"Rasa kehilangan pasti tidak akan pernah bisa menghindar. Cepat atau lambat, sekarang atau nanti, siap atau tidak, kita pasti akan merasakan kata kehilangan, entah itu kehilangan seorang teman ataupun seorang keluarga. "
-Story of ALBIRU.
Happy reading ><
"Menurut kamu gimana, Din? Aku takut kalau Bir terus seperti ini, mentalnya akan terganggu."
Di dalam kamarnya. Mentari dan juga Dino sedang berbicara dan berdiskusi mengenai anaknya yang semakin hari semakin tidak membaik. Bir selalu tidak ingin makan, dan selalu mengurung dirinya di kamar sampai tubuh Bir terlihat kurus sekarang.
Dino mengusap dagunya. Pria itu juga bingung apa yang harus dilakukan sekarang.
Dino terdiam saat sesuatu tiba-tiba terlintas dibenaknya. Langsung saja pria itu menatap Mentari dan mengucapkannya.
"Aku punya satu cara agar Bir bisa melupakan kejadian ini."
Mentari langsung menoleh dengan cepat dan menaikkan sebelah alisnya.
"Kita harus bawa Bir ke luar negeri." Dino menatap Mentari dalam dan juga dengan tatapan serius.
Mentari yang mendengar itu sedikit terkejut. Ke luar negeri? Apakah itu adalah jalan keluar yang terbaik?
Dino memegang kedua bahu Mentari untuk menyakinkan wanita itu.
"Mentari, kita akan pindah keluar negeri untuk saat ini. Setelah kondisi Bir membaik, kita akan pulang ke Indonesia. Bagaimana?"
Mentari sedikit ragu. Namun, akhirnya wanita itupun mengangguk setuju, yang dikatakan Dino ada benarnya. Jika Bir terus-terusan berada di sini bocah itu pasti akan selalu mengingat kejadian ini dan berujung kesehatannya memburuk. Mentari tentu tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Iya, aku ikut apa kata kamu."
Dino tersenyum.
"Nanti aku hubungin paman Dery. Kebetulan dia lagi ada meeting di Amerika. Nanti setelah aku urus semuanya, besok kita akan pergi ke Amerika. Kamu siap kan?"
Mentari memejamkan matanya sembari mengembuskan napasnya perlahan. Wanita itu membuka matanya kembali kemudian mengangguk.
"Iya." Semoga dengan cara ini semuanya akan kembali normal.
***
Seorang gadis kecil kini mengerjapkan matanya pelan. Kepalanya pusing sekali, ia tidak tahu apa yang terjadi dengannya sebelumnya.
Mata Al menyelusuri tempat ini. Dahinya mengkerut, ia pikir ia sedang berada di kamar, tetapi apa ini? Mengapa gadis itu berada di sebuah lahan yang luas dipenuhi oleh bunga-bunga dan juga kupu-kupu yang berterbangan? Al melihat bajunya, bajunya masih sama dengan yang ia pakai, yakni baju berwarna hitam.
Al bangkit dari tidurnya dengan hati-hati. Kemudian mulai mengitari tempat ini. Tempatnya sangat indah, banyak sekali bunga dan juga rumput yang menyapanya dengan hangat. Udara di sini pun sejuk tidak seperti di rumahnya. Namun, tunggu. Di mana keluarganya? Bukankah Al sedang menangisi kepergian mommynya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...