Jangan lupa tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah ya🤗😍
🌹Happy reading🌹
Sudah seminggu lebih aku pulang tepat waktu sesuai jam kerja. Masuk jam delapan pagi, dan pulang jam empat sore. Tidak ada Pak Kenan berarti tidak ada lembur bagiku, kecuali kondisi darurat seperti dimintai tolong untuk menerima setoran kasir.
Mengenai tanda tangan di bilyet giro dan cek, akhirnya aku dan Mbak Tere yang melakukannya. Meskipun jujur aku merasa hal itu terlalu berlebihan.
Harusnya memang Pak Zidan yang melakukan itu. Aku kan jadi merasa tidak enak sama Pak Zidan. Untungnya saja Mbak Teresia orangnya cuek, dan dia tidak terlalu memperdulikan jika aku yang mendampingi tanda tangannya.
Pak Kenan telah membuat posisiku menjadi serba salah.
"Nit ...!" Anita yang sedang menikmati pangsit mie ayam mendongak menatapku.
"Apa?"
"Kamu ada dengar omongan yang gak enak tentang aku gak?"
Dia menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku.
"Memangnya kalo ada yang ghibahin kamu terus kamunya mau protes gitu?"
Aku menggeleng dan mengaduk mie ku tanpa arah. Sebenarnya aku ini orangnya cuek, jika di dalam sikap atau perbuatan aku merasa tidak menyakiti siapapun. Mau di ghibah macam apapun aku tidak akan peduli.
Tetapi berbeda kali ini, aku memiliki rasa khawatir jika keputusan Pak Kenan memilihku akan menimbulkan fitnah. Aku tidak mau dianggap mempengaruhi Pak Kenan, karena masalah ini berhubungan dengan kepercayaan.
"Cuma gak enak aja sama Pak Zidan. Kok kayaknya aku melangkahi wewenang seorang manager. Padahal aku sempat protes juga sama Pak Kenan loh."
Anita mendengus ....
"Pak Kenan kasih tanggung jawab kayak gitu sama kamu kan juga gak asal tunjuk, Nda! Dia pasti punya alasan."
Aku mengangkat bahu...
"Alasannya aku gak tau, Nit! Dia cuma bilang percaya sama aku. Padahal Pak Zidan orang kepercayaan Pak Rizky sejak lama juga."
"Bisa jadi Pak Kenan suka sama kamu, Nda!" Cetus Anita. Perkataannya barusan membuat diriku terhenyak. Sendok berisi mie yang akan masuk ke mulutku, kembali ke mangkoknya lagi.
"Mungkin juga dia suka sama kerjaanku, Nit!" Elak ku dengan berusaha menutupi perasaanku.
"Bukan itu maksudku, Nda!"
"Lalu?"
Aku melihat Anita tersenyum miring.
"Sepertinya dia suka sama kamu sebagai pria dan wanita. Maksudnya secara pribadi, dan gak ada hubungannya sama pekerjaan kamu!"
Aku menggelengkan kepala dan terkekeh pelan.
"Ngaco, Nit! Meskipun isterinya gak pernah diajak ke sini, tapi aku pernah melihat wajah cantiknya di IG perusahaan. Sementara aku?" Aku memandang tubuhku. "Cuma remahan rengginang, gak mungkin hal itu terjadi ... hahaha!"
Anita mengambil tisu untuk mengusap noda di permukaan bibirnya.
"Tapi orang suka atau jatuh cinta itu kan gak pake logika, Nda! Mainnya kan perasaan. Trisno jalaran soko kulino! Seminggu sekali kamu duduk di hadapannya berjam-jam. Entah interaksi mu seperti apa ketika kalian berdua, kamu juga gak pernah cerita sama aku. Padahal kalo orang lain yang ada di posisimu belum tentu betah duduk di atas dengan sifat dinginnya Pak Kenan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANDA dan Si MATA BIRU
General FictionCerita untuk usia 21+ Kenan Alarico Samudera sudah mengenal Amanda Puteri Suhardiman selama setahun sebagai bawahannya. Bahkan seminggu sekali mereka selalu berdua di ruangan kantornya dalam suatu urusan pekerjaan. Hingga suatu saat rasa cinta yang...