43. Terlalu sayang

184 25 2
                                    

"Terlalu sayang sampai menolak untuk membenci, adalah perbuatan bodoh sesungguhnya."

-Story of ALBIRU.

Happy reading ✨🌻

"WHAT?! BERLIAN DIBULLY? SERIOUSLY!" pekik Vania tidak percaya dengan kabar yang ia dapatkan barusan.

"Gue liat sendiri Berlian dipukul abis-abisan sama kakak kelas," timpal Sari teman sekelasnya.
Vania menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap Sari lagi, "Emang karena alasan apa Berlian dibully?"

Sari sempat terkejut saat Vania tidak tahu apa-apa, "Lo nggak tau?" lantas Vania menggeleng.

"Berlian dibully gara-gara dimading ada poster yang menyatakan dia pembunuh!"

Vania melebarkan matanya mulutnya terbuka. Berita yang begitu mencengangkan.

"Gue nggak percaya kalau Berlian pembunuh!"

"Apalagi gue. Gini ya, yang gue kenal Berlian itu orangnya humuris dan kocak, dia juga baik. Mana mungkin dia lakuin itu," ujar Sari.

Vania dan Sari sedang berjalan di koridor dengan membawa tumpukkan buku paket. Mereka disuruh oleh Buk Serly untuk membawa buku-buku itu ke meja gurunya.

"Ada yang nggak beres," gumam Vania.

Vania percaya jika Berlian bukanlah seorang pembunuh. Meskipun Berlian menyebalkan tetapi wajah cowok itu tidak ada muka-muka seorang pembunuh. Membunuh cicak saja Berlian tidak tega apalagi manusia?

Pasti ada yang sengaja memfitnah Berlian, orang itu pasti orang yang tidak menyukai Berlian dan membencinya, tapi siapa?

Sudah lama mengobrol mereka tidak sadar jika mereka sudah berada di kantor guru. Langsung saja mereka menuju ke meja Buk Serly dan menaroh buku itu kemudian pergi dari kantor.

Di luar Vania sempat memelankan langkahnya saat melihat Permata yang sedang berjalan menuju ke—uks? Dahi Vania mengerut, untuk apa Vania pergi ke uks?

***

Berlian terkejut mendapati Permata ke uks dengan raut wajah datar. Berlian tersenyum senang, lihatlah? Semarahnya Permata gadis itu masih perduli dengannya.

Berlian ingin beranjak dari ranjang uks. Ia meringis saat anggota badannya sakit semua sontak ia urungkan. Dermaga, Sakti, Badai, dan juga Angin sudah meninggalkan uks sepuluh menit yang lalu, jam pelajaran sudah dimulai dan mereka disuruh Berlian untuk tidak membolos, apalagi membolos karena dirinya. Berlian baik-baik saja, bukankah ia jagoan?

Permata mengembuskan napas. Ia melangkahkan kakinya untuk mendekati Berlian. Permata berdiri tidak duduk, terlihat mata Berlian yang sayu. Wajah cowok itupun sangat pucat tidak seperti biasanya. Ditambah lagi luka memar, lebam, dan sudut bibirnya yang berdarah turut menghiasi wajah Berlian dengan sempurna.

"Kucril, gue tau lo bakal ke sini." Berlian menyengir membuat matanya menghilang.

"Tapi sayangnya gue ke sini bukan karena perduli sama lo." Senyum Berlian perlahan luntur saat Permata mengatakan itu dengan nada dingin.

"Gimana? Sakit?" Permata tertawa sekilas. "itu yang gue rasain dulu." Permata menatap Berlian tajam dan Berlian masih geming tidak paham.

"Tapi rasa sakit lo hari ini nggak ada apa-apanya sama rasa sakit yang gue rasain dulu."

"Al—"

"Iya, gue yang buat poster itu. Gue yang nyebarin ke semua orang kalau lo adalah seorang pembunuh," tekan Permata mengakui.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang