"GOAL!"
Seru NC setelah lemparan ke sepuluhnya akhirnya masuk juga ke kaleng bekas kemasan itu. Ia mengangkat kedua tangannya, membuat selebrasi kecil, berlagak bak seorang atlet yang berhasil mencetak goal di pertandingan besar. "Aku memang tak terkalahkan." Ia mengecup dua ujung jemarinya sambil berjalan bolak-balik dari satu sisi jalan tikus di pemukiman itu ke sisi lainnya dengan bangga.
"Ayo kita taklukkan lagi." Ujarnya lalu fokus kembali, mengambil posisi untuk lemparan berikutnya. Namun, batu yang digenggam terasa lebih besar dan berat kali ini, serta bertekstur sangat kasar. Pasti akan lebih sulit masuk ke lubang tabung itu dibanding batu sebelumnya. "Tak apa, kau pasti bisa, tampan." Ia melemparnya, melayangkan batu itu ke udara setelah mengkalkulasi menggunakan perhitungan matematikanya yang ia sendiri tak berani jamin akurat atau tidak.
Dan benar, lemparannya tersebut justru mengenai badan kaleng sampai ambruk. NC menghentakkan kakinya kesal. Umpatan yang sempat terlontar dari mulutnya cukup untuk memecah kesunyian di area tersebut.
Ia menghampiri benda itu, batu yang sebelumnya masuk di sana ia sabet. Mungkin lebih menyenangkan menggunakan batu yang lebih kecil saja. Ia kemudian menegakkan kembali targetnya, kali ini beberapa langkah lebih dekat dengan posisinya. Ia lalu bersiap kembali, berdiri lumayan dekat, lalu melemparkan batu gelap tersebut ke dalam sana.
"GOAL!" NC berseru girang saat lemparannya berhasil masuk untuk yang kedua kali. "Wow, aku tak sangka betapa berbakatnya diriku. Di masa depan pria pasti bisa menjadi atlet hebat seperti wanita sekarang." Bocah itu kembali berlagak bak juara dunia, berjalan berkeliling sambil mengangkat tangannya seolah memberi sapaan pada para penggemar yang bersorak akan keberhasilannya.
Berbicara soal keberhasilan, NC jadi teringat lagi tentang Regina dan Erika. Berhasil melahirkan bayi laki-laki dengan sehat setelah sekian banyak melakukan eksperimen, 'Apa begini rasanya?' Anak yang dilahirkan itu pasti langsung menjadi kebanggaan. Namun, bagaimana jika bocah yang digadang-gadang itu justru bersikap sangat egois, tak ingin terlibat dengan harapan mereka?
PRRAANNGGG!
NC melempar batu berikutnya terlalu kencang hingga mengenai kaleng itu dan membuatnya penyok. 'Kenapa harus aku?'
Ia tiba-tiba kehilangan fokus. Rasanya kembali menjadi buruk, terus-terusan berperang dengan akal sehat dan hati nuraninya untuk kembali ke Laboratorium seakan membuatnya tenggelam di antara dua pilihan sulit yang membuatnya tak bisa bernafas. "Aku tak mau, bu!" Ia mengambil batu paling besar dari sebelumnya, melempar ke arah kaleng penyok itu lagi dengan kencang. Benda itu menjadi makin penyok dan terpental jauh darinya, menghantam dinding gang dan menimbulkan suara gaduh yang lebih hebat dari sebelumnya.
NC menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan, mencoba membuat hatinya lebih tenang. Pemuda itu hampir melangkah kembali mengambil benda-benda bekas lainnya untuk bermain ketika tiba-tiba muncul dua orang wanita dari tikungan gang tempat di mana tabung tadi terpental.
-
"Jadi dia yang dari tadi berisik sekali?" Kata salah satu wanita.
Mereka berpenampilan agak berbeda ketimbang wanita-wanita yang pernah dilihat NC. Wajah dan beberapa bagian tubuh mereka ditato macam-macam corak yang entah NC hanya mengenali satu gambarnya saja yang berada di antara belahan dada salah seorang dari mereka. Tato seekor elang yang sedang memangsa. Paruh burung itu merobek daging mangsanya, makin tampak menakutkan karena dibuat dengan warna-warna gotik yang sesekali mengkilap saat terkena sorot cahaya rembulan.
Sementara itu, riasan wajah mereka juga sangat tak wajar bagi NC. Pupil mata mereka pipih seperti mata kucing, berpadu dengan bedak dan polesan di bibir yang mengingatkannya akan sosok hantu-hantu penghisap darah yang pernah Regina ceritakan untuk menakutinya dulu. Dan juga, warna serta gaya rambut itu, cat rambutnya sesekali berubah menjadi merah darah dan sesekali menjadi putih bak penyihir tua. 'Apa tak ada warna lain?' NC mundur beberapa langkah ketika dua wanita itu berjalan mendekatinya, memandangnya sambil tersenyum penuh hasrat seperti seekor predator yang tak sengaja menemukan mangsa.
"Aku harus pergi." NC berbalik. Namun salah satu wanita yang berbadan lebih tinggi dan tegap tiba-tiba menendangnya hingga terpental ke permukaan jalanan.
"Kau mau ke mana?" Tanyanya lalu menginjakkan satu kakinya tepat ke punggung NC. Sol sepatunya terasa berat.
"Tampaknya dia ketakutan." Sambung wanita lain yang bertubuh tambun.
"Ketakutan? Tapi kebanyakan humanoid tak bisa berekspresi ketakutan, apalagi kabur saat melihat wanita."
"Mungkin dia sudah eror. Kau lihat tadi? Dia bahkan berbicara dan bermain-main sendiri." Bisik temannya itu.
NC tetap membungkam. Bagus, sekarang dia berurusan dengan apa lagi? Ia tak habis pikir dengan jenis-jenis wanita yang tinggal di Sythelhunts.
"Bisa tolong singkirkan kakimu? Punggungku sakit." NC menekan telapak tangannya ke permukaan jalan, mendorong badannya, tapi injakkan itu ternyata lebih kuat.
"Sakit?"
"Rusak. Kau bisa membuat punggungku rusak, penyok."
"Oke," Wanita itu mengangkat kakinya, seketika NC pun merasa lega. Namun belum sempat ia mengambil tindakan, dua wanita itu kembali membuatnya sengsara, mereka membalik tubuh NC dengan kasar.
Di posisi itu, NC rupanya bisa melihat wajah mereka makin jelas. 'Wanita tua?!' Kerutan di dahi dan sudut mata itu terlihat sekali. NC berani bersumpah usia mereka pasti di atas Regina.
"Hei hei, di mana pemilikmu? Bagaimana kau bisa ada di sini?" Tanya salah satu dari mereka, tangannya yang berhias kuku-kuku panjang berwarna merah darah itu menepuk-nepuk pipi kanan NC. Sekilas melihat jerawat NC, benjolan mungil itu membuatnya tambah yakin kalau NC, dulunya adalah produksi dengan kualitas nomor satu.
"Sepertinya dia dibuang."
"Dibuang?"
"Aku tidak dibuang!" NC menurunkan tangan itu dari wajahnya. "Aku tidak dibuang, oke? Pemilikku ada di sini, kekasihku, wanita yang kucintai ada di sini." NC menunjuk ke sembarang arah.
"Di mana?" Dua orang itu melihat ke arah yang ditunjuk NC, namun mereka tak melihat siapa pun.
"Di sana. Dia sedang.. sedang.. kencing. Ya! Dia kencing di celah gang itu. Namanya Abby. Abby adalah kekasihku dan dia sedang kencing sekarang. Abby suka kencing di mana pun."
Salah satu dari mereka melempar batu ke sana. Namun seperti sebelumnya, tak ada respon apapun dari arah itu.
"Jangan berbohong, bo-cah."
"Aku tidak bohong."
"Humanoid sangat bodoh dalam hal berbohong. Sekali kau berkata bohong kami akan tahu." Wanita yang bertubuh tambun melompat ke pangkuan NC, tak sengaja mengenai organ intimnya hingga membuat anak lelaki itu sontak memekik.
Namun pekikkannya justru menarik minat mereka. "Ouh, ternyata dia juga humanoid untuk dewasa. Apa masih bisa digunakan?"
Wanita yang lain berlutut di belakang NC, mengusap rambut pemuda itu pelan seolah menenangkannya. "Ssshhh.. tak apa." Ia mendorong kepala NC hingga bersandar ke dadanya, di belahan yang terdapat tato elang itu. "Sudahlah, akui saja kau si tak berpemilik. Kau sudah dibuang, kau tak punya rumah lagi bukan?"
"Lebih baik kau ikut dengan kami, kami punya tempat tinggal untukmu."
"Tempat tinggal?"
"Yup, dan daya. Paling tidak untuk malam ini saja, ya? Kau bisa beristirahat di sana, mengisi daya, mengisi energimu, tidur.. bersama kami."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...