"Mencintai seseorang itu boleh. Yang tidak boleh adalah kamu menjadi jahat demi mendapatkan orang itu."
-Story of ALBIRU.
Happy reading ✨🌻
Berlian menaiki tangga dengan emosi yang belum mereda membuat Jingga yang melihat itu mengernyit bingung.
BRAK!
Berlian menutup pintu kamarnya dengan kencang membuat Jingga yang berada di bawah terpelonjak kaget.
"Kenapa anak itu?" tanya Jingga pada dirinya sendiri. Wanita itu langsung menaiki tangga dan menuju ke atas, ke kamar Berlian.
Jingga membuka pintu kamar Berlian yang ternyata tidak dikunci. Matanya menyelesuri setiap inci kamar milik putra pertamanya itu. Tidak ada Berlian di sana membuat dahi Jingga mengkerut.
Wanita berparuh baya yang terlihat masih cantik itu melangkah masuk ke kamar putranya. Terdengar suara kericikan air dari dalam kamar mandi. Jingga menghela napas, ternyata Berlian sedang berada di kamar mandi.
Ceklek
Jingga menoleh. Berlian keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah, cowok itu rupanya telah selesai cuci muka. Berlian sedikit terkejut melihat bundanya ada di sini. Kakinya melangkah mendekati bundanya.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Jingga yang melihat tingkah laku Berlian pas awal masuk ke rumah.
"Ber—"
Ucapan Berlian terpotong saat ponsel yang berada di atas kasurnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Sontak perhatian keduanya teralihkan oleh benda berbentuk pipih itu.
Berlian menatap ke Jingga sekilas. Kemudian cowok itu mengambil ponselnya. Ia mengumpat di dalam hati saat melihat ternyata yang memanggilnya adalah buk Serly, wali kelasnya. Sudah Berlian tebak apa yang ingin dibicarakan oleh wanita itu.
Berlian menatap ke arah Jingga sebentar kemudian mengangkat telepon tersebut.
"Hallo."
"Kamu bisa kembali ke sekolah Berlian?" Nada bicara buk Serly terdengar tajam. Wanita itu pasti sedang marah karena mengetahui tindakan yang Berlian lakukan di sekolah.
Sial, siapa yang memberi tahu buk Serly mengenai masalah ini? Padahal sekolah sudah terlihat sepi. Tidak mungkin jika teman-temannya yang mengadu hal ini kepada guru. Ataukah Cathrin dan temannya, Gissel?
"Bisa Buk," jawab Berlian. Jingga terus memerhatikan Berlian membuat Berlian sedikit tidak nyaman.
"Kamu ke sekolah secepatnya. Ibu tunggu." Buk Serly mematikan panggilannya secara sepihak setelah mengatakan itu.
Berlian menaroh ponselnya ke saku seragamnya yang belum ia lepas. Cowok itu melirik ke bundanya yang sedang menatapnya meminta penjelasan.
"Siapa?" tanya Jingga.
"Buk Serly."
"Kenapa nelpon kamu?" tanya Jingga penasaran.
Berlian mendengus, "Bunda udah kaya wartawan aja. Udah yah Bunda Berlian mau ke sekolah lagi. Bye." Berlian buru-buru pergi dari kamarnya dan keluar rumah sebelum bundanya menanyainya lebih dalam.
"BERLIAN," teriak Jingga tetapi Berlian sudah lebih dulu keluar rumah.
Jingga menghela napas. Semoga saja Berlian tidak berulah lagi di sekolahnya. Ia sudah lelah jika harus dipanggil ke sekolah karena sifat Berlian yang nakal dan suka mengganggu teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...