SEBELAS

14K 1.1K 125
                                    

Jangan lupa tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah ya🤗😍

Siapa tadi yang menjerit?" Tanya Pak Kenan dengan wajah yang terlihat panik.

Aku menelan ludah dan berusaha untuk tersenyum.

🌹Happy reading🌹

Aku melihat mata Pak Soni berbinar menatapku. Ada senyum tersungging di bibirnya yang membuatku segera mengalihkan tatapan mataku ke Pak Kenan.

Dia bertanya siapa yang menjerit, padahal sudah jelas hanya ada aku cewek yang ada di sini.

"Maaf Pak, saya tadi sedikit pusing, jadinya oleng dan nabrak meja Mas Zul." Aku berusaha mencari alasan secepat mungkin. Sekilas aku melirik Mas Zul yang berusaha menahan tawa dengan menutup mulutnya.

Tangan Pak Kenan tiba-tiba meraih rahangku dan memperhatikan wajahku. Kemudian tatapannya beralih dari atas tubuhku hingga ke ujung kakiku. Diperhatikan dengan cara seperti itu oleh si Bos, tentulah membuatku merasa jengah dan salah tingkah.

"Saya gak pa pa kok, Pak!" Aku menepis tangan Pak Kenan perlahan. Dan mataku melirik lagi Mas Zul yang kini mulutnya sudah ternganga. Coba saja ada nyamuk ... pasti sudah ikut ke telan kan.

"Alhamdulillah, kalo kamu gak pa pa, Nda! Saya khawatir, kalo ada apa-apa sama kamu, lalu siapa nanti yang akan menggantikan tugas kamu?"

Aku tercenung.

Nih orang bikin lega sekaligus bikin kesal dengan perkataannya. Lega ...  karena sikap Pak Kenan seperti itu dan berharap tidak akan menimbulkan salah persepsi di mata Pak Soni dan Mas Zul. Kesal ... karena aku merasa sikap manisnya Pak Kenan selama ini kepadaku hanya karena memikirkan kelancaran bisnisnya saja.

Ada rasa sedikit nyeri di hatiku, mengingat betapa aku memang terlalu GR dan terkesan murahan. Sudah tahu Pak Kenan beristeri kok malah terbuai oleh sikap manisnya beberapa hari ini.

Akhirnya aku membalas perkataannya dengan senyuman, dan mengembalikan fokus ku pada kertas yang ada di tanganku.

"Tadinya saya mau mengantar ini loh, Pak!" Aku menunjukkan berkas yang aku bawa ke Pak Kenan.

"Kan kebetulan ada Pak Soni di sini, jadi sekalian biar bisa dibawa sama Beliau!" Sambungku lagi.

"Memangnya apa itu, Nda?"

"Pembayaran cash untuk pengiriman Jaya Lestari hari ini, Pak! Katanya sih pesanan Bapak!"

Pak Kenan meraih kertas yang aku sodorkan, sedangkan Pak Soni tersenyum mendengar penjelasanku.

"Iya, Bosmu kan dapat pembayarannya juga cash, Nda!" Sahutnya kemudian.

"Gak ya! Aku dapatnya seminggu!"

"Hahaha ... bisa aja kamu, Pak!" Pak Soni terkekeh ketika Pak Kenan mengelak.

"Beneran kok!"

"Ya udah lah, giro ku kasih cair seminggu juga gak pa pa. Gitu kan, Nda?"

Aku menautkan alisku. "Kok saya sih, Pak?" Aku kan gak tahu apa-apa masalah negosiasi mereka berdua.

Aku melihat Pak Soni menatapku dengan mengulum senyum. Pak Kenan yang memperhatikan hal itu segera menarik lenganku dan mengajak masuk ke ruangannya.

'Apa-apaan ini!' gumamku dalam hati dengan kaki yang mengikuti langkah Pak Kenan. Mataku menatap Mas Zul yang hanya bisa menaikkan satu alisnya. Entah bagaimana nanti aku harus menjelaskan sikap Pak Kenan ini kepadanya.

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang