34 WHEN I SEE YOU

728 175 10
                                    

Malam makin larut, hiasan bintang tak lagi terlihat di langit karena awan mendung muncul dan menutup sebagian besar wilayah. Hawa dingin pun mulai menyerebak menyentil kulit, seolah mengiringi perasaan Skylar yang tak menjadi baik setiap langkah kakinya menapaki jalanan saat itu.

Red mengambil jarak beberapa meter di belakangnya. Ia tak tahu jelas bagaimana detail hubungan pemuda yang ia ketahui ternyata nama aslinya adalah Nicholas itu, bersama gadis berambut panjang di depannya tersebut. Yang dapat ia simpulkan dari perbincangan mereka adalah, Nicholas ternyata memang bukan humanoid. Foto yang disodorkan oleh anak buah Nora itu benar, dia adalah putra Eden yang hilang, ADM1800. Dan gadis ini adalah saudaranya.

Red tak tahu apakah ia bisa menyebut ini sebuah kebetulan. Bersenang-senang di tempat perkumpulan distrik satu memang tak selalu salah, apapun bisa saja terjadi. Jika ia menuruti Nora untuk tetap mengikuti rapat tadi, mendengar wanita-wanita tua berdiskusi dan saling memberi komentar, ia pasti takkan bertemu dengan si putra Eden. Namun tetap saja, sekeras apapun doktrin yang selalu Nora kumandangkan tentang menyingkirkan bayi laki-laki, sepertinya itu tak terlalu berpengaruh padanya. Saat ini ia bahkan tak merasa perlu membebani diri untuk menangkap seseorang yang sangat diinginkan Nora tersebut. Ia tak ingin malamnya rusak karena ambisi Nora. Ia berani bertaruh, cepat atau lambat mereka juga pasti akan berhasil menangkap si putra Eden itu tanpa perlu campur tangan darinya.

Red berhenti ketika Skylar, seseorang yang dibuntutinya itu berbelok ke sebuah taman kota. Gemerlap lampu warna-warni menghias cantik di sana, menyedot sedikit perhatiannya sebelum ia kembali berjalan mengikuti Skylar yang kini menuju ke sebuah danau mungil di tengah-tengah tempat itu.

Red bersandar di batang pohon yang rimbun. Matanya tak berhenti memantau Skylar yang sudah ada di tepi danau. Meski terlihat tidak dalam situasi hati yang baik, Sky, begitu ia mendengar namanya tadi, entah mengapa remaja itu terlihat-cantik untuk Red.

Rambut panjangnya yang indah melambai terkena angin malam, sementara jenjang tubuhnya yang tinggi dan ideal membuatnya terlihat anggun dan menawan seperti tokoh cantik dalam sebuah lukisan. Andai ia bisa menggambarnya saat ini, itu pasti akan jadi karya yang paling disukainya.

Red menyatukan rambutnya, mengikatnya ke belakang, menyingkirkan sisi feminim dalam dirinya. Entahlah, gejolak maskulin seketika menjadi lebih dominan saat matanya tak mampu terlepas dari Skylar, memacu hebat mutasi gonosome dan hormon testosteronnya hingga tanpa sadar kini membuatnya lebih mirip dengan seorang remaja laki-laki.

Skylar melempar sebuah batu kecil yang ia dapat di tanah sekitarnya ke dalam danau. Tepukkan dari batu yang menghantam permukaan air membentuk sebuah lingkaran yang makin lama makin besar memecah bayang-bayang dari beberapa lampu kota yang terpantul. Andai ia bisa melemparnya lebih jauh, momen kecil itu setidaknya pasti bisa membuatnya puas, puas dan menjadi obat untuk hatinya yang buruk saat ini.

Berharap targetnya terpenuhi, ia pun mencobanya sekali lagi. Namun belum sempat ia mengayun batu yang digenggamnya tersebut, seseorang sudah mendahului dengan lemparan yang dua kali lebih jauh darinya.

"Aku akan mentraktirmu es krim bila kau berhasil melempar lebih jauh dariku." Ujar Red sambil mendekat.

Skylar agak terkejut dengan kehadirannya. Red, ia ingat remaja itu, laki-laki itu? Tidak, dia adalah gadis yang bersama NC tadi, gadis. Tak salah lagi, wajahnya tak bisa menipu, didukung dengan pakaian yang sama persis. Hanya saja yang membuatnya seketika bingung adalah, ia tampak seperti laki-laki sekarang. Laki-laki dengan rambut gondrong yang dikuncir menjadi satu ke belakang.

"Aku androgini." Kata Red seolah mampu melihat apa yang dipikirkan Skylar. Ia tersenyum, tak mempedulikan respon Skylar yang masih tertegun dengan tampilannya. Androgini, tipuan sederhana yang sangat cocok untuknya sekarang.

Skylar berpaling kembali ke hamparan perairan di depannya, menutup ekspresi keheranannya. "Kau mengikutiku?"

"Ya, aku mengikutimu."

"Ada apa? Kau bilang kau harus pergi. Ini sudah lewat tengah malam."

"Tadi aku mengatakannya karena kau dan temanmu sepertinya ingin bicara sesuatu yang serius. Jadi aku menyingkir sejenak." Red melempar batunya lagi, kali ini tak sebrapa jauh dibanding lemparan sebelumnya. "Payah! Aku bisa kalah." Ia melirik Skylar.

Remaja itu hanya diam. Red bisa membaca lewat sorotan matanya kalau ia cemas. Mungkin khawatir apakah Red sempat mendengar pertikaiannya dengan NC tadi.

"Aku membeli makanan kecil di depan gedung teater. Belum sempat menghabiskannya tiba-tiba aku melihatmu keluar dari ujung gang tidak dalam situasi yang baik. Jadi aku mengikutimu." Ia mencoba menghapus kecemasan Skylar. Dan benar, mendengar pernyataannya, Skylar seketika tampak lega. "Jika kau butuh seseorang untuk bercerita, aku punya waktu untuk itu."

"Tidak apa-apa."

"Tapi kau kelihatan murung. Katakan saja, aku akan jadi telinga yang baik."

"Aku cuma sedang, lelah. Aku lelah karena mencari Neil ke mana-mana tadi."

"Jika lelah harusnya kau pulang."

"Aku lebih suka beristirahat sejenak di sini sebelum pulang." Skylar tiba-tiba teringat dengan Emma. Beberapa hari yang lalu mereka sempat bermain-main di tempat itu.

"Kau pasti punya momen-momen mengesankan di sini." Red melangkah dan berdiri lebih dekat pada Skylar. Bayang-bayang mereka terpantul ke permukaan air, memberi kesan seolah mereka adalah dua sejoli yang tengah memadu kasih di tempat itu, Red si pemuda dan Skylar gadisnya.

Red tersenyum mendapati gambar tersebut, itu terlihat manis. Namun Skylar yang makin dibuat kesal dengan pemandangan itu, ia melempar sekaligus beberapa batu di tangannya hingga merusak pantulan tersebut.

"Aku terlalu banyak memiliki momen mengesankan, setiap hari, di mana pun. Termasuk malam ini."

"Maaf jika membuatmu tak nyaman." Red ikut melempar semua batunya. "Oke, tak ada yang kalah atau menang, karena kau sepertinya tak ingin bermain denganku. Tapi, aku tetap ingin mentraktirmu es krim. Aku tahu tempat yang bagus di sekitar sini, mereka bahkan buka sampai lewat tengah malam. Kita bisa bicara banyak di sana, mengenal lebih jauh. Bagaimana? Kau mau ikut?"

...



Note:
Androgini adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang secara fisik dapat merealisasikan sisi feminim dan maskulin sekaligus. (Paling banyak ditemui pada model).

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang