7. Mereka Datang

401 55 0
                                    

"Ketika satu kebahagiaan telah hilang. Maka kebahagiaan yang lainnya pun akan datang. Bersabarlah, dengan begitu kebahagiaanmu yang lain pasti akan cepat menghampiri."

-Story of ALBIRU.

Happy reading ✨🌻

"Berlian, Berlian." Bunda Berlian menepuk kedua pipi Berlian agar bangung. Cowok itu sudah berada di kamarnya sekarang, sudah satu jam Berlian tidak sadarkan diri. Entahlah, mungkin cowok itu terlalu shock mendengar kehamilan bundanya.

Mata Berlian mulai mengerjap dengan pelan. Samar-samar cowok itu melihat bunda, ayah, dan dua pembantunya yang sedang menatapnya khawatir. Kesadaran Berlian mulai terkumpul sepenuhnya cowok itupun bangun dari tidurnya dan mulai duduk disandaran kasur.

"Alhamdulillah, kamu udah bangun. Bunda takut kamu kenapa-kenapa," ujar bunda Berlian dengan menghela napas lega. Wanita itu melihat ke nakas, dan mengambil segelas air putih yang tertampang di sana.

"Ini minum dulu." Wanita itu memberikan gelas tersebut ke anaknya.

Berlian mengambilnya dan langsung meminumnya hingga tandas. Setelah itu gelasnya ia kembalikan lagi ke bundanya.

"Kamu nggak apa-apa kan Berlian?" tanya ayah Berlian.

Berlian mengangguk, tubuhnya masih terlihat lemas.

"Kamu pucat banget, kamu makan yah."

"Bi tolong ambilkan bubur yang tadi saya beli," kata bunda Berlian ke salah satu pembantu.

Pembantu tersebut mengangguk, "Baik nyonya." Ia pun beranjak pergi mengambil bubur yang tadi diperintahkan oleh majikannya.

Berlian menghela napas kemudian menatap bundanya memelas.

"Bund," panggilnya.

"Iya sayang?"

"Aku nggak mau punya adik," kata Berlian dengan cemberut.

Ayah Berlian yang mendengar itu terkekeh pelan.
"Kenapa memangnya?"

Berlian menoleh, "Nanti aku nggak disayang lagi," ujar Berlian polos. Sifat kekanak-kanakannya mulai kambuh.

Bunda Berlian terkekeh dan mengusap rambut Berlian.

"Kamu udah besar Berlian, jangan kaya anak kecil. Anak itu anugerah, kita harus menerimanya. Dan lagi pun kasih sayang Bunda sama Ayah nggak akan pernah berkurang," tutur bunda Berlian dengan tersenyum hangat.

Berlian menghela napas. Bukan karena takut kasih sayangnya terbagi, tetapi Berlian juga takut jika nanti adiknya akan selalu mengganggu ketenangannya. Berlian juga takut, jika nanti bundanya ngidam, pasti ia akan disuruh melakukan hal yang aneh-aneh. Sebuah kebiasaan ibu hamil.

Tetapi yang dikatakan oleh bundanya juga benar. Anak adalah anugerah, harusnya Berlian bisa menerimanya dengan senang hati. Ia harus berpikir jika di luar sana banyak sekali yang menginginkan seorang anak untuk datang dikehidupan mereka, dan Berlian tidak boleh seperti ini. Ia harus bersyukur, karena bundanya dipercayai lagi untuk bisa menjaga dan merawat anugerah dari Tuhan.

"Iya Bunda. Berlian minta maaf," kata Berlian.

Bunda Berlian terkekeh, "Nggak apa-apa."

"Sejak kapan kamu jadi lembek gini? Perasaan ayah nggak ngajarin kamu buat jadi lemah. Denger kehamilan Bunda kamu aja, kamu udah pingsan. Gimana nanti kalau kamu terbang dan lihat ketinggian? Katanya cita-citanya mau jadi pilot, baru segini aja kamu udah kaya perempuan," omel ayah Berlian yang melihat Berlian lembek seperti ini.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang