27 TWELVE

853 185 14
                                    

"Aku tidak membunuhnya, aku tidak membunuhnya, AKU-TIDAK-MEMBUNUHNYA!" Lanee berseru keras. Tangannya meremas kuat kertas gambar yang tadi ia ambil. "Tolong jangan menyudutkanku. Aku benar-benar tidak bermaksud membunuhnya. Ini hanya uji coba yang gagal." Suaranya terputus-putus menahan air mata yang ingin sekali keluar. Suasana kepedihan seolah mendominasi kantor pribadinya tersebut jika teringat kalimat-kalimat menyakitkan Regina.

Ia mengangkat pandang pada selembar karya itu lagi. Gambar dari coretan pensil NC tampak sangat nyata dan hidup. Apakah Nicholas yang asli juga pandai menggambar seperti ini? Pasti, mereka memiliki informasi gen yang sama. Bahkan mungkin pada kesebelas Nicholas Holm yang lain yang tadi sempat disinggung oleh Regina, mereka semua sama.

"Maafkan aku, Nicky." Sorotan mata dari sosok di atas kertas tersebut seakan memandangnya dan menuntut pertanggung jawaban. Bukan hanya kasus tentang kematian putra mungil Erika, tapi juga atas bayi-bayi lain yang tak selamat karena sampai detik ini pun, ia dan semua pakar yang bekerja belum juga mampu menutup tragedi ini dengan membuat bayi laki-laki bisa hidup dan bertumbuh layaknya bayi perempuan.

Kloning, wanita berambut cepak yang sempat mengunjunginya tadi mungkin memang benar. Kloning sebenarnya tak membantu apapun, hasil kloning tak pernah bisa menjadi sempurna seperti manusia sebenarnya. Mereka hanyalah rekayasa, mereka hanyalah tiruan. Apapun yang cuma tiruan tak pernah bisa lebih unggul dari yang asli. Tapi mau bagaimana lagi, seperti yang selama ini ia keluhkan, ia tetap membutuhkan nukleus berkromosom Y yang hidup, meski itu didapat dari objek tiruan.

'Saat ini hanya nomor dua belas saja yang tersisa.' Ujar Regina kala itu.

Lanee masih bisa merasakan bagaimana kalimat itu seolah memukul batinnya. Jasad-jasad bayi di hadapannya sudah ditutup oleh kain putih dan siap untuk dikubur.

'Bagaimana pun kita harus lebih hati-hati dengan si nomor dua belas. Ia tak boleh mati seperti yang lain. Suatu saat, jika masih tidak ada kelahiran bayi laki-laki lain yang bisa bertahan, mungkin kita harus melakukan kloning juga padanya, pada si nomor dua belas ini.' Wanita itu berpaling pada sebuah ranjang bayi kosong tak jauh dari sana. Tempat di mana dulu pernah terbaring bayi tampan yang benar-benar keluar dari rahim Erika, bayi yang bertahan jauh lebih lama ketimbang yang lainnya, yang kemudian diambil nukleus-nya untuk cepat-cepat dibuat dua belas salinan sebelum akhirnya ia juga, mati.

'Dia tidak akan mati. Si nomor dua belas akan hidup sampai kita berhasil membuat bayi laki-laki lain terlahir kembali dengan sehat seperti bayi perempuan.'

'Ambisimu bagus. Tapi kau juga harus perhatikan kalau manusia kloning sangat rentan. Kita bahkan telah menyimpulkan kalau usianya, hanya sekitar dua puluh tahun.'

*****

'Regina bilang mereka akan membawaku bertamasya ke ruang angkasa saat usiaku genap dua puluh tahun. Mereka bahkan berjanji mengijinkanku mencicipi setiap masakan restoran di Mars.'

Abby menghentikan langkahnya saat tiba-tiba deretan kalimat NC melintas di benaknya. Hamburan bintang-buatan yang diciptakan khusus untuk menghiasi langit malam tampak makin nyata ketika ia dan Skylar pergi untuk mencari NC malam itu.

'Neil Armstrong. Dia wanita yang beruntung.'

'Dia laki-laki. Neil Armstrong adalah laki-laki, pria. Dia pria yang berjasa untuk negaranya karena dia manusia pertama yang bisa mendarat dan berjalan-jalan di bulan waktu itu, mempelajarinya.'

'Apa jaman dulu, pria lain juga melakukan hal-hal berguna seperti Neil Armstrong?'

'Banyak.'

'Banyak?'

'Ya, banyak sekali...'

'... suatu hari kau harus bercerita padaku tentang orang-orang itu. Mungkin aku juga bisa menjadi laki-laki yang berjasa seperti mereka.'

Abby terhening, entah kenapa bayang-bayang NC terus saja bermunculan. Percakapan kecil yang mereka lakukan saat itu, terasa begitu menggelitik setiap kali ia tak sengaja memandang hamparan langit malam di atasnya.

"Abby," Sapa Skylar menyadarkan lamunannya.

Gadis itu berpaling. "Ya?"

"Ayo, kita harus segera menemukan kakakku."

"Ah ya. Maaf, Sky." Abby menepuk kedua pipinya, berusaha mengalihkan konsentrasi. Hebat, apa yang ia pikirkan sekarang? NC, pemuda itu bahkan tak setampan Paul.

-

"Kakakku, apa sebelum ini ia tinggal di rumahmu?" Tanya Skylar sambil terus memandang ke sekeliling. Ke rumah-rumah lain, ke gang-gang jalanan. Barangkali ia melihat pria muda itu di sana. Tak terpikir sedikit pun kalau pasukan SLP menangkapnya. Jika benar-benar tertangkap, rumahnya pasti sudah jadi ramai sekarang. Yang ia khawatirkan justru jika NC tak sengaja mendengar perbincangannya dengan Erika, kalimat-kalimat kasar ibunya itu, yang membuatnya sakit hati dan memutuskan untuk pergi.

"Kakakmu, ya dia tinggal di rumahku. Tapi dia tak pernah menghilang seperti ini. Dia memang ingin kabur, tapi ia tak pernah tiba-tiba lenyap, pergi entah ke mana seperti sekarang."

"Kabur?"

"Maksudku, itu saat bagaimana kita bertemu. Kupikir dia sebuah humanoid." Abby tertawa kecil, menutupi kalimat yang terlepas begitu saja. Bagaimana pun ia tak mungkin menceritakan kisah konyol tentang pertemuannya dengan NC, memukul kepala NC di suatu tempat sepi, menyeretnya pulang, meletakkannya di gudang lalu hampir merobek kulitnya dan membedah isi perutnya karena ia pikir NC adalah humanoid.

"Apa kakakku mengatakan sesuatu tentang ibu kami?" Tanya Skylar lagi.

"Tidak banyak. Dia hanya bilang kalau dia ingin... segera berkunjung." Abby tertunduk, ia mendadak menjadi lesu dengan jawaban yang diutarakannya sendiri. Kenapa ini terdengar sangat menyedihkan?

Skylar mengusap pundak gadis itu, seperti tahu apa yang terbesit di pikirannya mengenai NC. Jujur, ia sendiri pun merasa prihatin dengan kehidupan saudaranya tersebut di Laboratorium. Dan pernyataan Abby barusan makin memperjelas segalanya.

"Hmm, oke. selama ini kami juga selalu menginginkan dia bisa berkunjung. Terutama ibuku, dia sangat mengharapkan NC." Ia mulai berjalan mendahului gadis itu. "Baiklah, ayo. Kita harus segera menemukannya sebelum dia menimbulkan masalah."

"Semoga dia tidak masuk ke terminal T."

-

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang