Jangan lupa tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah ya🤗😍
🌹Happy reading🌹
"Tuh kan, Nda! Hujan mulai turun. Coba tadi kamu gak bareng saya, bisa basah kuyup kamu di jalanan."
Aku tersenyum mengiyakan...
"Makasih untuk tumpangannya ya, Pak." Ucapku pelan dan menatap wajah Pak Kenan yang juga tersenyum menatapku sekilas.
Hujan memang mulai mengguyur bumi. Membasahi jalanan kota Surabaya yang lumayan padat. Sedikit merayap ketika memasuki bundaran Waru menuju ke jalan tol. Bisa jadi karena hari ini hari sabtu, jadi banyak banget mobil yang mengarah ke luar kota.
Mobil sport empat seats Pak Kenan meluncur pelan di antara derasnya air hujan. Rasa dingin AC juga mulai merasuk ke tubuhku. Untung saja aku orangnya suka hawa dingin. Jadi masih enjoy saja dengan suasana seperti ini.
"Nanti saya antar langsung ke Batu saja, ya, Nda! Biar kamu gak naik turun angkot." Pak Kenan memecah suasana canggung di antara kami dengan ajakannya. Aku yang dari tadi menikmati keheningan dengan mendengarkan suara penyiar radio yang memberikan informasi tentang kondisi jalanan kembali menatap wajah tampan Pak Kenan.
"Gak usahlah, Pak! Saya nanti turun di Karanglo saja."
Karanglo adalah pintu keluar tol di kota Malang yang langsung mengarah ke kota Batu. Biasanya di sana banyak taxi yang sedang mangkal menunggu penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke arah Batu.
"Gak pa pa kok, Nda. Sekalian saya juga pingin ke sana kok."
"Sebenarnya Bapak ini ada keperluan apa sih di Malang?" Tanyaku dengan mengernyitkan dahi. Menandakan rasa kepoku sudah berada di level yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pak Kenan kembali tersenyum dengan mata tetap fokus ke jalanan tol yang basah. Lengannya yang kekar masih dengan sigap mengolah kemudi untuk tetap lurus seperti yang diinginkan. Hujan di jalan yang sedang kami lewati kini sudah mulai berkurang.
"Saya ada janji sama teman lama. Lagi survey cari tempat buat usaha di Malang."
Kepalaku manggut-manggut.
"Ooo begitu ...." Ucapku singkat tanpa menanyakan lagi detail urusan yang dia lakukan. Rasanya tidak sopan jika aku membahasnya terlalu jauh. Bukan urusanku juga kan..
"Gak pa pa diantar Pak Kenan sampe alun-alun Batu, Nda. Pingin ngerasain malam mingguan di sana sekalian cari susu." Anita yang duduk di belakangku, langsung menyahut.
Aku menoleh melihatnya.
Nih cewek...tadinya aku pikir dia ketiduran setelah sempat menolak ketika aku memaksa dirinya untuk ikut menemaniku ke rumah Bunda Hanum. Maklum saja, dia biasanya kan kalau malam minggu keluar dan jalan-jalan sama cowoknya. Cuma kali ini dia aku paksa untuk mengerti situasiku setelah aku bercerita sekilas tentang Pak Kenan di rumah kosnya.
Jelas aku akan merasa canggung dan tak enak hati jika harus berdua saja dengan Pak Kenan untuk keluar kota.. Hubungan kami kan ada dinding pemisah, setidaknya aku berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan dirinya setelah kejadian ciuman waktu itu.
"Kamu gak takut gemuk, Nit?" Tanyaku setelah terdiam sesaat. Badan Anita yang mudah melebar membuatnya sedikit berhati-hati untuk mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang berlemak. Apalagi di malam hari.
"Sekali-kali saja gak pa pa lah, Nda! Kan mumpung ada Pak Kenan yang traktir." Jawab Anita santai. Membuatku menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam.
Anita terkekeh...
Aku menatap kembali ke Bos buleku.
"Memangnya Bapak janjian ketemu sama temannya jam berapa sih? Sekarang sudah jam empat lo. Gak takut kemalaman nanti kalo antar saya ke Batu dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANDA dan Si MATA BIRU
Fiksi UmumCerita untuk usia 21+ Kenan Alarico Samudera sudah mengenal Amanda Puteri Suhardiman selama setahun sebagai bawahannya. Bahkan seminggu sekali mereka selalu berdua di ruangan kantornya dalam suatu urusan pekerjaan. Hingga suatu saat rasa cinta yang...