SEMBILAN

14.9K 1.1K 95
                                    

Jangan lupa tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah ya🤗😍

🌹Happy reading🌹

💐KENAN POV

Hari yang sangat melelahkan bagiku, bagi otak dan tubuhku. Kembali ke Surabaya dengan membawa rindu setelah dua minggu tak bertemu bukanlah hal yang mudah.

Melihat tapi tak bisa meraih, apalagi memiliki. Jujur ini semua membuatku tersiksa. Dan aku masih harus bertahan dan berharap dengan perasaan yang semakin hari semakin cinta.

Sebenarnya aku pergi ke Spanyol dengan isteriku bukanlah untuk bersenang-senang. Aku ke sana untuk menyembuhkan sakit yang di derita isteriku sejak sebelum kami menikah. Hal yang tadinya tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, apalagi kedua orang tuaku.

Andai saja Mamaku tidak bersikeras menjodohkan aku dengan keponakan jauhnya, mungkin aku tidak akan mengalami hal seperti ini. Menikah dan tak berdaya. Hanya dengan bekerja dan bekerja lah tempatku melarikan diri dari kesedihanku.

Sebagai anak yang patuh, aku tidak pernah mengeluh untuk apapun yang sudah terjadi kepadaku. Sejak awal aku menerima keputusan Mamaku untuk dijodohkan dengan wanita yang tidak aku cintai sama sekali. Apalagi sebelum menikah pun kami hanya bertemu beberapa kali, karena jarak yang memisahkan. Aku di Indonesia dan dia berada di Madrid, Spanyol.

Baru setelah menikah, kami tinggal bersama di Jakarta. Di awal-awal pernikahan, aku sering melihat Paula, nama isteriku, menangis. Apalagi ketika kami selesai melakukan hubungan badan. Setiap kali aku bertanya, dia selalu menjawab tidak ada apa-apa. Akhirnya aku pikir dia menangis karena jauh dari orang tuanya. Tapi bukankah sekarang technologi sudah canggih. Semuanya bisa dijangkau dengan begitu mudah. Dan aku juga tidak melarang Paula, seandainya dia mengunjungi orang tuanya, ataukah orang tuanya yang akan menjenguk kami di sini.

Hingga akhirnya setelah tiga bulan menikah, semuanya baru terkuak. Itupun secara tak sengaja. Di saat aku membutuhkan sesuatu di laci meja riasnya,  di sanalah aku menemukan berbagai macam obat-obatan.

Tadinya aku pikir itu hanyalah obat biasa dan untuk penyakit biasa. Tetapi setelah aku foto dan aku tanyakan pada seorang dokter yang juga sahabatku, barulah aku tahu, ternyata Paula sedang tidak baik-baik saja. Dia menderita kanker serviks.

Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab akan dirinya, aku menyesali diriku yang kurang cepat tanggap dengan apa yang dia alami. Tetapi aku juga menyesalkan sikapnya, karena dia tidak mau memberitahu penyakitnya sebelum kami menikah. Padahal selama menikah, aku sudah berusaha untuk memperhatikan dan membahagiakan nya agar dia tidak merasa sendiri di sini.

Dan hal yang paling menyedihkan sebagai seorang anak tunggal adalah, ketika orangtua menginginkan cucu untuk meneruskan garis keturunan. Tetapi hal itu juga yang menjadi penyesalan buat mamaku, yang baru mengetahui penyakit Paula sejak dua tahun yang lalu. Beliau yang menjodohkan, dan Beliau juga yang menyesali.

Sementara aku masih terus bertahan dengan mengusahakan pengobatannya. Hingga dua minggu yang lalu, dia meminta untuk pulang ke Madrid, sekaligus mengupayakan pemulihan di sana.

Meskipun sampai saat ini aku belum bisa mencintainya, tetapi aku selalu merasa tak tega dengan kondisinya. Rambutnya yang rontok karena efek dari kemoterapi, juga badannya yang semakin kurus membuatku ingin selalu menolongnya.

Tetapi di sisi yang lain, aku juga pria normal. Pria yang juga butuh cinta, kasih sayang dan juga teman berbagi ranjang. Sejak aku mengetahui Paula sakit, sejak saat itu pula aku tidak pernah menyentuhnya lagi.

Dan aku juga bukan pria yang suka berhubungan dengan wanita sembarangan. Aku khawatir tertular penyakit kelamin, apalagi setelah menyaksikan sendiri penderitaan Paula akibat dari gaya hidupnya sebelum menikah denganku.

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang