42. I WANT YOU

817 173 8
                                    

Pagi itu, suasana hati Skylar akhirnya bisa sedikit lebih baik. Ia dapat tersenyum. Ciuman yang Emma lakukan, terasa seperti setruman yang menerangi seluruh ruang di hatinya.

Beberapa menit setelah menikmati momen manis tersebut, Emma lalu mengajak Skylar ke sebuah rumah makan tempat ia dan ibunya biasa mampir untuk sarapan, letaknya tak jauh dari pemukiman tersebut, jadi mereka tak perlu menggunakan terminal T. Skylar ingat tempat itu, dulu ketika ia bermain ke rumah Emma, ibu Emma sempat membawannya ke sana. Mereka memesan banyak sekali makanan hingga Skylar dan Emma sangat kekenyangan bahkan untuk menelan sepotong kentang goreng. Dan itu menjadi salah satu momen yang juga tak bisa menyingkir dari pikiran Skylar hingga saat ini, apalagi ia sendiri tak pernah berkunjung lagi ke tempat itu.

Tanpa membaca menu, Emma yang sudah hafal apa saja yang dijual di sana langsung memesan roti isi dengan telur ikan, serta tak lupa susu hangat favoritnya. Sementara Skylar, yang bingung ingin menyantap apa, akhirnya memutuskan memesan makanan dan minuman yang sama seperti Emma.

Mereka berbincang cukup lama di rumah makan tersebut. Pesanan yang keluar segera mereka nikmati, seakan memberi semangat untuk makin larut dalam perbincangan tersebut, bahkan untuk satu jam ke depan, saat hidangan terakhir datang, sebuah gunung es krim strawberry, cokelat dan vanila dengan beberapa toping buah-buahan dalam wadah super besar.

Dari arah jendela, matahari yang menembus masuk terasa makin panas. Jauh setelah mereka akhirnya selesai menikmati hidangan penutup itu, Emma yang ingat kalau siang ini ia ada sedikit urusan, tiba-tiba mengajak Skylar segera mengakhiri keseruan saat itu.

Mereka menyelesaikan semua tagihan, berat meninggalkan tempat dan momen itu saat mereka kemudian menghampiri pintu depan yang berlanjut menuju ke terminal T terdekat. Sembari berjalan ke sana, tak lupa Emma mengulangi apa yang sempat ia sampaikan ke Skylar sewaktu mereka mengeruk sedikit demi sedikit gunung es krim tadi. Bahwa, bagaimana pun Skylar tetap wajib meminta maaf pada Erika. Skylar harus tetap menghormati otoritas Erika yang adalah seorang ibu meski mereka memiliki cara pandang dan keinginan yang berbeda. Menghormati, bukan berarti menuruti atau bersedia mentaati gaya pikir Erika, tapi hanya sekedar cara Skylar-yang sebagai seorang anak, melakukan kewajibannya untuk santun pada ibunya, bahkan anak anjing pun tidak akan menyalak terhadap induknya. Hitung-hitung sebagai hadiah terakhir sebelum ia menyerahkan diri ke Laboratorium sebagai objek penelitian untuk membantu menuntaskan efek buruk dari wabah ini.

Emma memasuki terminal T terlebih dahulu ketika mereka sampai, menutup pintu kacanya lalu memasukkan alamat yang ia tuju. Skylar masih di luar dan memandanginya, gadis itu melambaikan tangan sebelum badannya lenyap secepat kilat dari sana.

Skylar sempat diam beberapa saat sebelum memutuskan untuk masuk pula ke ruangan itu, untuk pulang. Pembicaraan mereka terus berputar-putar di pikirannya, minta maaf pada Erika? Ya, itu, mungkin bisa saja ia lakukan. Emma benar, paling tidak ia harus tetap menjaga sikapnya, apalagi saat ini Nicholas juga sudah kembali.

Skylar hampir menyentuh pintu terminal T untuk masuk ke sana ketika tangannya tiba-tiba ditahan oleh seseorang yang datang menghampiri.

"Kau?"

Red, tanpa berkomentar apa-apa, lalu menarik Skylar pergi dari area itu.

-

"Lepaskan aku!" Bentak Skylar menarik tangannya. "Apa-apaan kau ini?!"

Red berbalik, menatap dengan tajam anak itu. Sejenak ia menahan segala emosi yang sejak tadi sudah sangat membara, memastikan lebih dahulu kalau tempat di mana mereka berada sekarang sudah cukup sunyi untuk ia melancarkan, aksinya.

"Sky, apa kau sudah punya kekasih?" Tanya Red, nadanya kedengaran sedikit mengancam meski ia terlihat sekali berusaha untuk agak lembut.

"Kekasih?"

THE Y [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang