48 SHE IS A BOY

556 137 4
                                    

"Dia adalah anak yang kubicarakan tadi, seseorang yang akan dapat menghibur kalian hari ini." Ujar Red yang langsung mendapat sorak sorai riuh dari semua wanita yang ada di sana.

Red memandang ke setiap arah tempat itu, tak disangka para anggota yang datang dua kali lipat lebih banyak dari terakhir ia mampir.

"Luar biasa." Red berpaling pada Skylar yang telah ia seret ke tengah-tengah arena-gulat, sedikit membungkuk, berbicara padanya. "Kau lihat? Inilah wajah Red Hawk yang aku jamin belum pernah kau bayangkan."

Skylar yang cuma bisa terduduk sambil menahan sakit karena salah satu kakinya telah dipatahkan oleh anak buah Nora, memberanikan diri memandang hamparan manusia di depannya tersebut.

Wanita-wanita itu, mereka tak terhitung lagi jumlahnya. Mereka juga terlihat sangat bersemangat, menyoraki setiap perkataan Red seolah menyalurkan dukungan yang tak lupa melontarkan juga makian yang hanya diarahkan untuk Skylar.

Red berlutut di hadapan Skylar, wujudnya masih sebagai seorang gadis saat ini. "Tidak apa-apa Sky, jangan takut." Ia tersenyum. "Kami tidak akan menyakitimu jika kau, bersedia menjadi milikku. Aku bisa melindungimu. Semua orang di sini akan menuruti apa yang kukatakan, bahkan Nora sekali pun." Red melirik sebentar ke sudut di mana Nora dan orang-orangnya juga tengah memperhatikannya dari tempat VIP yang memang dikhususkan untuknya bila berkunjung ke sana.

Skylar diam, tak ingin menggubris kalimat-kalimat gila Red, ia hanya menggeser diri menjauh sebagai tanda perlawanannya meski cuma itu yang ia mampu.

"Mau ke mana?" Red menahan pergelangan kaki Skylar. "Kau tak dengar apa yang kukatakan barusan? Aku dan semua yang ada di sini tak akan menyakitimu jika kau.. bersedia menerimaku. Kami tidak akan membunuhmu seperti kami akan membunuh kakakmu, Neil. Bagaimana?" Red mendorong Skylar hingga terkapar di lantai, mencekik lehernya. Tidak, tidak benar-benar mencekik, hanya menahan anak itu agar ciuman yang ia lancarkan, berhasil mendarat di bibir Skylar. Perlakuan yang sontak membuat orang-orang semakin riuh.

Namun, Skylar sekuat tenaga mendorong Red. "Menyingkir dariku bangs*t!"

"Apa?" Red seketika terdiam. Tak hanya itu, dari tatapannya Red juga seakan mendapati luapan dalam diri Skylar yang tak menyenangkan, luapan kebencian dan juga, jijik. Tidak, Red tak suka sorotan itu, dan juga makian Skylar barusan.

Remaja itu bangkit berdiri, wajahnya tampak makin geram. "Kau benar-benar tak tahu diuntung Sky, kau menyia-nyiakan peluangmu." Ia berpaling ke penontonnya kemudian, mengarahkan mikrofon mungil itu kembali ke dekat mulutnya. "Aku bingung harus bagaimana memberi tahu kalian tentang ini. Mungkin sebagian kalian sempat bergosip kalau barang yang kubawa ada hubungannya dengan si putra Eden. Dan.. ya, itu benar. Gadis ini memang ada hubungannya dengan buruan kita itu. Atau bahkan, dia juga bisa dibilang.. SI PUTRA EDEN ITU SENDIRI!" Sorak sorai dari penonton yang tadi begitu bergemuruh seketika senyap.

Red berpaling ke arah Nora. "Maaf, ini pasti sangat mengejutkan kalian, terlebih kau, ketua." Red tersenyum bangga. "Kau dan yang lain selama ini salah memprediksi. Eden sebenarnya memiliki dua orang putra. Dan remaja ini, adalah salah satunya." Anak itu mengeluarkan laser pemberian Nora sambil berjalan mendekati Skylar lagi.

Ia menarik rambut Skylar, mencengkramnya, lalu memotong rambut panjang itu dengan lasernya. Segenggam penuh rambut Skylar terpotong, yang kemudian Red angkat tinggi-tinggi di hadapan semua penontonnya.

"INI RAMBUT ANAK LAKI-LAKI SUNGGUHAN!" Red melempar potongan rambut itu ke udara, setiap helainya menjadi perhatian orang-orang di sana, bahkan setelah jatuh ke lantai. Beberapa helai yang tak sengaja jatuh di tepi arena langsung disambar oleh tangan-tangan penontonnya lewat tengah-tengah jaring dan jadi rebutan.

Red kemudian mencengkram dagu Skylar, membuat mereka saling bertatapan. Wajah Skylar yang berpadu dengan rambutnya yang terpotong, entah mengapa menambah daya tarik tersendiri untuk Red.

"Maaf sudah memangkas mahkota indahmu, Skylar Holm." Red terkikik sebelum ia kemudian melanjutkan aksinya, menyambar baju Skylar dan berusaha merobeknya.

Sontak Skylar langsung melawan ulah Red yang makin menggila. Ia mendorongnya kuat-kuat, berusaha melepaskan genggaman Red yang ingin mengoyak pakaiannya tersebut. Namun ketika tulang kakinya yang patah tak sengaja terinjak oleh Red, Skylar langsung kehilangan fokus dan membuat Red berhasil melancarkan aksi brutalnya.

Baju Skylar robek. Semakin parah ketika Red terus menarik, mengoyaknya hingga tak dapat lagi digunakan untuk menutupi badannya. Dada dan perut rata Skylar langsung terlihat di hadapan semua penonton, makin jelas karena lampu yang menyorot di atasnya juga sangat terang.

Red tertawa melihat Skylar yang segera meringkuk. "Kalian lihat? Ia tak memiliki payudara. Dia anak laki-laki!" Red menarik rambut Skylar. "INILAH WAJAH ANAK LAKI-LAKI SEBENARNYA! KALIAN PERHATIKAN BAIK-BAIK!" Red membelai wajah anak itu. "Kupikir, sebenarnya dia lumayan menawankan? Dan hei, coba perhatikan matanya, aku melihat ada kehidupan di sana, kehidupan dari seorang laki-laki." Red merasa menang. Luapan ekspresi kebencian dari Skylar yang tadi sempat tak ia sukai sekarang berubah menjadi putus asa, takut, dan tertekan. Air mata, Red menunggu tetesan pertama itu keluar dari sana.

"Ayo menangis," Bisik Red sambil mendongakkan wajah Skylar lebih tinggi agar tersorot makin jelas ke semua penontonnya. "Apa menurut kalian anak laki-laki juga bisa menangis?" Tanyanya yang langsung memicu kembali gemuruh tempat itu.

Entahlah, jawaban mereka tak terdengar jelas. Tapi bagi Red sendiri, ya, memang. Laki-laki juga manusia, mereka pasti bisa menangis seperti layaknya perempuan. Ini cuma sekedar lelucon agar ia makin menikmati balasan terhadap Skylar karena telah menyia-nyiakan perasaannya.

Red menghapus senyum di wajahnya ketika sebuah celetukan dari beberapa penonton yang berada paling dekat dengan arena mendadak ia dengar. Celetuk yang kemudian memancing penonton lainnya untuk mengucapkan hal yang sama.

"LEPASKAN CELANANYA! TELANJANGI DIA! TELANJANG! TELANJANG! TELANJANG!"

"TELANJANG! TELANJANG! TELANJANG!"

Suara itu semakin lama semakin keras dan seirama, bergemuruh seperti petir.

Red hening sebentar, ide itu memang sudah terlintas di benaknya sejak tadi, menelanjangi-Skylar.

Bocah itu lalu mengangkat tangannya yang satu, memberi isyarat agar semua orang yang ada di sana untuk lebih tenang. Dan mereka pun menurut, meluangkan kesempatan agar Red menyambung kalimatnya.

"Menelanjangi," Red melirik Skylar, anak itu kini menatapnya memohon.

'Tidak, jangan..'

"Ya!" Ujar Red bersemangat. "Jika itu yang kalian mau, aku akan mengabulkannya. Tapi, aku ingin seseorang yang melakukannya." Red memandang ke salah satu sudut arena di mana seorang wanita tinggi besar ternyata sudah menunggu sejak tadi. "Giant Star, maaf kemarin aku merebut tangkapanmu." Ujar Red ramah dengan wanita besar itu yang matanya tak bisa beralih dari Skylar, seolah ada kue berry lezat yang siap untuk disantap.

Red melepaskan tangannya dari rambut Skylar, membiarkan Giant Star mendekatinya. "Buat suasananya makin asik, Lady." Ia menepuk bahu wanita berotot itu sebelum pergi meninggalkan arena di mana langsung terdengar raungan Giant Star seperti hewan buas yang siap dengan aksinya.

Red melewati batas arena ketika sosok Nora tak sengaja ia dapati tampak begitu marah dengan apa yang ia lakukan malam ini. Kenapa? Tidak suka dengan sikapnya sekarang? Bukankah Red Hawk memang bertujuan untuk membunuh anak laki-laki yang berhasil hidup? Apa salahnya bersenang-senang sebentar.

-

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang