18 A WOMAN BESIDE ME

1.2K 246 30
                                    

Red memandangi pantulan gambar dirinya di cermin. Remaja itu masih teringat benar perkataan Nora tentangnya pada semua anggota Red Hawk saat itu. 'Dia bisa dibilang anak perempuan, tapi juga laki-laki. Dia tak memiliki gender khusus..'

Jika dipikir, ya. Ucapan Nora memang benar. Red, ia memang bisa berada di gender mana pun, laki-laki? Perempuan? Ia merasa dirinya tak cocok dikategorikan hanya ke salah satu jenis kelamin saja. Sejak lahir, ia telah memiliki testis, tempat diproduksinya sel sperma dan hormon testosteron. Namun ia juga memiliki rahim, karena itu ia juga mengalami menstruasi saat berusia sepuluh tahun. Ia mengalami sekaligus gejolak pubertas yang anak perempuan dan laki-laki rasakan. Dan itu sebabnya juga, Red, terkadang merasakan kondisi emosional dan hasratnya sangat sulit dipahami. Tak mudah memiliki dua identitas gender dalam satu tubuh.

Ia ingat apa yang ia pelajari tentang dirinya dari rekan-rekan Nora di Laboratorium. Mereka bilang, ia bahkan bisa melakukan pembuahan dengan atau tanpa pasangan, asexual? Sederhananya, ia bisa menjadi laki-laki jika pasangannya itu perempuan, atau sebaliknya, bahkan mungkin melakukannya sendiri yang kemudian hamil dan melahirkan bayi yang sama dengannya, tak memiliki gender tertentu. Hermafrodit? Hampir mirip seperti itu. Namun Nora dan rekan-rekannya membuatnya jauh lebih unggul.

'Aku ingin memiliki seseorang untuk kusukai.' Red mendadak teringat kalimat itu juga. Kata-kata yang pernah ia ucapkan ketika ia pertama kali merasakan hasratnya mulai bergejolak, birahinya, terhadap perempuan? Laki-laki? Entahlah. Ia tak tahu. Yang pasti, Nora saat itu segera menutup arah mengenai orientasi seksualnya tersebut, terutama setelah Red kedapatan membunuh seekor anjing karena anjing tersebut lebih memilih salah satu anggota untuk bermain ketimbang dirinya. Red tak tahu apa kaitannya anjing dengan hasrat birahinya tentang menyukai seseorang, tapi Nora bilang ia bisa sangat berbahaya bila-telah-menaruh-hati pada sesuatu atau bahkan esok pada seseorang.

Remaja berambut panjang itu mengulurkan tangannya, menyentuh permukaan cermin, seakan membelai wajahnya sendiri yang terhias mata kebiruan, melepaskan segala hal rumit mengenai pendapat Nora akan dirinya itu.

'Cantik?' Ia memang terlihat sangat cantik jika rambut tersebut terurai membingkai wajahnya seperti sekarang. Namun, ketika ia mencoba menyatukan rambut itu dan mengangkatnya. 'Tampan?' Red seketika melihat sosoknya berubah sedikit lebih maskulin.

Tak lama ketika remaja itu melepaskan lagi rambutnya, Nora tiba-tiba memasuki ruangan. "Selamat malam Red, sudah waktunya makan malam, keluarlah." Nora mengayunkan jemarinya.

Red berpaling, memandanginya beberapa saat sebelum membuka percakapannya. "Nora, apakah aku cantik?"

"Apa?"

"Menurutmu, apakah aku cantik, atau mungkin tampan?" Ia memandang lebih dalam, seakan menuntut sebuah jawaban dengan cepat.

"Red, kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Katakan saja, bagaimana menurutmu rupaku." Red kembali berpaling ke cermin.

Nora terdiam sejenak, seperti biasa, lagi-lagi kepalanya sedikit dipusingkan dengan pertanyaan remaja yang diasuhnya itu. Red memang sering menanyakan pertanyaan yang mengarah ke hal-hal seperti ini. Rasa penasaran akan penilaian tentang dirinya lumayan besar. Dan Nora harus memberi jawaban yang tepat mengenai unek-unek bocah kesayangannya itu.

Wanita itu tersenyum, berjalan menghampiri Red dan ikut memandang ke arah cermin. "Menurutku, kau itu indah." Jawabnya berbisik. "Jangan pernah mengatakan kau tampan atau cantik. Itu tak cocok untukmu. Kau memiliki keduanya. Kau berada lebih unggul daripada laki-laki atau pun perempuan. Kau tak cukup hanya dibilang cantik atau tampan. KAU.. CIPTAAN PALING-SEMPURNA YANG PERNAH ADA." Nora mengecup kening Red.

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang