19. Merasa Bersalah

183 32 0
                                    

"Rasa bersalah pasti ada. Meski hanya sebutir debu."

happy reading✨🌻

Motor Dermaga sudah sampai ke bangunan besar yang ia tuju. Cepat-cepat cowok itu menaroh helmnya dan turun dari motor. Ia mulai melangkah memasuki rumah besar dengan halaman yang luas itu dengan dingin, tapi sebelumnya ia mengetuk pintu terlebih dahulu.

Terdapat satu pelayan yang membuka pintu tersebut. Melihat jika yang datang adalah salah satu teman dari anak majikannya sontak saja ia langsung mempersilahkannya masuk.

"Eh den Dermaga. Silahkan masuk."

Dermaga tersenyum singkat lalu masuk ke rumah besar tersebut. Hal yang pertama ia lihat adalah bunda dari temannya itu yang sedang asik menonton televisi di ruang tamu. Sontak Dermaga menghampirinya.

"Assalamualaikum Tan."

Wanita dengan wajah cantik itu menoleh dan bangkit berdiri.

"Eh Dermaga waalaikumsalam, tumben kamu ke sini."

Dermaga tersenyum. Sembari menatap ke sekitar mencari keberadaan seseorang.

"Dermaga ke sini nyari Om Adit. Om Aditnya ada Tante?" tanyanya membuat Jingga mengernyit bingung.

"Kenapa nyari Ayah?"

"Dermaga ada perlu," jawab Dermaga singkat.

Jingga mengangguk dan tersenyum. Mungkin ada suatu hal yang serius yang ingin dibicarakan oleh Dermaga kepada suaminya.

"Ayah ada di atas. Dia lagi ngurusin dokumen-dokumen di ruangan kerjanya. Kamu ke sana saja," ujar Jingga.

Dermaga mengangguk, "Terima kasih Tan. Dermaga pamit ke atas," kata Dermaga yang dibalas anggukkan kepala oleh Jingga.

Cowok itupun mulai menaiki tangga dan berjalan menuju ke ruang kerja Adit. Hari ini ia ingin membicarakan sesuatu hal yang penting dengan pria itu.

Dermaga sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan kerja Adit. Pria itu mengetuk pintunya tiga kali lalu terdengar sahutan dari dalam.

"Masuk."

Sontak saja Dermaga memutar knop pintunya dan mulai masuk ke ruangan Adit. Ia melihat Adit yang sedang duduk di depan meja yang dipenuhi oleh banyak dokumen-dokumen yang Dermaga pun tidak tahu apa dokumen tersebut. Dermaga melangkah ke arah Adit. Saat sudah berada di dekatnya Adit mendongakkan wajahnya dan melihat dirinya. Sontak saja pria itu berujar.

"Ternyata kamu Dermaga. Om kira siapa," ujar Adit dengan terkekeh. Cowok itu membereskan berkasnya dan merapihkannya. Kemudian ia menatap Dermaga bingung.

"Bukankah ini masih pelajaran sekolah? Lalu untuk apa kamu ke sini Dermaga?"

"Karena ada suatu hal yang penting yang ingin saya omongin." Dermaga menatap Adit dengan tatapan serius. Membuat Adit tambah bingung.

"Apa?"

"Jujur sama saya jika Om yang melakukan itu bukan?"

Dahi Adit mengerut dalam saat Dermaga bertanya seperti itu.

"Melakukan apa?" tanya Adit yang masih belum mengerti.

"Om yang menulis surat itu untuk Berlian kan?" ulangi Dermaga dengan tatapan datar.

"Surat apa? Saya tidak pernah menuliskan satu surat pun untuk Berlian." Adit masih tidak mengerti jalan pembicaran dirinya dan juga Dermaga.

"Tidak usah bohong. Di sini cuma Om yang mau hubungan Berlian dan juga Permata menjauh."

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang