Sebelum kisah Amanda berlanjut dan berakhir ... Kakak Oyenk berikan cuplikan kisah selanjutnya alias prolog.Tapi jangan tanya kapan akan di up, bisa sebulan lagi atau dua bulan setelah Amanda berakhir. Kak Oyenk cuma pingin tahu saja apa pendapat kalian tentang cerita ini. Ok?
Sementara sinopsis di simpan dulu hingga ...... 🤔🤔🙏🙏
Tanganku membuka pelan pintu kaca yang berada di depanku sebelum kakiku bergerak melangkah masuk ke dalamnya. Ruangan penuh pajangan berlantai motif kayu dan berhiaskan lampu-lampu halogen yang membuat tampilan warna indah untuk pakaian mahal yang terpajang di butik.
Tanpa diminta lagi mataku yang katanya bersorot tajam ini memindai sejenak sekitarku, sebelum akhirnya menemukan seraut wajah yang membuat bibirku mengurai senyum.
Dialah Yola, teman sebangku semasa SMU, dan sekaligus juga sahabat yang mengajakku bekerja di butik milik mamanya.
Aku berjalan mendekati dia yang sedang duduk di belakang meja kasir. "Selamat pagi, Bos."
"Bos?"
Aku mengangguk dengan mengerlingkan mata. "Yeah ... Bos. My Bos."
Bibirnya mengerucut tak suka. Aku terkekeh pelan dan menarik iseng pipinya yang sedikit chubby sebelum menyimpan tas dan bekal yang aku bawa ke laci di bawa meja kasir.
"Sudah sarapan?" Tanyaku akhirnya.
"Kamu?"
Seperti biasanya, Yola bertanya balik sebelum aku memperhatikan jam di tanganku dan menaikkan alis di depannya. "Kamu tau kan kalo aku gak betah lapar?"
Yola mencebikkan bibirnya. "Tadi nanya kayak gitu cuma basa basi lagi kan? Sama dong ... aku juga cuma basa basi nanggepin kamu." Dia menjulurkan lidah mengejek.
Pertanyaan dan jawaban yang sebenarnya sudah hampir sebulan kami lakukan. Sekedar sapaan basa basi yang mungkin memang basi dan membosankan.
Aku tertawa pelan, tanganku kembali iseng, tapi kali ini sasarannya adalah telinga Yola. Tak peduli dia anak bos di sini atau bukan, yang penting dia adalah sahabatku, teman berbagi suka dukaku sejak kami memulai awal sekolah di salah satu sekolah negeri di Surabaya.
Hmm ... sepenggal kisah pagiku sebelum aku memperkenalkan diri.
Namaku Cordelia, kata bunda sejak kecil aku sudah dipanggil Adel. Tetapi selain keluarga dan sahabatku, orang lain memanggilku Lia. Apapun itu terserah mereka. Yang penting bukan nama binatang yang disematkan untuk memanggil namaku.
Usiaku saat ini 18 tahun plus. Plus bulan, plus hari juga. Tiap hari plus-plus terus, hehehe ...
Please ... Forget it!
Makanya ceritaku ini jadi 18 plus. Kalau kalian yang pada baca cerita ini belum 18 ... silahkan menyingkir dulu ya ... tunggu hingga usia kalian 18, daripada aku nanti digorok orang tua kalian, dikira mengajari kalian hal-hal yang tidak seharusnya. Ok?
Yup ... lanjut ....
Aku baru saja lulus SMU. Tepatnya sih sebulan yang lalu. Rencana awal sih mau lanjut kuliah, tapi aku pinginnya kuliah di luar kota. Entah di Jakarta atau Yogjakarta gitu. Tapi sayangnya ayahku gak setuju karena aku anak cewek satu-satunya. Tepatnya anak tengah yang hanya memiliki seorang kakak laki-laki yang sebentar lagi lulus kuliah, dan seorang adik yang juga laki-laki yang sebentar lagi juga mau masuk SMU.
Jarak 3 tahun di antara kami bertiga membuat ayahku yang cuma pegawai swasta jelas saja agak kesulitan menyekolahkan kami. Biaya masuk sekolah dan buku-buku pelajaran tiap tahun selalu berganti, dan harganya juga lumayan mahal buat ukuran orang tua yang beranak 3 seperti orang tua kami.
Sementara itu kata bunda ... waktu jaman sekolah mereka dulu, buku yang bunda punya masih bisa dipakai oleh adiknya. Turun temurun. Kayaknya gak cuma buku deh ... terkadang baju adik juga ternyata bekas kakak.
Istilah jawanya ... lungsuran. Benar gak? Siapa nih yang pernah dapat lungsuran? Hayo ngakuu ...!
Upst sorry ....
Kadang aku pingin nyeletuk pada orang tuaku. Jika saja jarak kami selisih 2 atau 4 tahun, mungkin mereka tidak akan mengalami hal seperti saat ini. Tapi aku tak tega untuk mengatakannya meskipun dengan nada bercanda sekalipun. Aku masih tahu batas ketika menghadapi orang tua yang wajib aku hormati.
Biarlah aku yang mengalah untuk kuliah, menunda setahun hingga kakakku lulus menjadi sarjana. Meskipun ayah dan bunda bilang, mereka sudah menyiapkan tabungan untuk pendidikanku.
Tapi ....
"Hey ... bengong aja, Del!" tepukan pelan di bahuku membuyarkan lamunanku. Cengiran dan pelototan mataku membuat bibir Yola berdecak. "Ck ... pagi-pagi ngelamun!"
"Pagi apanya, Bos? Udah jam 9 kali. Lagian aku cuma cerita via batin aja tentang alasanku kerja di sini."
"Via batin? Maksudnya apaan?"
"Iya ... batin. Ini batin!" Aku menarik tangan Yola dan menaruhnya di dadaku. "Cerita batin buat teman-teman yang mau baca kisah hidupku."
"Idih Adel! Apaan sih? Aku masih normal tau ih!" Spontan Yola menarik tangannya begitu tahu maksudku. Wajahnya memberengut kesal, dan aku membalasnya dengan tertawa lebar.
Jemariku menyentil dahinya. "Aku juga normal kali, La!" Gadis yang tingginya cuma sebatas hidungku itu langsung mengaduh. Jemari lentiknya mencubit kulit di pinggangku.
"KDRK kamu, Del! Aku bilangin Mama nanti ya!"
Reflek aku berkelit ... Hehehe, gak sakit kok ....
"Bilangin! Sono bilangin!" Tantangku sekaligus memberikan cibiran. "Memang anak mama suka mengadu!Lagian apa tuh KDRK? Istilah gak pasaran itu. Adanya kan KDRT!"
"Kekerasan Dalam Rumah Kerja! Dasar oon!" Balasnya sebelum melengos pergi kembali ke meja kasir.
Idih ... oon ...
Aku yang menatap punggungnya pun mengangkat bahu, dan kembali meneruskan pekerjaanku. Ancaman Yola cuma sekedar ancaman, tidak akan mungkin dia menceritakan KDRK yang dia sebut ke Tante Betty, mamanya.
Akhirnya ... dengan kemoceng di tangan kananku, aku mengibaskan butiran debu yang menempel di sekitaran pakaian. Membersihkan sekaligus merapikan barang mewah dagangan butik, diiringi dengan lagu-lagu Noah yang diputar Yola.
Inilah awal kisahku ... sebelum aku gagal move on dengan seseorang yang melambungkan diriku yang polos ini, dan kemudian menghempaskannya kembali.
Vote dan comment ditunggu ya!
😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANDA dan Si MATA BIRU
General FictionCerita untuk usia 21+ Kenan Alarico Samudera sudah mengenal Amanda Puteri Suhardiman selama setahun sebagai bawahannya. Bahkan seminggu sekali mereka selalu berdua di ruangan kantornya dalam suatu urusan pekerjaan. Hingga suatu saat rasa cinta yang...