, searcher telah di pasang untuk melacak keberadaannya. Dan jika Giant Star tadi memilih menggunakan terminal T, mungkin NC dan wanita besar itu telah dikepung oleh SLP saat ini.

Tapi, kemungkinan lain apa yang lebih baik kalau mereka memang tak menggunakan terminal T untuk ke sana? Sekarang NC bahkan berpikir keras tentang apa itu.. Red Hawk.

"Coba lihat, kali ini yang dia bawa adalah bocah kulit putih." Beberapa wanita yang lewat di depan NC melirik pemuda itu sambil mencibir.

NC memalingkan pandang melihat ke arah lain, berpura-pura tak mendengar. Cekikikan dan kasak-kusuk tentangnya oleh wanita-wanita di dekatnya membuat telinganya sakit. Ia menoleh ke arah tempat ia masuk tadi, segera kabur mengingat Giant Star bahkan sama sekali tak mengikatnya adalah ide yang bagus saat ini. Tapi masalahnya, gerbang itu dijaga oleh seorang wanita berperawakan sama besarnya dengan Giant Star. Ia bersiaga di sana dengan sungguh-sungguh, seakan seekor lalat pun tak mungkin terlewat dari matanya.

'Apa-apaan ini? Kenapa hidup di luar Laboratorium begitu susah?!' NC meremas rambutnya. Ia memandang ke sudut-sudut lain.

Dari lokasi yang berbeda, terdapat lebih banyak wanita. Mereka beragam usia, ada yang sepantaran dengan Abby, hingga yang tua seperti dua orang yang ia temui sebelumnya. Dandanan mereka juga beragam, yang paling sederhana hanya mengecat rambut mereka berwarna merah dan menggunakan busana hitam yang ketat. Sementara yang mencolok mengingatkannya seperti tokoh dongeng jahat yang dulu pernah ia imajinasikan lewat karya gambar. Terdapat sayap palsu, tanduk palsu, tato, dan riasan tebal yang mengubur wajah mereka hingga seperti topeng.

NC memalingkan lagi pandangannya. Dari bagian utara gedung, tampak api besar berkobar dengan lidah-lidahnya yang menyambar ke sekitaran sana. Sekali lagi ia tahu itu hanya api palsu, video yang merealisasikan gambar tujuh dimensi berukuran besar, jika api sungguhan pasti hawanya sudah sangat panas di sini. Yang ia tak tahu adalah, kenapa mereka membuat itu? Hanya untuk lebih menghidupkan suasana seperti terbakar? Mungkin ya, tapi apa maksudnya saat tiba-tiba muncul tiga humanoid pria yang diikat di sebuah ujung tiang di mana tiang tersebut meninggi hingga keluar dari kobarannya seperti setangkai bunga api.

Jawaban muncul ketika seorang wanita muda keluar dari kerumunan membawa panah dan busur, mengarahkannya kepada tiga humanoid itu. Wanita berambut toska itu mengukur jarak bidikan sebelum akhirnya ia melepas tiga anak panah sekaligus yang langsung mengenai kepala tiga humanoid pria itu.

Semua yang ada di sana bersorak, meneriaki kemahirannya. Beberapa angka langsung muncul di tengah-tengah gedung, score yang meyakinkan NC kalau mereka sedang melakukan permainan.

Lima humanoid dari dasar kobaran api muncul menggantikan tiga humanoid sebelumnya yang bisa dipastikan rusak parah. Sementara tampilan score tadi menghilang dan digantikan angka lain seakan itu adalah tingkat level berikutnya yang harus diselesaikan oleh gadis itu. Tak menunggu sorak sorai penonton selesai, gadis berambut toska tersebut kembali bersiap dengan busurnya, ia memperhitungkan bidikan sebelum melepasnya hingga lagi-lagi, anak-anak panah yang ia tembakan langsung mengenai kelima humanoid itu, kali ini di bagian dada.

Aliran darah NC seperti tak bekerja baik, suara sorak sorai yang kembali mengalahkan dentuman musik akan kemenangan itu membangunkan bulu kudunya. Sebenarnya, bukan hanya permainan panah itu saja yang dilihat NC. Ada lebih dari tiga permainan lain ikut membakar suasana di lokasi yang tak jauh. Satu di antaranya adalah permainan adu gulat. Dan yang bertanding di sana adalah seorang wanita melawan humanoid pria. Tapi itu bukan humanoid yang dibuat khusus untuk permainan tersebut. Hanya Humanoid cinta seperti milik Carrie, Lou. Sementara si wanita tampaknya seorang profesional, badannya dipenuhi otot dan wajahnya sangat garang. Dan ketika suara tembakan terdengar tanda permainan di mulai, si wanita segera menyerang humanoid itu dengan ganasnya. Ia mengangkat robot pria itu lalu membantingnya keras, kemudian menduduki badannya, mematahkan tangan-tangannya, dan yang terakhir yang membuat NC sangat ngilu adalah, wanita itu sambil berteriak mencengkram kepala humanoid tersebut lalu menariknya hingga terputus dari badannya. Sekali lagi sorak sorai seperti meluluh lantahkan bangunan tersebut.

NC berdiri dari kursi, beranjak pergi. Kini ia tahu alasan Giant Star membawanya kemari. Mereka berpikir kalau ia adalah humanoid dan seperti yang dikatakannya pada dua wanita sebelumnya, NC bisa membuat anggota Red Hawk yang lain senang jika dibawa ke tempat perkumpulan. Untuk apa? Untuk dijadikan target kehancuran permainan-permainan mereka yang bar bar! Tindakan mereka pada humanoid yang sejak tadi NC lihat adalah humanoid pria, seakan melampiaskan dendam lama terhadap kaum pria, dan itu membuatnya hampir terkena serangan jantung.

NC tak sempat memutar otaknya menemukan jawaban kenapa mereka seperti itu, karena selain ia harus menemukan jalan keluar terlebih dahulu, mendadak langkahnya tak sengaja menabrak seseorang yang berdiri di sana.

"Kau?" NC mendongak, orang itu tinggi dan besar.

"Mau ke mana kau?" Giant Star memandangnya tak senang. "Bukankah aku menyuruhmu menunggu di sana?!"

"Aku..a..-"

"Sekarang giliranmu." Giant Star mengangkat badan NC, meletakkannya ke pundak, membawanya menuju arena.

"Tidak tidak, aku sedang tak ingin bermain apapun dengan kalian, oke?!" NC memukuli punggung wanita itu, menarik-narik bajunya. Namun serangannya tak berpengaruh apa-apa.

"Bisakah kau tenang?" Giant Star mengguncangnya sejenak.

"Tolong turunkan aku, aku bilang aku tidak ingin melakukan permainan apapun dengan kalian, di sini!" NC menarik rambut wanita itu, menjambaknya sekuat tenaga hingga membuat Giant Star terdongak dan mengerang. Ia bahkan berpikir untuk memukul, bertarung dengan si wanita-raksasa ini secara jantan, tidak, secara betina. Melakukan perkelahian jika memungkinkan, atau jika ia benar-benar berani.

"Berhenti melawanku!" Giant Star mencengkram tangan NC, melepaskan tarikan rambut itu. Ia sangat marah.

"Kubilang turunkan aku!" Seru NC menarik lagi dengan tangan satunya.

Namun dengan kasar Giant Star justru mengguncang badan NC. Pemuda itu merasa seperti di dalam multimixer berkekuatan maksimal. Kepalanya sampai pusing dan perutnya mual. Ia yakin ia bisa muntah jika Giant Star terus menggunakan cara itu untuk menaklukkannya. Tapi untungnya, situasi tersebut tak berlangsung lama, wanita berbadan keras ini tiba-tiba berhenti bersikap kasar. NC ingin memakai kesempatan itu untuk kembali melawan, mengigit telinganya? Apapun jika perhatiannya mendadak tidak teralih pada seseorang yang membuat wanita itu berhenti.

"Turunkan dia, jangan membawanya ke arena." Ujar seorang remaja bermata biru yang sudah ada tepat di depan mereka.

"Tapi dia,"

"Turunkan saja. Jika tidak, kau akan berurusan denganku." Red menekan nada bicaranya, setengah mengancam.

...

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang