6. Adik Baru

526 61 0
                                    

Happy reading ✨🌻

Bel pulang sekolah baru saja berdering. Kini waktunya para murid untuk membereskan alat pelajarannya dan pulang ke rumah mengistirahatkan tubuh dan pikiran mereka masing-masing. Berpikir dan menulis nyatanya juga membuat murid kelelahan, karena berpikir bisa menguras tenaga. Walaupun kinerjanya tidak berat, seperti melakukan aktivitas yang banyak menguras tenaga lainnya.

Seperti siang ini. Muka Berlian nampak terlihat lelah karena seharian berpikir, entah setan apa yang merasukinya. Sampai dari pelajaran kedua dan sampai pelajaran akhir ia mengikuti pelajaran dikelasnya, walaupun jam pertama ia bolos dengan Badai di kantin.

Badai yang melihat Berlian yang terlihat lesu pun menghampirinya. Dan menepuk pundaknya hingga cowok yang sedang menaroh tasnya dipundak itu tersentak.

"Setan mati. Ish ngagetin aja lo markoji!" latah Berlian saat dengan tiba-tiba Badai menepuk pundaknya.

Badai tertawa mengejek.

"Lusuh amat lo. Gue beliin bensin mau?" tawar Badai yang tidak masuk ke akal.

"Gue nggak mau bensin."

"Terus maunya apa?"

"Oli." Berlian berjalan terlebih dahulu meninggalkan teman-temannya di kelas. Cowok itu ingin pergi ke parkiran, mengambil motornya dan langsung pergi ke rumah.

Sakti, Dermaga, dan Angin yang melihat perilaku Berlian pun hanya mengerutkan dahi mereka.

"Berlian kenapa?" tanya Sakti pada Badai.

"Biasa. Dia abis ngelayanin om-om jadi gitu." Mendengar jawaban Badai, Angin menjadi tergelak. Humor cowok itu memang receh.

Badai menoleh ke Angin yang mendengar suara tawa cowok itu.

"Diem lu Wiwir. Gini aja ketawa, gimana kalau gue gelitikin. Pingsan deh lu nanti yang ada."

"Nggak jelas."

Dermaga lebih dulu nyelonong dari sana, karena malas mendengar celotehan Badai. Cowok itu lebih baik langsung keparkiran dan pergi ke rumahnya. Sore ini ia tidak boleh terlambat lagi menyiram tanamannya itu.

"Si Juned setiap hari datar mulu. Gue ampelas juga tuh muka," celetuk Badai tanpa sadar.

Dermaga yang masih mendengar ucapan Badai pun menoleh dan menatap Badai dingin. Sontak Badai langsung kicep dan bersembunyi dibalik tubuh Sakti. Dasar mental ayam!

"Maaf Der gue kan jujur," kata Badai sedikit takut. Tatapan Dermaga seperti elang membuat nyali Badai ciut.

Dermaga mengabaikan. Cowok itu kembali berjalan menuju parkiran. Sedangkan Badai menghela napas lega, kemudian keluar dari persembunyiannya.

"Gimana sih lo Dai. Masa takut sama Dermaga," ejek Angin terkekeh. Sakti juga ikut-ikutan terkekeh.

Badai menoleh kemudian menatap Angin garang.

"WOI WIWIR, EMANG LO NGGAK TAKUT APA? KALAH ADU PANCO SAMA GUE AJA LU NANGIS." Badai menaroh kedua tangannya dipinggang.

"Udah-udah jangan bertengkar. Ayo." Sakti melerai kemudian mengajak mereka untuk ke parkiran. Badai masih menatap Angin dengan tatapan kesal kemudian cowok itu membuang mukanya. Angin tidak perduli ia hanya terkekeh.

***

Berlian menyelusuri koridor dengan lesu. Cowok itu ingin cepat-cepat menempel pada kasurnya. Badannya hari ini sangat tidak bertenaga. Seperti tidak makan berhari-hari.

Saat ingin membelok ke parkiran. Mata Berlian tidak sengaja melihat seorang gadis bersama keempat temannya. Gadis itu sedang sibuk dengan ponselnya, telingannya terdapat aerphone yang terpasang dengan tenang.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang