01.47 a.mSkylar melewati sensor keamanan yang terpasang tepat di depan pintu rumahnya, membuat pintu seketika terbuka ketika benda itu menerima siapa objeknya. Skylar lalu masuk ke dalam dengan perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Lampu mudroom segera menyala, namun segera mati saat ia menjentikkan jari. Ia kemudian beranjak ke kamarnya sebelum Erika, yang mungkin saat ini sedang terlelap, menangkap basah dirinya pergi meninggalkan rumah tanpa mengatakan apapun dan pulang dengan sangat larut.
Anak lelaki itu masuk ke kamarnya, melepas jacket dan melemparkannya ke atas sofa sambil kemudian berjalan ke arah ranjang. Di cermin, sekilas ia mendapati gambar dirinya masih tersorot binar-binar keceriaan. Bahkan ia sama sekali tak tampak lelah.
Ya, semua itu karena Emma. Selain nasehat singkat yang gadis itu beri, Emma tadi juga mengajaknya berkeliling dan bermain-main sebentar. Mereka hampir menghabiskan dua jam lebih memutari taman sambil bercanda ria, lalu berlanjut menjelajah ke beberapa tempat di sudut kota Sythelhunts. Mereka menyewa sebuah sepeda lama dan berjalan-jalan menikmati gemerlapnya malam, membeli beberapa makanan kecil, menikmatinya berdua sembari saling bertukar cerita-cerita konyol yang pernah mereka alami.
Jujur ini sangat berkesan bagi Skylar. Ia merasa sangat senang, andai waktu bisa lebih panjang, ia ingin terus bermain-main dengan Emma. Menghabiskan tiap menit bersama gadis yang menurutnya bak malaikat tak bersayap itu.
"Darimana saja kau Sky?" Tanya Erika tiba-tiba masuk ke kamar Skylar. Seketika menghapus sosok cantik Emma yang menghiasi pikirannya.
"Ibu?!"
"Katakan dari mana kau sampai pulang selarut ini. Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap di rumah?" Erika berjalan menghampirinya.
"Ibu, aku.. -"
"Apa kau menemui Emma lagi? Sudah berapa kali kubilang, jangan bergaul terlalu jauh dengan gadis itu."
"Sejak kecil aku memang selalu bersama dengan Emma."
"Situasinya berbeda. Pertemanan kalian sekarang, bisa membawa masalah untukmu."
"Emma tidak seperti yang ibu pikirkan. Dia berbeda, dia baik."
"Kau berani beradu denganku?"
"Aku..-"
"Sudahlah Sky." Erika menghela nafas. "Kita sedang dalam masalah. Kakakmu Nicholas menghilang dari Laboratorium, Regina belum mendapat kabar apapun tentang dia, dan Red Hawk berkeliaran di mana-mana, tolong jangan berulah dan membuatku makin cemas. Taati saja semua ucapanku."
Mereka terdiam sebentar. Erika mengeluarkan sebuah botol obat mungil dan mengeluarkan beberapa pil dari dalamnya sebelum melahapnya.
"Ibu, kau mengonsumsinya lagi?" Tanya Skylar.
"Ya. Setidaknya ini lebih dapat menenangkanku ketimbang anak-anakku, laki-laki, yang senang berulah, kau sama seperti Nicholas." Sindir Erika sebelum keluar meninggalkan kamar Skylar dengan acuh.
*****
"Besok adalah hari ulang tahun Tina. Kau harus berlatih berdansa jika kau tak ingin mempermalukanku." Kata Abby pada NC yang hampir satu jam memandangi jendela di kamar Abby.
Situasi jalanan di sekitar gedung tempat tinggal Abby masih dipenuhi beberapa petugas khusus yang masih bolak-balik menghiasi jalanan. NC tak bisa berhenti memikirkan bagaimana cara untuk ia bisa lolos dari masa-masa menyulitkan ini. Ia bahkan berharap semoga tahun ini Eden bisa mendapatkan bayi laki-laki lain sehingga cepat mengabaikan dirinya. Tapi sepertinya tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...