EMPAT PULUH TIGA

10.1K 995 97
                                    


🌹Happy reading🌹

Perlahan Amanda membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali sebelum akhirnya terbuka lebar. Matanya memindai sejenak sekitarnya, sebelum berakhir pada sebuah wajah yang menatapnya sendu dengan bibir berurai senyum.

Kenan ....

Amanda menelan ludah. Ingin rasanya dia mengulurkan tangan dan mengusap rahang yang mulai ditutupi cambang itu, tapi dia menahan keinginannya dengan membuang pandangannya ke arah lain.

Kenan yang kedua tangannya sedang menangkup dan memberikan elusan lembut di tangan Amanda menghela napas lega.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga Yang. Sedari tadi Mas khawatir banget, takut kenapa napa sama kamu," ucap Kenan sembari bibirnya berulang kali mendaratkan kecupan di tangan Amanda.

"So sweet banget sih, Mas." Ingin rasanya Amanda mengucapkan kalimat itu, tapi semuanya seakan tertahan di tenggorokannya yang kering.

"Haus ...." Lirih suaranya, tapi Kenan dengan cepat meraih gelas di samping ranjang yang sudah ada sedotan di dalamnya, dan segera mengulurkan ke Amanda yang kepalanya langsung terangkat tapi ditopang tangan Kenan.

Selesai minum, Kenan meletakkan kembali Amanda pada posisinya semula. "Kamu makan dulu ya?"

Amanda menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Kenan dengan dahi mengernyit.

"Gak nafsu," jawab Amanda datar.

Kenan terdiam. Dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Ada rasa sesak di dadanya melihat kekasih yang dicintainya menolak perhatiannya hanya karena salah paham. Padahal wanita manapun yang ditemuinya selama ini selalu mengharap perhatiannya, tapi kekasihnya memang berbeda. Kenan tahu jika Amanda sedang merajuk, dan dia berharap ... stok kesabarannya masih banyak. Demi wanita dan calon anak yang kini ada di dalam perut wanitanya.

Membayangkan hal itu seketika mata Kenan mengembun. Dokter telah menjelaskan jika kehamilan Amanda sudah memasuki usia 15 minggu. Dan Kenan yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa tertegun mendengarkan penjelasan dokter, serta hanya mampu mengucapkan terima kasih.

Amanda menatap pria yang dicintainya dan sekaligus dibencinya itu. Ada rasa tak percaya di hatinya begitu mendapatkan mata biru pria yang duduk di pinggir ranjang itu berkaca-kaca.

"Kenapa aku di sini?" Tanya Amanda lirih sembari menarik tangannya yang berada dalam genggaman Kenan. Dia sadar jika kini sedang berada di sebuah rumah sakit dengan tangan kiri yang terinfus.

Kenan mengalihkan rasa sesaknya dengan mengusap pelan pucuk rambut Amanda dari depan dan mengarahkannya ke belakang. Sebelum tubuhnya menunduk dan mendaratkan kecupan lembut di kening wanitanya beberapa kali. Sulit diungkapkan betapa dia sangat mencintai wanita yang kini sedang mengandung anaknya. Anak yang dia dambakan selama ini.

Amanda memejamkan mata, dia menikmati sentuhan Kenan meskipun dalam kebingungan. Pikirannya belum bisa fokus mengingat apa yang membuat dirinya terbaring di sini. Masih ada sedikit pening dan mual di perutnya.

"Terima kasih, Yang," ucap Kenan tulus dan lembut. Hatinya berdebar penuh rindu dan rasa sayang yang membuncah.

"Terima kasih kamu telah menjaga anak kita." Lanjut Kenan dalam hati. Dia masih menjaga ucapannya agar tidak menyakiti Amanda.

"Aku dimana?" Amanda mengabaikan ucapan Kenan dan berusaha untuk mengingat apa yang terjadi.

"Kamu di rumah sakit. Tadi siang kamu pingsan, dan Mas bingung, akhirnya Mas bawa saja kamu ke sini," jelas Kenan dengan mata menatap lekat mata wanitanya.

AMANDA dan Si MATA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang