32. Membingungkan

172 27 0
                                    

Happy reading ✨🌻

"Jadi Permata sakit gara-gara semalem dia hujan-hujanan nunggu lo?" tanya Badai tak percaya. Ia mengelus lembut kepala Moci yang berada dipangkuannya.

"Iya. Padahal yang ngirim pesan itu bukan gue." Berlian mengusap wajahnya kasar. Malam ini ia berada di rumah Badai bersama teman-temannya yang lain. Cowok itu baru saja menceritakan masalahnya dengan Permata tadi siang.

"Heran gue. Padahal kalian belum pacaran tapi banyak kuman yang ngeganggu. Segitu gantengnya yah Lo Jin Iprit?" Badai menggeleng-gelengkan kepalanya.

Berlian mengambil bantal sofa dan melemparnya ke wajah Badai, "Gue lagi nggak bercanda. Gue serius, gara-gara ini Albiru benci lagi sama gue. Sialan! Siapa sih tuh orang, belum aja gue gibeng!"

"Mungkin Cathrin. Coba lo tanya dia," ujar Angin yang membaca buku komiknya.

Berlian terdiam. Cathrin, yah ia tidak kepikiran ke sana. Selama ini Cathrin menyukainya dan mungkin gadis itu masih gencar untuk memisahkannya dengan Permata. Selain itu Cathrin pasti ingin membalas dendam atas pukulan Berlian.

"Nah bener tuh. Cathrin kan nggak suka sama hubungan lo dan Permata!" seru Badai sembari mengompori.

"Jangan su'udzon," tegur Dermaga datar.

Badai menoleh, "Gue bukannya su'udzon atau apa yah Juned, tapi yang suka sama Berlian cuma Cathrin doang dan Cathrin juga pelaku surat itukan? Bisa jadi aja dia beraksi lagi."

Dermaga menutar kedua bola matanya. Cowok itu fokus saja dengan ponselnya. Ia lagi malas untuk mengurusi masalah Berlian.

"Menurut lo gimana Sakti?" Berlian menoleh ke arah Sakti dan meminta saran kepadanya.

"Ucapan Badai sedikit bener. Nggak salah juga kalau lo tanya sama dia," jawab Sakti santai.

Berlian mengangguk. Cathrin oh Cathrin tidak ada kapoknya gadis itu. Berlian sudah memberikannya perhitungan, tapi ia tetap saja melakukan rencana lain untuk menjauhkan dirinya dan Permata. Begitu meresahkan!

Besok pagi Berlian harus ke kelas gadis itu dan menanyai soal ini.

***

Ayam jantan mulai mengeluarkan suara merdunya, memberi pertanda jika sang mentari akan tiba dan sang malam akan bersembunyi kembali. Angin sepoi-sepoi di pagi hari membuat suasana begitu sejuk. Bunga-bunga bermekaran tak sedikit juga embun terjatuh dari daun. Di dalam kamar bernuansa biru seorang gadis telah berdiri dicermin besar sembari menyisir rambutnya yang mulai mengering. Gadis itu menyudahi sisirannya dan mengambil parfum kemudian menyemprotkannya ke tubuhnya. Ia mengambil lipbalm dan langsung mengoleskannya ke bibirnya agar tidak pucat.

Hari ini Permata akan sekolah. Ia sudah merasa baikan sekarang. Sering izin akan membuatnya ketinggalan pelajaran dan tentunya akan berpengaruh ke nilai-nilainya.

Permata menoleh saat mendengar ada seseorang membuka pintunya. Kedua sudut bibirnya mengembang saat melihat Melati berada dipintu dan berjalan mendekatinya dengan senyuman manis.

"Mau berangkat hari ini?" tanya Melati sembari mengelus rambut Permata sayang.

Permata mengangguk, "Iya."

"Kamu udah merasa baikan?" Dan sekali lagi Permata mengangguk.

"Yaudah kalau gitu ayo turun. Sarapan dulu."

Melati dan Permata pun beranjak dari kamar Permata dan turun ke bawah. Dipundak kanan Permata sudah ada ranselnya yang menggantung.

Saat sudah berada di meja makan mereka langsung saja sarapan dengan Hero yang sedari tadi sudah berada di tempatnya. Tanpa banyak bicara mereka makan dengan tenang tanpa diselingi perobolan.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang