"Jangan suka bermain-main dengan kepercayaan seseorang. Kamu tahu sendiri, kaca yang telah retak tidak akan bisa kembali ke bentuk semula."
-Story of ALBIRU.
Happy reading ✨🌻
Permata memeluk gulingnya dengan tengkurab. Cewek itu membuka ponselnya yang tiga jam ini ia matikan. Dahi Permata mengkerut saat ia mendapatkan pesan dari nomer yang tidak dikenal
083*******
Kucril malam ini jam 19.00 wib kita ketemuan di Cafe Victoria, ada suatu hal yang penting yang mau gue omongin. Oh iya ini Berlian, kartu gue ada dua wkwkw buat cadangan aja. Yaudah, sampai jumpa di cafee kucril.Permata termenung. Hal penting apa yang ingin Berlian katakan? Siang tadi cowok itu barusan saja main, lalu kenapa tidak bicara dengannya saat itu? Oh atau mungkin Berlian malu karena ada orang tua Permata.
Permata menggelengkan kepalanya. Gadis itu melihat jam yang berada diponsel. Jarum pendek menunjukkan angka 06.40, berarti masih ada dua puluh menit untuknya bersiap-siap. Beruntung sekali gadis itu sudah sholat maghrib dan mengerjakan pekerjaan sekolahnya.
Permata turun dari kasurnya dan menuju ke lemari. Ia memilih baju untuknya pakai sampai matanya menemukan sweeter rajut berwarna hitam langsung saja ia mengambilnya. Permata juga mengambil jeans berwarna putih untuk melengkapi sweeter tersebut.
Setelah memilih baju Permata langsung ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Tak lama ia pun keluar dengan sweeter dan jeans yang terlihat pas ditubuhnya.
Permata berdiri di depan cermin. Ia merapihkan rambutnya yang sedikit tidak rapih menggunakan sisirnya. Rambut Permata ia biarkan tergerai bebas. Setelah itu Permata mengoleskan sedikit lipbalm dibibirnya agar tidak terlihat kering.
Saat sudah selesai semua Permata melihat pantulan dirinya yang terlihat cantik. Penampilannya begitu simple dan cantiknya tidak pernah luntur. Permata mengambil slingbagnya dan keluar kamar untuk pamit sekaligus pergi ke cafe. Kebetulan jarum pendek sudah menunjukkan angka 19.00 wib.
Permata melihat Jingga dan Hero yang sedang duduk di sofa sembari menonton televisi. Gadis itu sontak mendekati mereka.
"Mah, Pah, aku pamit keluar."
Jingga dan Hero menoleh secara bersamaan.
"Mau kemana sayang?" tanya Jingga heran.
"Cafe," jawab Permata singkat.
Hero mengangguk, "Iya. Hati-hati yah."
Permata mengangguk. Gadis itu menyalami kedua orang tuanya dan melenggang pergi dari rumah. Ia ke cafe berjalan kaki mengingat jika Cafe Victoria dekat dengan rumahnya.
Disepanjang jalan Permata hanya menunduk bermain ponsel. Ia tidak perduli dengan suasana di sekeliling bahkan ia tidak perduli dengan segerombolan anak cowok yang menongkrong di pinggir jalan. Terdengar siulan dan sahutan centil yang mereka layangkan ke Permata, tetapi Permata tetap cuek dan tidak perduli. Sampai Permata tersentak saat ada yang menoel lengannya.
"Jutek banget sih Neng. Mau kemana nih?" Cowok dengan tindikan ditelingannya tersenyum menggoda ke arah Permata.
"Jangan sentuh!" Permata menatap pria itu dengan tajam.
"Widih gila galak amat Neng. Jadi pacar Abang aja yuk." Cowok dengan seputung rokok yang berada ditangannya menyahut dan mulai mendekati Permata, sedangkan teman-temannya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...