45. Menyusul ke London

184 23 0
                                    

"Sejauh apapun kamu pergi. Aku tetap akan mencari."

-Berlian Baswara.

Happy reading ✨🌻

Siang ini Berlian, Mega, Vania, Cahaya, Angin, Dermaga, Sakti, Putri, dan juga Badai sedang berada di salah satu cafe dekat rumah Permata. Berlian mengajak mereka untuk ketemuan di sini dan menceritakan perihal Permata pindah ke luar negeri. Tentu saja mereka terkejut, terutama teman-teman Permata mereka tidak menyangka dengan semua ini yang terlihat mendadak, kecuali Mega. Gadis itu sedari tadi diam saja. Bingung harus berbicara apa.

"Permata ko nggak ada ngabarin gue sih kalau dia mau pergi ke luar negeri!" omel Vania mencak-mencak.

"Jangankan lo gue aja enggak." Berlian mengembuskan napas pelan.

"Lo kan lagi berantem sama Permata ya nggak bakal dikabarin lah ogeb!" sarkas Badai kemudian cowok itu tergelak.

Berlian mendelik tajam, "Apasih emang lo diajak?"

Badai berhenti tertawa dan mencibir, "Ipisih iming li diijik." Berlian hanya berdecak kesal.

"Alasan Permata pergi kenapa? Ada yang tahu?" tanya Sakti menatap teman-temannya.

Berlian terdiam, lalu mengembuskan napas. Permata pergi ke luar negeri tak lain karena dirinya. Permata ingin menjauhi Berlian, dan saat Permata bilang kalau Berlian harus menjauhinya seharusnya Berlian menurut saja jika tidak kejadian ini pasti tidak akan terjadi. Permata lelah menghadapinya maka dari itu ia memutuskan untuk pergi ke luar negeri.

"Karena gue," aku Berlian pelan. Mereka terdiam.
Berlian menatap Sakti, "Albiru pengen jauhi gue maka dari itu dia pergi ke luar negeri," katanya serius dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan.

Sempat terdiam beberapa detik akhirnya Dermaga pun mengeluarkan suaranya.

"Ada yang tahu negara mana yang Permata tinggali?" tanya Dermaga lantas Berlian langsung melirik ke Mega. Mega yang tahu apa arti lirikan Berlian menggeleng.

"Gue cuma tahu Permata pindah ke luar negeri. Tante Melati nggak ngasih tahu mereka mau pindah kemana."

Lagi-lagi Berlian hanya menghela napas dan menunduk.

"Kenapa kita nggak minta bantuan mbak Marni aja?" seru Vania semangat membuat Berlian mendongak cepat.

Vania mengambil ponselnya dan memainkannya, "Bentar gue hubungi Mbak Marni dulu sebentar."

"Mbak Marni siapa?" tanya Sakti.

"Pengasuh Permata dari kecil," jawab Cahaya, Sakti hanya manggut-manggut.

"Hallo Mbak," sapa Vania saat panggilan tersambung.

"Hallo neng Vania kenapa ya? Tumben telpon mbak," jawab Mbak Marni dari suaranya sedikit serak, mungkin karena menangisi Permata.

"Vania mau nanya Mbak. Mbak Marni tau nggak Permata pindah di negara mana?" tanya Vania to the point.

Berlian dan yang lainnya hanya mendengarkan. Menanti jawaban dari mbak Marni, Vania sengaja meloadspeakernya agar mereka bisa tahu.

Mbak Marni sempat terdiam sejenak, tapi tak urung ia pun menjawab.

"Di London Neng. Neng Permata pindah ke London," jawabnya yang membuat Vania tersenyum lebar.

"Oke Mbak. Makasih ya, kalau gitu Vania matiin panggilannya ya mbak."

"Iya."

Vania menutup panggilannya dan menatap Berlian.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang