12. Muak

249 47 0
                                    

"Hal yang menyakitkan adalah ketika seseorang yang kamu sayangi, ternyata menjadi salah satu alasan kehancuranmu saat ini."

-Story of ALBIRU.

Happy reading ✨🌻

Malam ini Permata sedang berada di sofa yang berada di ruangan keluarga. Hanya terdapat dirinya seorang, ia sedang menunggu mamah dan juga papahnya yang sedang berada di kamar entah sedang membicarakan apa. Gadis itu sedikit cemas tetapi penasaran, perasaan Permata sekarang sungguh tidak bisa diartikan. Semoga saja ia bisa menerima apa yang nanti dikatakan Hero. Bukannya apa-apa, hari ini perasaannya sungguh tidak enak.

Sedangkan di lain tempat. Di sebuah kamar pasangan suami istri bernama Melati dan juga Hero, mereka sedang membicarakan suatu hal dengan wajah Melati yang menampilkan ekspresi cemas. Sebelum Hero memberitahu ini kepada Permata, ia ingin mendiskusikannya terlebih dahulu kepada istrinya, agar suatu saat nanti tidak ada kesalahpahaman.

"Aku nggak tau gimana nanti reaksi Permata," ujar Melati dengan wajah cemas.

Hero menghela napas berat.

"Aku juga, tapi mau bagaimana lagi Melati? Kita harus tetap memberitahunya. Walaupun pahit tapi Permata harus bisa menahannya, Permata kita juga sekarang sudah dewasa," ujar Hero menatap Melati tepat dimaniknya.

Melati menghela napas kemudian mengangguk lemah.

"Aku ikut apa kata kamu Mas. Semoga Permata bisa kuat dan nerima kenyataannya."

"Aamiin. Yaudah sekarang kita ke bawah, kasihan Permata, dia sudah menunggu," ujar Hero.

"Iya."

Hero dan Melati pun beranjak meninggalkan kamarnya dan turun untuk menemui Permata. Saat sudah berada di ruangan keluarga. Mereka melihat anak angkatnya sedang bermain ponsel dengan wajah santai. Hero dan Melati saling tatap sebentar, kemudian mendekati Permata dan duduk di sampingnya membuat Permata sedikit tersentak.

"Mah, Pah." Permata langsung menaroh ponselnya di saku celananya. Gadis itu mulai melihat ayahnya dengan tatapan meminta penjelasan.

Sebelum berbicara Hero menatap ke Melati yang dibalas anggukkan oleh wanita itu.

Ia menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan.

"Kamu merasa jika kecelakaan itu tidak murni?" tanya Hero memulai percakapan.

Permata mengangguk.

"Alasannya?" tanya Hero lagi.

Permata menghela napas pendek.

"Firasat." Permata menjawab dengan singkat. Entahlah, gadis itu tidak suka jika Hero berbasa-basi seperti ini, ia ingin langsung ke inti.

Hero menatap ke Melati yang dibalas tatapan juga oleh wanita itu. Sekarang Hero harus mengucapkan yang sebenarnya agar tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupkan.

"Permata. Sebenarnya ... kecelakaan oma dan juga opa kamu, disebabkan oleh rem mobil yang blong dan itu diduga karena ulah seseorang." Permata menatap ayahnya dengan serius. Sial, firasatnya makin ke sini makin buruk saja.

"Papah sudah selediki. Dan Papah juga sudah menemukan bukti dan juga pelaku yang menjadi tersangka. Pelaku tersebut sudah Papah masukkan ke penjara dan Papah meminta hukuman yang berat untuk dia."

"Siapa pelaku itu?"

Hero sedikit kebingungan untuk menjawabnya. Sama seperti Melati, sebenarnya ia pun merasa ragu. Apalagi Permata masih berduka dilihat dari kedua bola matanya.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang