TIGA PULUH TIGA

8.3K 810 145
                                    


🌹Happy reading🌹

Amanda mengunci pintu kamarnya setelah memastikan mamanya juga sudah memasuki kamarnya yang berada di lantai bawah. Sedangkan adik kesayangannya, Mario belum pulang dari acara temu kangen bersama teman-temannya.

Yah, sudah beberapa hari ini Mario sudah kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya lagi. Masa magangnya sudah selesai. Dan sudah saatnya kini berganti peran menjadi pengganti papanya yang telah tiada. Mengambil spesialis sekaligus bekerja di rumah sakit milik sahabatnya di Surabaya.

Di satu sisi Amanda merasa bahagia melihat Mario lagi, sehingga dia merasa tenang karena akan ada yang menjaga dan melindungi mamanya secara langsung.

Tapi di sisi yang lain dia juga merasa ketar-ketir. Dan rasa itu membuat dirinya bingung. Amanda harus bisa berhati-hati menghadapi mata Mario yang jeli. Hubungan adik kakak di antara mereka sangatlah dekat, dan ini yang membuat Amanda harus pandai berakting. Tersenyum dan bersikap ceria ketika berkumpul bertiga, agar Mario tidak curiga jika ada yang berbeda dalam diri kakaknya yang sudah berbadan dua.

Meskipun kehamilannya tidaklah rewel, atau kalau orang Jawa bilang  'ngebo', tapi sesekali Amanda merasakan mual juga di pagi hari, cuma tidak yang parah-parah banget. Tapi tetap saja Amanda harus banyak menahan diri agar Mario tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

Tangan Amanda segera mengambil koper kecil yang selama ini tersimpan rapi di atas lemari. Dan kemudian mengisinya dengan beberapa setel baju dan beberapa keperluan untuk tiga hari ke depan. Tidak lupa dia juga memasukkan tiket pesawat dan foto hasil USG di dalamnya.

Tangannya bergerak cepat karena tekadnya kini sudah bulat. Dia akan memberikan surprise pada Kenan setelah tiga hari yang lalu dia memastikan janin di dalam kandungannya sudah berusia 9 minggu. Dan yang membuat dirinya lega adalah kondisi janinnya sehat.

Ijin cuti dua harinya juga dikabulkan Teresia dan Pak Gede selaku manager Personalia dan HRD, tentunya dengan alasan 'ada keperluan keluarga yang sangat mendadak dan mendesak'.

Dan akhirnya loloslah dia ... mendapatkan cuti tahunan yang jarang sekali diambilnya. Dengan tanggal merah di hari Kamis, yang berarti dia mendapat libur 4 hari.  Dan itu cukup baginya untuk pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Kenan. Serta menghindari GM baru yang membuat dirinya jijik. Karena tugasnya di hari Jumat dan Sabtu digantikan Teresia atau teman lainnya.

Setelah selesai menyiapkan kebutuhannya, Amanda segera merebahkan dirinya di ranjang. Tangannya mengusap lembut perutnya seolah mengajak berdialog janin yang mungkin belum memiliki roh.

"Sabar ya, Nak ... besok siang kamu akan bertemu Ayahmu yang ganteng itu." Amanda bermonolog, bibirnya menyunggingkan senyum. Membayangkan keterkejutan Kenan dengan kehadirannya di depannya langsung, dan juga calon anak yang belum pernah Kenan miliki.

Tentu Kenan akan bahagia.

Semua itu berkat rayuan Bramantyo. Dia telah berhasil membujuk Amanda dengan sedikit ancaman. Tetangganya yang berstatus dokter obgyn itu mengirimkan beberapa foto bayi yang memiliki kondisi yang mengenaskan akibat sikap ibunya yang kurang peduli sejak mereka dalam kandungan.

Dan setelah sehari penuh Amanda memikirkan kiriman Bram, akhirnya hati Amanda mulai terbuka. Dia tidak mau kelak anaknya mengalami  seperti apa yang ada di ponselnya.

Amanda juga mulai rajin mem-browsing di internet tentang perkembangan bayi dari minggu ke minggu. Mempelajari tentang apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia hindari supaya anaknya terlahir sehat dan tak kurang suatu apapun.

Dan Amanda pun membayangkan ... seperti siapakah anaknya yang akan terlahir kelak? Seperti diakah? Atau seperti Kenan? Senyum Amanda menghiasi bibirnya hingga tanpa sadar diapun terlelap dengan posisi salah satu tangan yang masih di atas perutnya.

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang