Sekitar pukul empat pagi, NC dan Abby akhirnya sampai di tempat itu. Sebuah gedung sekolah tempat Abby dan Carrie datang hampir setiap hari untuk memeras gumapalan putih dalam kepala mereka. Tempat itu lumayan megah, sesekali mengingatkan NC tentang gedung Laboratorium karena gaya arsitekturnya yang hampir sama. Apalagi di bagian gerbang depannya, NC bisa langsung melihat searcher yang telah dipasang, makin membuatnya tak berani menerka-nerka apakah di bagian dalamnya cukup aman untuk mereka.
Abby menarik pemuda itu menuju sudut belakang bangunan tersebut. Kedua mata mereka tak pernah lengah memperhatikan sekitar. Takut-takut kalau SLP sudah memblokade tempat itu mengingat kasus yang terjadi di pesta Tina bisa dibilang masih dalam lingkup tentang anak-anak di sekolahnya.
"Sepertinya pasukan SLP belum kemari." Bisik Abby.
"Belum?" NC terus memeriksa dengan jeli area di sekitar mereka. Tidak baik cepat-cepat menarik kesimpulan. Tapi setelah matanya dengan cermat memandang ke sana-kemari, Abby sepertinya benar. Memang belum, ia hanya mendapati satu searcher saja yang tadi berada di depan, dan tidak ada satu pun anggota SLP. "Besok pasti mereka akan mengunjungi tempat ini." Ia bergumam sembari tak sadar memeluk dirinya yang agak menggigil. Baju basah itu, bagaimana bisa bekerja sama dengan angin untuk membuat tulang-tulangnya bergemeretak kedinginan.
"Di dalam akan lebih hangat." Ujar Abby. "Ya ampun kau pucat sekali."
"Tidak apa-apa, lebih baik kita cepat masuk saja." NC mendekati tembok yang berstruktur paling rendah. "Apa kita akan memanjat?"
"Kau bisa memanjat?"
"Aku laki-laki." NC tercengir sombong sebelum menegakkan punggung dan mengambil posisi untuk melompat. Dan beruntung, di lompatan pertama itu tangannya langsung berhasil meraih tepian tembok. "Lihat, aku tidak terlalu menyedihkan untuk ini." Ia kemudian menguatkan genggaman, menarik tubuhnya sendiri ke atas sana lalu melompat kembali untuk turun. Ia tak sangka itu cukup membuat nafasnya naik turun.
"Wah, kau hebat." Abby rupanya sudah berada di balik tembok.
"Kau?!"
"Kalau ada jalan yang lebih mudah, untuk apa menguras tenaga meloncati beton ini." Abby melirik ke sudut tempat itu di mana terdapat celah kecil di balik semak-semak. "Biasanya aku dan teman-temanku membobol dari sana ketika membolos. Kami memberinya nama jalur surga. Carrie juga menggunakannya." Ia menertawai NC sambil berjalan masuk ke area gedung.
NC menghembuskan nafas kesal. Jalur surga? Bagus.
Mereka tiba di selasar utama. Abby berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. "Ngomong-ngomong, hanya ada dua stel baju olah raga yang kusimpan di loker, yang satu sebenarnya milik Carrie." Suaranya agak menggema.
"Tidak apa-apa, yang penting baju kering. Kita tak bisa kembali ke rumah Skylar dengan keadaan begini, aku merasa tak enak."
"Kalau bertemu Skylar lebih baik, yang jadi masalah kalau kau sampai bertemu dengan ibumu dalam keadaan kacau begini, basah kuyup. Ya ampun, aku tak bisa bayangkan. Kalian akan terlihat seperti adegan di opera sabun."
NC terdiam beberapa saat, berdiri mematung.
"Ada apa?" Abby menyenggolnya. "Kau bertanya-tanya apa itu opera sabun?"
"Tidak. Aku cuma berpikir bagaimana jika kau berbohong, soal pakaianmu."
"Kau baru saja bilang tak masalah, yang terpenting adalah baju-kering, kan?!" Abby berbelok menuju tangga di sisi selasar. "Aku bersumpah demi planet kerdil Makemake kalau bajuku tak terlalu memalukan untuk dipakai laki-laki, untuk kau pakai. Ukurannya juga mungkin pas. Ingat, kau tak segagah para humanoid dengan otot-otot kekar mereka." Gadis itu terkikik.
![](https://img.wattpad.com/cover/176710171-288-k481344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y [COMPLETE]
Science FictionPara ilmuwan memprediksi bahwa kaum pria, akan punah dalam kurun waktu lima juta tahun ke depan karena penyusutan kromosom Y. Tapi bagaimana jika ternyata hal itu terjadi kurang dari sepuluh tahun? *** Dua ratus tahun setelah tragedi pandemi virus Y...