42. Terluka

179 24 0
                                    

"Kesalahan yang dilakukan oleh manusia adalah mengambil kesimpulan tanpa melihat penjelasan diakhir."

-Story of ALBIRU.


Happy reading ✨🌻

Berlian menggosok-gosokkan tangannya sebelum memasuki rumah mewah itu. Meskipun bukan sekalinya ia ke sini, tapi tetap saja ia masih gugup apalagi jika berhadapan dengan Hero dan juga Melati, Berlian takut melakukan kesalahan di depan mereka yang membuat mereka menjauhkannya dengan Permata.

Berlian mengetok pintu dengan pelan menunggu orang dalam untuk membukakannya, tak lama Melati membuka pintu dan menyapa Berlian dengan senyuman ramah.

"Eh Berlian. Ayo sini masuk." Melati mempersilahkan. Berlian mengangguk dan melangkah masuk.

Terlihat Hero dan juga Permata yang sedang duduk di meja makan. Permata menatap Berlian, tatapannya mulai sinis dan tidak suka, sedangkan Berlian menyengir ke arah Permata.

"Kebetulan kamu ke sini, kami sedang makan malam. Ayo sekalian aja makan malam barang," ujar Hero tersenyum ke arah Berlian.

Berlian mengangguk dan duduk di kursi samping Permata. Permata yang enggan berdekatan dengan Berlian bangkit dari duduknya.

"Permata selesai." Gadis itu beranjak pergi menuju ke kamarnya meninggalkan Berlian yang menghela napas. Oke sabar Berlian, Permata hanya butuh waktu.

"Mungkin Permata sudah kenyang. Ayo Berlian makan," suruh Melati perhatian. Berlian mengangguk dan mulai makan. Pikirannya sekarang melayang ke Permata, bahkan ia tidak nafsu untuk makan sekarang, tapi karena Hero dan juga Melati yang sudah menawarinya makan maka Berlian tidak bisa menolak begitu saja. Ia harus menghargai mereka.

"Gimana dengan sekolah kamu Berlian?" tanya Hero mengawali perobrolan. Ia menyuapkan nasinya dengan menatap Berlian.

"Baik Om."

"Kamu lagi marahan sama Permata?"

Berlian menghentikan gerakannya saat Melati bertanya itu.

"Hanya kesalahpahaman aja Tan," jawab Berlian dengan tersenyum.

Melati manggut-manggut, "Pantesan dari kemarin Permata jarang keluar kamar ternyata kalian lagi berantem," ujar Melati santai dan Berlian hanya terdiam.

Artinya bukan Berlian saja yang merasa galau, tetapi Permata juga.

"Setelah makan malam kamu langsung ke kamar Permata, selesaiin masalah kalian. Om nggak mau kalian berantem panjang." Hero meminum air putih dan menatap Berlian.

Berlian hanya mengangguk. Bahkan cowok itu tidak tahu harus melakukan apalagi untuk Permata memaafkannya. Meskipun ini hanyalah kesalahpahaman semata.

***

"Lo nggak punya sopan santun? Ini kamar cewek kalau lo tahu." Permata melipat tangan sembari menatap Berlian sinis yang ditatap hanya menyengir tak berdosa. Ia melangkahkan langkahnya ke Permata tetapi berhenti saat Permata mencegahnya.

"Jangan deket-deket gue, gue minta lo pergi dari sini!"

"Gue muak liat muka lo." Permata menatap Berlian dengan tatapan menghunus.

Berlian menarik napas, "Sampai kapan mau kaya gini terus?" Berlian menatap Permata lamat. "gue kangen lo Kucril," ujarnya sendu. Permata hanya membuang muka.

"Lo bahkan percaya kalau gue pembunuhnya cuma gara-gara gue megang pisau? Lo nggak tahu sebenarnya apa yang terjadi, karena lo nggak ada di sana. Gue yang ada di sana, gue yang lihat gimana Tante Mawar udah tergeletak di tanah dan itu dalam keadaan yang pingsan. Bukan gue pembunuhannya Albiru bukan gue, lo salah paham," jelas Berlian dengan mengingat lagi apa yang terjadi.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang