46. Menyerah

220 28 2
                                    

"Sekuat-kuatnya hati manusia pasti akan rapuh ketika mendengar orang yang dicintai mengharapkan dirimu lenyap dari dunia ini."

-Story of ALBIRU.

Happy reading ✨🌻

Berlian baru saja sampai ke London. Cowok itu sedari tadi sibuk berjalan dengan tatapan yang fokus ke ponselnya. Meminta Vania untuk mengirimkan alamat lengkap Permata. Ia tersenyum tipis saat sudah mendapatkan alamat tersebut. Berlian mendongak guna melihat ke sekitar. Namun, tatapannya terhenti ke arah seorang gadis yang sedang menatapnya. Lantas Berlian langsung berteriak memanggil gadis itu.

"ALBIRU!" Permata buru-buru pergi dan Berlian pun mengejar.

Saat ingin menyebrang tiba-tiba ada mobil yang tidak sengaja melaju cepat dan menyerempet Berlian. Alhasil, Berlian jatuh tersungkur dengan luka sobekan panjang yang berada disiku.

Permata membelalakkan matanya melihat Berlian yang sedang memegangi tangannya dan merintih kesakitan. Permata lantas mendekat, namun baru beberapa langkah ia berhenti. Menggelengkan kepalanya kemudian berbalik badan begitu saja dan meninggalkan Berlian tanpa berniat membantu cowok itu.

Terlalu gengsi sampai ia memutuskan untuk pergi.

Berlian meringis, ia melihat sikunya yang kini tengah mengeluarkan darah. Berlian menengok ke arah Permata. Berlian tersenyum sumbang saat melihat Permata berlalu pergi tanpa menghiraukannya. Berlian hanya mengembuskan napas.

"Excusme. Are you okay? Now i can help you to go in hospital." Seorang wanita bule berumur tiga puluh tahun menghampiri Berlian dan menanyakan kondisinya.

Berlian mendongak kemudian bangkit berdiri dan tersenyum.

"No problem i'm okay. Thank's cause you care."

Wanita itu mengangguk. Diwajahnya masih tertera sedikit rasa cemas, apalagi saat melihat luka yang berada di siku tangan kanan Berlian. Berlian salut, meskipun orang asing tetapi wanita itu perduli dengannya.

Wanita itu pada akhirnya menghela napas dan mengangguk. Sempat tersenyum ke arah Berlian kemudian pamit pergi, bersama dengan keluarganya kembali.

Berlian menatap ke sekitar. Suasana di sini begitu ramai dan tentu udaranya begitu dingin, hingga rasa dingin itu menyelusup ke luka Berian membuat sang empu beberapa kali meringis.

Berlian mengedarkan penglihatannya. Guna mencari sosok Permata. Ia mendesah pelan saat tidak menemukan Permata di antara keramaian. Berlian menjinjing kopernya, mungkin untuk ke tempat Permata ia harus ke apartemen dulu dan membersihkan lukanya. Lagipula Berlian harus menaroh kopernya dan membersihkan dirinya.

Berlian bangkit dan mulai menuju ke apartemennya.

***

"Sshh ...." Berlian meringis kala menempelkan kapas yang dibaluti oleh alkohol itu ke sikunya. Lukanya begitu perih, luka dikedua telapak tangannya pun masih terasa nyeri. Berlian hanya menarik napas menahan sakit.

Usai mengobati lukanya dan membungkus luka disikunya menggunakan perban Berlian mengemasi kotak p3k itu dan menarohnya kembali ke semula. Ia menyenderkan kepala dan bahunya disandaran kasur, kemudian memejamkan matanya sejenak. Bayang-bayang Permata yang pergi begitu saja saat ia terserempet terlintas dibenaknya lantas Berlian menarik bibirnya tersenyum kecut. Segitu bencinya kah Permata dengan dirinya?

Berlian membuka matanya saat mendengar ketukan pintu dari luar. Lantas ia bersuara.

"Masuk."

Pria berbadan kekar dengan pakaian hitam pun masuk. Membawakan senampan makanan untuk Berlian.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang