"Mikirin lo adalah hobi bagi gue."
~Berlian Baswara
Happy reading ✨🌻
"WOY!"
berlian tersentak begitu mendengar suara Badai dan juga Angin yang mengagetkannya dengan kompak. Pagi-pagi ini Berlian sedang berada dirooftop cowok itu malas untuk mengikuti pelajaran di kelas, sudah lama ia tidak membolos.
Awalnya Berlian di sini sendiri. Namun, teman-temannya itu malah menyusulnya ke sini padahal dari parkiran Berlian langsung ke sini tidak ke kelas dulu.
"Ayo masuk. Nggak usah bolos," ujar Sakti melihat Berlian yang sedang duduk dikursi rooftop sembari kepalanya yang disenderkan ke kursi rooftop.
"Males."
"CURANG LO JIN IPRIT. BOLOS NGGAK NGAJAK-NGAJAK, EMANG KURANG ASEM LO!" semprot Badai. Ia kesal karena Berlian mencoba membolos tanpa mengajaknya.
"Nggak di mana-mana lo ngegas mulu yah centong! Udah berisik, gue lagi terngingang-ngiange nih!" Berlian memejamkan matanya sembari senyam-senyum tidak jelas.
Badai, Angin, dan Sakti saling tatap. Heran dengan perilaku Berlian pagi ini.
"LO KENA SANTET YAK? KOK SENYAM-SENYUM SENDIRI." Badai duduk di samping Berlian dan menyentuh pipi Berlian kasar sembari berujar heboh.
"Alay banget njir," cibir Angin yang melihat tingkah Badai.
"NYINGKIR LO DARI GUE SYAITON!" berlian mendorong Badai hingga terjerembat ke lantai rooftop. Badai mengaduh sembari mengelus-eluskan pantatnya yang ngeri.
"Lo kalau mau ngedorong gue bilang-bilang mulu napa! Sakit bangke. Aduh, mana gue baru ngurut pantat lagi kemarin."
"Jorok," ujar Sakti.
Badai menoleh ke arah Sakti, "Bantu gue Junaedi!"
Sakti memutar bola matanya malas, tetapi cowok itu mendekat ke Badai dan membantunya berdiri.
"Bentar lagi masuk." Dermaga melihat jam yang melingkar ditangannya.
"Pagi-pagi makan tomat. Bodo amat," ujar Berlian santai.
Dermaga berdecak.
"Mending lo semua ke kelas aja dah. Gue mau bolos sekali-kali, cape gue rajin mulu."
"Rajin taik kebo! Lo rajin baru satu kali jubaedah," sanggah Badai yang kini sudah berdiri di dekat Sakti.
Berlian menatap Badai tajam.
"Komen aja lo dasar tukang adu cacing."
"Banjir, nggak estetic cacing diadu."
"Sakti, Angin ayo ke kelas sekarang." Dermaga menatap ke arah Sakti dan Angin yang dibalas anggukkan oleh mereka.
Angin ingin membalikkan badanya tetapi Berlian memanggilnya, sontak cowok itu menoleh.
"Wiwir kalau gue ditanya jangan bilang kalau gue bolos. Bilang aja gue lagi ikutan olimpiade matematika sama emak-emak," ngawur Berlian.
"Hm." Angin berdehem dan mengembalikkan tubuhnya lagi. Ia melangkah menyusul Dermaga dan juga Sakti yang sudah keluar rooftop.
"Emang dasar lo tukang ngibul," cibir Badai sembari duduk di samping Berlian.
"Eh ... eh ngapain lo deket-deket, jauh-jauh dari gue. Nanti gue kena virus!" Berlian menjauhi Badai dengan tatapan geli.
"Anjir, diem lo. Pantat gue masih sakit nih." Badai menyentuh pantatnya yang masih berdenyut nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...