53 SACRIFICE IN MEMORY

1.5K 185 45
                                    


Tiga bulan kemudian


"Dan dia akhirnya tetap mati." Lanee memasuki ruangan itu, berjalan menghampiri Regina yang entah sudah berapa lama berdiam di depan peti kaca tersebut. Peti mati di mana terbaring jasad seorang pemuda yang telah mereka awetkan. "Dia seperti tidur, sleeping-beauty." Sambung Lanee.

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu? Para tetua menunggu hasilnya dikirim akhir minggu ini." Ujar Regina, menyembunyikan rasa kalutnya.

"Pengujian terakhir akan dilakukan lusa nanti, kita masih memiliki banyak waktu." Lanee ikut memandangi peti itu. "Tenang saja. Dia tak sama dengan adiknya. Skylar jauh lebih kuat, seperti Erika. Semua ini akan berlangsung lebih cepat dari perkiraan."

Mereka diam beberapa saat. Entah mengapa setiap ia mengunjungi ruangan itu, rasanya NC ada di sana, dan hidup. "Suatu hari aku berpikir dia akan membuka matanya lagi."

"Dia sudah pergi, takkan kembali. Sekarang dia sama seperti kesebelas saudaranya yang lain." Sahut Regina mendadak mendapati air matanya sudah membendung. "Astaga, rasanya baru kemarin dia masih beradu mulut denganku untuk keluar dari tempat ini. Kau tahu, aku bahkan masih bisa mendengar langkah-langkah kakinya berlarian di koridor gedung ini, langkah seperti saat dia mencoba melarikan diri dariku, atau bersembunyi setelah membuat keonaran di projek kita seperti yang sering ia lakukan." Regina tertunduk, air mata itu akhirnya keluar.

Lanee menepuk kecil bahu wanita itu. "Lebih baik kita tak usah membicarakannya, lagi pula sekarang ia sudah lebih tenang di tempat barunya. Jika terus begini kita bisa jadi seperti Erika." Lanee tertawa kecil, setengah bercanda.

Regina berpaling pada wanita itu. "Bagaimana proses hukumnya?"

"Apa?"

"Erika, bagaimana hasil keputusan sidang yang ia jalani?" Ia memperhatikan wajah Lanee. Dan jujur, sosok Lanee sebenarnya tak lebih baik darinya, ia terlihat makin kurus, kulitnya juga tak sesegar dulu. Regina berani bertaruh kalau wanita itu sebenarnya juga masih terguncang setelah kejadian malam itu. Apalagi ia yang pertama kali memeriksa jasad NC langsung yang masih dalam pangkuan gadis bernama Abby.

"Erika, ia mendapatkan keringan hukuman. Ini karena surat permohonan yang Skylar ajukan sendiri agar ibunya itu, wanita yang telah menyembunyikan objek utama kita selama empat belas tahun itu, untuk tidak mendapat hukuman pidana yang fatal." Jawab Lanee.

"Dia beruntung."

"Beruntung dan hebat. Aku tak pernah menduga Erika bisa menipu satu negara selama itu."

"Dia seorang ibu. Fase di mana wanita menunjukkan kekuatan maksimalnya adalah ketika mereka telah menjadi ibu."

"Kau benar." Lanee tersenyum. "Kalau begitu kita juga harus waspada."

"Waspada?"

"Red Hawk, mereka juga seorang ibu bukan? Apalagi putra Eden kita, telah membunuh putra mereka, harapan mereka untuk menggulingkan projek Eden tentang kelahiran bayi laki-laki." Wajah Lanee berubah agak kesal. "Andai aku bisa bergerak lebih cepat saat itu. Kita takkan kehilangan kepala elang itu."

"Kalian sudah berusaha." Sahut Regina. "Para anggota yang berhasil kalian tangkap tak sedikit jumlahnya, dan tempat-tempat perkumpulan mereka di beberapa daerah di Eden juga berhasil kalian lumpuhkan, itu pencapaian yang luar biasa."

"Menangkap anggota-anggota, pengikut-pengikut yang tak terlalu memiliki peranan penting, ini juga sudah sering kita lakukan."

"Paling tidak kali ini itu akan menjadi peringatan keras untuk si kepala elang, si ketua, agar ia berhenti membuat teror dan kerusuhan seperti yang dulu sering mereka lakukan. Karena kali ini yang terlibat langsung adalah putra mereka juga." Regina beranjak dari sana, meninggalkan Lanee sendirian di tempat itu. "Oke, sepertinya aku harus pergi." Ia melirik jam tangannya. "Aku harus melihat keadaan Skylar. Katanya Emma sedang berkunjung kemari saat ini."

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang