EPILOG

13.8K 934 84
                                    

💓Warning 21 +💓
Sudah dikasih peringatan dari awal, jika cerita ini hanya untuk 21+, di bawah itu skip ya!!

"Gimana kalo aku yang periksa, Nda? Bukankah aku yang tahu lebih dulu tentang kehamilanmu? Dan aku juga yang memeriksamu waktu itu kan?" Suara seseorang dari balik punggung Amanda membuat suasana berubah."

🌹Happy reading🌹

Amanda langsung menoleh begitu mendengar suara yang sangat familiar beberapa bulan ini. Yang selalu memperhatikan dirinya dan perkembangan bayinya, meskipun Amanda selalu diam ketika dia bertanya siapa bapak bayinya.

"Mas Braam!" Seru Amanda kegirangan. Reaksi spontannya membuat Kenan menatap Bram tak suka. "Aku kira Mas Bram gak datang loh tadi!"

Bram berjalan mendekat. "Sorry telat! Tadi ada operasi susulan sebelum ke sini." Senyumnya menghiasi wajah tampannya sembari tangannya terulur menyalami Amanda. "Btw ... Selamat ya buat pernikahannya. Semoga langgeng dan samawa."

Amanda tersenyum bahagia. "Makasih, Mas. Ayo kenalin! Ini suamiku, Kenan namanya." Amanda mengenalkan Kenan pada Bram.

Bram menyalami Kenan, menatapnya dengan mata memicing. Hingga kemudian .... "Lho! Bukannya ini bos kamu dulu itu, Nda?" Bram melepas tangannya.

"Iya, Mas."

"Jadi?" Mata Bram membulat tak percaya. Amanda yang melihatnya tersipu dan mengangguk mengiyakan.

"Bukannya dia galak?" Sindir Bram yang mengingat waktu Amanda ditegur oleh Kenan  "Hadhuh, Nda ... Nda, tahu gitu mendingan kamu nikahnya sama aku aja. Aku kan pernah nawarin untuk jadi Bapaknya anak kamu."

Bram menghela napas, seperti tak terima jika Amanda menjalin cinta dengan orang yang ada di depannya.

Sementara itu mata biru Kenan langsung melotot tajam. Raut wajahnya sudah memerah seperti banteng yang ingin memakan Bram hidup-hidup. Apalagi sekilas dia juga mengingat jika pria di hadapannya saat ini adalah pria yang dulu pernah ditemuinya sedang mengobrol dengan Amanda.

Dan sekarang ucapan Bram telah membuat darahnya seketika mendidih. Rasa cemburunya menguar begitu saja, dan tangan kanannya tiba-tiba terkepal.

Rachel yang dari awal memperhatikan ketiganya, langsung memahami perubahan raut wajah menantunya. Dia mendekati keduanya dan berdehem sejenak sebelum berucap.

"Bram, kamu ke sini sama siapa, Nak?" Rachel mencoba mengalihkan pembicaraan di antara dua pria yang sama-sama tampan dan dekat dengan anaknya itu. Matanya mengarah kemana-mana seakan mencari seseorang, dan berakhir menatap wajah Bram dengan menaikkan kedua alisnya.

"Memangnya sama siapa lagi, Tan? Jones ini ... jomblo ngenes." Bram tertawa kecil mentertawakan dirinya sendiri. "Tadinya sih saya mau-mau aja jika jadi Bapak anaknya Manda, menjadi menantu Tante Rachel, tapi ...."

"E eeehh ... berani banget kamu ngomong kayak gitu ya?" Potong Belinda seraya berkacak pinggang di depan Bram. Entah kekuatan darimana wanita paruh baya itu  berhasil menggeser tubuh besar anaknya.

"Ini cucuku tau! Dan Amanda sekarang isterinya Kenan! Memangnya kamu siapa, hah?" Belinda menatap sengit Bram yang malah tertawa kecil.

Bram sudah terbiasa menghadapi ibu-ibu, dari yang ibu-ibu muda, hingga ibu-ibu yang sudah berumur yang mengantar anaknya periksa kandungan.

Pria yang berprofesi sebagai dokter itu mengulurkan tangannya. "Tante ini pasti mertuanya Amanda kan? Kenalkan Tan ... nama saya Bramantyo, pria yang selama ini dekat dengan menantu Tante dan menjadi tempat curhatnya sejak dia mengandung."

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang