TIGA PULUH EMPAT

8.1K 896 120
                                    

Terima kasih buat kalian yang sudah kasih masukan di chapter sebelumnya.
Semoga dari kisah ini, bisa menambah wawasan buat pembacanya.
🙏🙏

🌹Happy reading🌹

"Perlu ditemenin apa ditunggu?" Tanya Kiara ketika mobilnya sudah sampai di parkiran Samudera Jakarta, berbaris bersama puluhan mobil yang terparkir rapi di salah satu supermarket terbesar di Indonesia. Supermarket yang menjual barang secara grosir maupun retail atau eceran.

"Gimana ya enaknya, Ki?" Amanda bertanya balik. Dia merasa gugup akan bertemu Kenan, tetapi dia juga merasa tidak enak jika membicarakan hal pribadi di depan Kiara.

Kiara menepuk bahu sahabatnya itu sambil tersenyum geli. "Santai aja, Say! Aku tungguin di cafe situ ya!" Ujarnya menunjuk cafe yang berada di deretan luar toko.

Senyum Amanda merekah mendapatkan pengertian dari sahabat tersayangnya itu. "Thanks ya, Ki."

Amanda segera membuka pintu mobil dengan tak lupa menenteng paperbag yang berisi nasi padang sederhana yang dibeli sekalian jalan. Hanya itu yang bisa Amanda bawa, dan dia merasa yakin kalau Kenan akan menyukainya.

Amanda mendekat pada seorang security yang sedang berjaga di depan toko yang terlihat ramai itu. Setelah mendapatkan informasi tentang keberadaan kantor pusat Samudera yang letaknya berada di sebelah toko, Amanda pun segera menuju ke sana.

Semakin mendekat dengan pos security yang berjaga di kantor pusat, jantung Amanda semakin berdebar. Setelah hampir dua minggu tidak bertemu, dia akan bertemu lagi dengan ayah calon bayinya.

Amanda menarik dan menghembuskan napasnya perlahan. Setelah melaporkan tentang tujuan kedatangan dirinya, petugas security dengan sopan segera menunjukkan lokasi lift dan lantai tempat kantor Kenan berada.

Mata Amanda mengedar, memindai apa yang bisa dilihat dan dilewatinya. Sekedar ingin tahu bagaimana bentuk kantor yang disebut kantor pusat selama ini.

Untung saja Amanda datang di hari libur. Suasana gedung kantor yang sepi membuat dirinya bernapas lega. Setidaknya Amanda tidak merasa canggung di antara para pegawai yang sibuk di hari kerja. Apa yang akan dia sampaikan jika dia datang ke kantor pusat tanpa ada urusan. Mana mungkin dia akan mengatakan jika ada urusan pribadi dengan Bosnya di sini.

Lift pun berhenti di lantai 5.

Amanda mengatur napasnya ketika keluar dari kotak persegi itu. Sepatu sneaker yang dikenakannya menjadikan langkahnya terasa ringan dan gesit. Belum lagi celana blue jeans yang membalut kakinya yang jenjang  dipadukan dengan atasan warna putih berlengan di bawah siku, membuat dirinya kelihatan elegan. Rambut panjangnya yang dikuncir ekor kuda menunjukkan lehernya yang bersih dan segar.

Wajah cantiknya mengulum senyum. Tangannya yang bebas mengusap pelan perutnya. "Kejutan buat Ayahmu, Nak." Ucapnya dalam hati.

Sesuai dengan petunjuk yang diberikan security tadi, Amanda segera menuju ke pintu coklat besar berbahan kayu jati itu dan mengetuknya pelan. Terdengar suara yang dikenalnya menyuruhnya masuk. Tangannya perlahan membuka pintu dan menampilkan wajahnya pada orang yang ada di dalam ruangan.

Tapi dibalik pintu itu, Amanda terdiam sejenak. Dengan cepat matanya memindai ruangan tempatnya berdiri dan kemudian berhenti pada sosok kekasihnya yang mulutnya ternganga.  Sebuah tangan yang memegang sendok sedang memasukkan makanan ke dalam mulut kekasih yang dia rindukan.

Sungguh sebuah kejutan yang mendebarkan. Kenan terkejut, begitu juga dengan Amanda. Tapi Amanda berusaha membuang semua prasangka yang tiba-tiba muncul di benaknya. Dia menelan ludah sebelum menyapa.

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang