Beberapa menit sebelum alarm menyala, Erika telah lebih dulu membuka matanya, bangun dari tempat tidur meski ia kemudian hanya duduk dan mengerjap beberapa saat. Wanita itu merasa agak berat memisahkan kelopak mata atas dan bawahnya, ditambah dengan kantung mata yang ia berani jamin pasti masih tetap terlihat meski ia baru saja bangun dari tidur, penampakan tersebut bisa saja makin nyata besok jika ia begadang lagi nanti malam seperti sebelum-sebelumnya.
Dengan malas ia lalu menurunkan kaki, memakai sandal berlapis bulu dengan tekstur lembut yang memanjakan kulit kakinya sebelum berdiri dan keluar dari kamar tersebut, tak lupa ia juga memberi perintah kepada sistem pintar rumahnya agar alarm tak perlu menyala pagi itu.
Seperti biasa, di luar suasana masih sangat sunyi. Terdengar gemericik air dan kicauan burung dari arah jendela. Bukan, bukan air atau burung sungguhan, itu hanya melodi alam yang sengaja tersetel secara otomatis lewat sebuah speaker dari alarm mungil yang sengaja dipasang di dekat jendela untuk menambah kesan meneduhkan setiap pagi. Dengan irama menyejukkan tersebut, Erika bisa lebih santai memulai aktivitasnya, apalagi udara di luar juga terasa agak sejuk karena hujan yang sepertinya telah mengguyur dengan deras semalam.
Ia pergi menuju dapur. Tempat itu sudah lebih bersih dari sejak ia meninggalkannya semalam. Skylar pasti telah bekerja keras membersihkan setiap noda yang menempel, ia bahkan melihat food boxy agak mengkilap di permukaan kacanya.
Bicara soal kebersihan tempat itu, ia jadi teringat tentang apa yang terjadi semalam, perbincangannya dengan Skylar di sana. Nenek, anak itu entah mengapa tiba-tiba ingin sekali pergi mengunjungi wanita renta tersebut. Ia juga mengatakan tentang Nicholas. Erika termenung beberapa saat, benaknya kembali berkutat mengenai masalah yang sama, Nicholas, Skylar. Sebenarnya, ia menyesal menolak membicarakan itu semalam. Sebagai ganti, mungkin ia bisa mengajak Skylar berdiskusi kembali pagi ini, atau siang nanti? Atau saat makan malam? Entahlah, bagaimana pun Erika berharap bocah itu tak bersungguh-sungguh tentang Nicholas. Regina dan pihak SLP saja belum bisa mengendus keberadaan Nicholas, apalagi hanya remaja biasa seperti Skylar. Pembicaraan mereka pasti akan semakin seru ketika ia juga berniat memberi tahu anak itu tentang terapi pergantian gender yang telah ia rencanakan bersama teman rahasianya. Wanita yang juga membantunya menyembunyikan identitas Skylar selama ini.
Mencoba lebih tenang seperti tadi, Erika kemudian menyambar sebuah gelas dan menuang air ke dalamnya, perlahan-lahan ia meneguknya hingga habis. Sama seperti suasana pagi yang lumayan dapat menghibur pikirannya, cairan bening yang merambat membasahi lidah dan tenggorokan itu juga terasa sangat segar seakan menjadi obat yang mujarab, membuatnya teringat hal lain yang juga menyenangkan setiap paginya, bahkan dapat diandalkan untuk menjadi patner dalam mengawasi semua aktivitas Skylar, yakni si android kucing miliknya.
Erika melayangkan pandang ke beberapa sudut tempat itu. Biasanya robot berkaki empat itu sudah berkeliaran di sana, namun entah dengan pagi ini, kucing tersebut tak terlihat di mana pun, bahkan suara langkah-langkahnya tak terdengar menapaki lantai dan perabot-perabot. Penasaran, Erika meletakkan gelasnya, melangkah menuju ruang tengah di mana terdapat sofa besar tempat Skylar jika sedang malas.
Lampu menyala agak redup ketika ia sampai. Erika menambah pencahayaan menjadi sedikit lebih terang untuk meneliti setiap sudut. Namun android itu tak kunjung tertangkap matanya. Beberapa benda yang biasanya dijadikan mainan, juga masih tertata rapi layaknya terakhir kali ia membereskan bola bulu dan bantal ikan itu sebelum pergi meninggalkan rumah kemarin.
Tak juga menemukan di mana pun bahkan di ruangan-ruangan lain di rumah itu, ia pun bergegas naik ke lantai dua, ke kamar putranya.
"Skylar,"
Skylar masih tertidur dengan mengenakan kaos kaki dan jacket ketika Erika membuka pintu. Wanita itu agak terkejut mendapati penampilan Skylar yang lebih mirip pakaian untuk berpergian ketimbang untuk beristirahat. Ia yang tadinya berniat menanyakan di mana android kucing kesayangannya, tiba-tiba memilih topik lain ketika mendapati wajah Skylar juga tak sebegitu bersih. Permukaan kulit anak itu agak kusam, dan rambutnya lembab.
"Sky, bangun." Erika mengusap lembut rambut Skylar.
Tapi Skylar tak merespon. Ia menyingkirkan tangan ibunya dengan malas, terlihat sekali kalau bocah itu tak ingin diganggu. Erika berani jamin ia pasti baru saja terpulas.
"Sky, kau dengar ibu? Ayo bangun," Erika menaikkan nada suaranya, menepuk dan sedikit memberi guncangan kecil di bahu. Dan hal itu akhirnya berhasil membuat Skylar membuka mata.
"Sky, kau pergi meninggalkan rumah lagi semalam?" Erika mengangkat dagu Skylar, mendongakkan wajahnya. "Aku yakin kau pasti tidak tidur, katakan dari mana saja kau?"
Skylar merasa kepalanya begitu pusing. Tidur, ia sendiri juga baru sadar kalau ia ternyata tertidur, padahal tadinya ia tak yakin apakah ia bisa terlelap mengingat betapa kacau pikirannya karena ulah NC.
Erika bicara lebih serius. "Ayo jawab Sky, dari mana saja kau? Kau tidak pergi dengan Emma lagi kan?"
"Emma?"
"Ya, Emma. Coba lihat dirimu, kau bahkan masih mengenakan jaket dan, kaos kaki saat naik ke ranjang. Katakan apa kau mencoba keluar lagi semalam dan bermain-main dengan Emma?! Berapa kali harus kukatakan ini," Erika menjadi sangat geram.
Mendengar kalimat Erika yang diiringi nada tinggi tentang Emma, Skylar jadi dapat mengontrol alam sadarnya. Tidak, bukan Emma yang muncul di ingatannya jika berbicara soal semalam, tapi NC, Abby, dan gadis androgini yang mengaku bernama Red. Gadis yang mendekatinya di danau itu dan menawarinya makan es krim.
"Aku tidak sedang bersama Emma." Jawab Skylar. Ia tak tahu apakah ia harus meneruskan kalimatnya, bercerita tentang ketiga orang itu, semuanya akan mengacu pada Nicholas yang membuat Erika menyerangnya dengan berbagai pertanyaan. Percuma, pemuda itu sudah tak berada di sini lagi, tak ada gunanya membahasnya. "Aku keluar hanya untuk.. untuk bisa mengobrol lebih leluasa dengan nenek. Kau bilang sendiri nenek menghubungiku terus menerus."
"Apa yang kalian bicarakan? Apa soal Nicholas?" Erika menatap menyelidik. "Semalam kau bilang kau memiliki maksud lain untuk kita pergi ke Terea, ke rumah ibuku. Semua ini tentang Nicholas kan? Katakan maksud apa itu, kali ini aku akan mendengarnya dengan baik." Ujar Erika melipat tangannya, menunggu kata-kata keluar dari mulut putranya.
Skylar menyandarkan punggungnya ke headboard. "Lupakan saja bu, ini bukan apa-apa."
"Bukan apa-apa?"
"Kau benar, sangat konyol jika Nicholas ada di Terea sekarang. Dia bahkan tak bisa menggunakan terminal T. Harusnya aku tak terlalu menganggap serius kabar burung itu."
"Kabar burung dari anak buah Reginakan? Mereka hanya memberimu candaan bodoh. Mereka tahu bagaimana sikap NC, mereka hanya ingin bermain-main denganmu. Jangan mudah percaya. Hari ini jika mereka mencoba menghubungimu lagi, alihkan saja padaku." Erika berdiri dari sana. "Oh ya, tadi aku ingin menanyakan apakah kau melihat androidku."
"Android?"
"Kucing itu, jangan bilang kau sudah melakukan sesuatu padanya." Erika berdiri dari kursi, menghampiri meja rias Skylar ketika tak sengaja memandang jepit rambut merah jambu yang waktu itu sempat ia belikan.
Sejenak Skylar diam, tak berani mengambil resiko apapun kalau ia sudah menggunakan robot kucing itu untuk menyelamatkan NC dan Abby kemarin. "Aku.. tidak tahu."
"Jangan berbohong Sky, kau mencoba menyingkirkannya lagikan? Aku tidak mau tahu, kau harus segera mengembalikan benda itu padaku secepatnya." Erika menyambar jepit rambut tersebut lalu kembali pada Skylar. "Oh ya, satu lagi. Hari ini aku sudah membuat janji dengan temanku untuk melakukan uji kesehatan padamu. Pukul sembilan nanti kita berangkat."
"Uji kesehatan apa?"
"Kau akan tahu jika tiba di sana. Dia juga yang akan membuatmu sangat, cantik." Erika memasangkan jepit rambut itu ke rambut Skylar.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...