Nora menggenggam pinggiran balkon, matanya memandang lebih jeli ke area di lantai bawah. Sebuah tempat di mana terdapat ratusan remaja kulit putih yang sedang dibaringkan, anak-anak seperti Red yang tampak sedang tertidur dan menjalani pemeriksaan.
Nora tersenyum saat teringat laporan dari orang-orangnya kalau kondisi mereka sangat baik. Beberapa bahkan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Hanya satu dua bocah perseratus remaja yang mengalami gangguan kesehatan, namun itu pun tak terlalu parah.
Beberapa hari lalu Nora dan timnya mencoba menyuntikkan virus Y kepada mereka, virus hidup yang siap menginang dan membuat infeksi parah pada sel sperma mereka yang diproduksi. Namun hasilnya, virus itu justru kalah dengan hasil mutasi kromosom Y tersebut dan tak berpengaruh apa-apa.
Apakah si putra Eden itu juga mengalami mutasi kromosom Y yang sama? Tidak mungkin. Para ilmuwan yang bekerja di bawah komando pemerintah Eden pernah menolak ide ini. Tapi jika ya, dia pasti akan menjadi bocah seperti Red, bocah pemilik dua gender sekaligus, laki-laki dan perempuan. Namun yang ia lihat semalam tidak begitu. Putra Eden itu benar-benar anak laki-laki. Meskipun anggota Red Hawk yang lain meyakini kalau itu cuma kebetulan, kebetulan para ilmuwan berhasil membuat anak laki-laki yang bisa hidup dan bertumbuh, kebetulan karena itu cuma berhasil satu kali, tapi tetap saja hal tersebut mengganggu pikiran Nora, bahkan membuatnya merasa makin, terancam.
"Bagaimana hasil rapat kalian semalam?" Tanya Red tiba-tiba memasuki ruangan itu juga.
Nora agak terkejut dengan penampilannya saat ini, Red tampak sebagai seorang remaja laki-laki, suaranya juga terdengar berat.
"Red, apa yang kau lakukan?" Nora memandanginya dari atas ke bawah.
Red yang terlihat sangat ceria, tiba-tiba memeluk Nora dari belakang bak seorang bocah yang memeluk ibunya. "Nora, aku sedang bergembira saat ini." Bisik Red. Ia meletakkan dagunya ke atas pundak wanita itu, matanya ikut melayang ke lantai bawah.
Nora melepaskan pelukan Red. Ya, anak asuhnya tersebut memang tampak ceria saat ini. Wajahnya berbinar, senyuman tak henti terukir di bibir tipisnya, sementara matanya seakan berkata kalau ia baru saja menemukan sesuatu yang mendobrak dopamin keluar dan membanjiri akal sehatnya.
"Ada apa? Gembira kenapa? Coba lihat, aku tidak suka kau menampilkan dirimu seperti ini, seperti anak laki-laki."
"Bukankah kau yang bilang kalau aku juga anak laki-laki? Aku laki-laki tapi juga perempuan. Dan sekarang aku sedang ingin tampak seperti yang laki-laki."
"Red!"
"Ayolah Nora, katakan saja bagaimana kalian para wanita berdiskusi semalam tentang ADM1800 itu, putra Eden yang hilang itu. Jangan mengurusi penampilanku." Red bicara sambil bertingkah layaknya seorang pemuda.
Sky, entahlah. Dari kebanyakan gadis yang ia temui, hanya Skylar-lah yang berhasil memicu hormon testosteronnya lebih berkuasa menghuni setiap sel di tubuhnya, membuat ia menjadi laki-laki. Beberapa kali ia mencoba memikirkan hal lain, namun tetap sosok Skylar seakan telah terkurung di benaknya. Ia bahkan masih teringat jelas bagaimana detail wajah sedih itu, matanya yang indah, bibir pucatnya yang menolak tawaran Red untuk mereka mengunjungi kedai es krim, dan juga, harum aroma tubuhnya yang membuat hati Red makin bergetar. Ia tahu ini terlalu cepat untuk menetapkan hati, tapi perasaanya tidak bisa menunda.
Suatu hari ia bahkan berniat untuk berkunjung ke rumahnya setelah berhasil melacak dengan diam-diam di mana ia tinggal. Red ingin mengajak Skylar keluar dan bersenang-senang, berkencan. Ia akan menuruti ke mana Skylar ingin pergi, membelikan apapun yang Skylar inginkan, menjadi pendengar dan penghibur saat Skylar sedih. Red bersumpah pada dirinya sendiri untuk membuat seseorang yang sekarang menjadi pujaannya tersebut akhirnya, bersedia menerima perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...