11 STAY

1.6K 333 23
                                    

Hampir lima menit Abby memandangi NC yang kini berada di kamarnya. Ia mencermati badan NC dari atas ke bawah. Dari ujung rambut cokelat pemuda itu sampai ke ujung kaki. Entahlah, rasanya seperti mimpi ia dapat bertemu dengan, laki-laki sungguhan, yang tadi sempat ia pikir seorang transeksual.

Namun, jika boleh berpendapat yang sebenarnya. Laki-laki sungguhan rupanya tak sesempurna humanoid-humanoid yang pernah ia lihat, hasil dari ekspektasi para wanita. Laki-laki sungguhan memiliki paras yang tidak lebih tampan dan badan yang lebih bagus. Ya, contohnya seperti pemuda yang ada di depannya sekarang. Ia lebih kurus, apakah ia juga memiliki, otot perut yang menarik seperti milik para humanoid? Entahlah, Abby tak yakin.

Gadis itu menyipitkan mata, memperhatikan lebih dalam ke bagian perut NC. Berpikir lebih jauh. Dari ilmu yang ia pelajari tentang laki-laki di sekolahnya, laki-laki memang memiliki otot perut, dan akan terlihat jika mereka tekun melakukan latihan kebugaran. Tapi sepertinya, tidak untuk pemuda itu. Abby ingat saat ia membawanya ke rumah tadi, saat ia menggotong-gotong tubuh itu dengan susah payah. Gadis itu tak melihat atau merasakan adanya, otot, di area mana pun. NC seperti anak-anak, tak kekar sama sekali. Menyebalkan. Lalu, bagaimana dengan.. Pen*snya? Bagaimana bentuk pen*s sungguhan? Apa juga sama-sama mengecewakan?

"Berhenti melihat kemaluanku!" Bentak NC mengejutkan Abby.

Abby yang tanpa sadar ternyata sudah mempelototi bagian selangkangan NC segera memalingkan pandangannya ke cermin. 'Ouh, astaga..'

"Jangan berpikiran kotor! Apa semua wanita seperti ini?" NC teringat orang-orang di Laboratorium yang sesekali juga memeriksa area intimnya.

"Aku bukan wanita seperti yang kau duga. Aku melihatmu untuk mengira-ngira pakaian mana yang bagus untuk kau kenakan di pesta si bedebah itu." Abby segera mendekati cermin riasnya untuk memindahkan data ke sana dan membuka media perbelanjaan online. Mencoba mengalihkan situasinya yang tertangkap basah.

"Mengira-ngira pakaian mana yang bagus? Kau kira aku bodoh?! Kau baru saja memperhatikan.. BARANG PUSAKAKU!"

"Aku memperhatikan lebar pinggangmu!"

Abby kemudian memilih setelan kemeja serba putih yang muncul pertama kali di permukaan cermin itu. Memperbesar ukurannya dengan mengetuk beberapa kali dengan ujung jarinya sampai pakaian yang ia pilih tersebut menjadi pas dengan badan NC. "Lihat? Aku sedang mencari-cari pakaian mana yang cocok untukmu. Jangan salah sangka."

NC seketika terdiam saat gambar dirinya terpantul di cermin besar tersebut yang seakan-akan telah mengenakan setelan putih itu dan terlihat cukup berbeda dari sebelumnya. Hebat, ia bahkan tak pernah membayangkan badannya sangat cocok dengan baju-baju seperti itu. Kenapa Regina tak pernah memberikannya?

"Sepertinya kita langsung dapat pakaian yang cocok untukmu. Tinggal merapikan rambutmu dan kau akan kelihatan sedikit.. Ya, hanya sedikit.. lebih tampan." Kata Abby membolak-balik pandangannya antara NC dan cerminnya.

NC yang tiba-tiba perhatiannya teralihkan, menghadap ke samping kanan dan kiri untuk melihat penampilanya. Benar-benar luar biasa. "Sebenarnya, aku memang sudah tampan jika kau sadari."

"Kau tidak tampan. Badanmu saja tak segagah Lou dan Paul, kedua lenganmu tak berotot, kulitmu terlalu pucat, dan kau bahkan memiliki jerawat, lihat." Abby menunjuk ke pipi sebelah kiri NC. "Aku heran kenapa kau bisa berjerawat. Kau seperti wanita."

"Laki-laki juga bisa berjerawat, tidak hanya wanita." NC mendekatkan diri ke cermin dan menyentuh benjolan mungil itu. "Lagi pula ini hanya jerawat kecil, dan hanya satu. Tak masalah. Aku tetap terlihat tamp..-"

"Sudah kubilang kau itu tidak tampan! Kau sangat jauh jika dibandingkan dengan humanoid, dengan robot-robot pria di dunia ini bahkan dengan yang sudah rusak."

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang