10. Berduka

261 47 0
                                    

Happy reading ✨🌻

Seharian ini Permata mengunci dirinya di dalam kamar. Suasana rumahnya kini berubah menjadi berduka, seperti kehilangan cahaya yang menerangi rumah ini. Masih teringat saat pertama kali Permata pindah ke sini, opa dan omanya selalu mengajaknya bermain dan membuatnya selalu tersenyum agar bisa melupakan kejadian buruk yang ia lalui di rumah satu itu. Permata waktu itu bisa menghilangkan rasa kesedihannya sementara, karena oma dan opanya yang seberusaha mungkin untuk membuatnya tersenyum. Namun, Permata kembali sedih ketika oma opanya pindah ke luar negri karena urusan pekerjaan.

Jika kalian mengira jika Permata adalah Al, maka kalian benar. Permata Albiru, atau saat kecil biasa disapa dengan nama Al kini berubah menjadi sosok yang dingin karena kepergian dady dan juga momynya. Kini gadis itu bertambah rapuh karena juga ditinggalkan oleh oma dan opanya. Permata hari ini merasa hancur, tetapi gadis itu tidak berani untuk menunjukkan rasa hancurnya ke semua orang.

Enam tahun setelah kejadian meninggalnya momy Al atau Permata. Nugroho dan juga Cia memutuskan untuk pindah ke rumah itu agar Permata bisa melupakan semuanya walaupun itu sama sekali tidak bisa dilupakan. Nugroho, Cia, Melati, dan Hero sengaja mengganti nama panggilan Al dengan nama Permata. Yaitu nama depannya, agar Permata bisa mempunyai identitas baru dan juga kehidupan baru.

Di dalam kamarnya yang gelap tak bercahaya itu. Permata sedang meringkuk di bawah lantai dengan air mata yang tidak lelahnya untuk mengucur dipipinya. Gadis itu baru saja dari pemakaman oma dan juga opanya. Setelah dari sana ia langsung berlari ke kamar dan melampiaskan kesedihannya. Untuk saat ini ia hanya ingin sendiri, ditemani oleh pahitnya kenyataan dan juga sakitnya takdir.

"M-momy," panggil Permata dengan bibir yang bergetar.

Tatapan Permata kosong, menatap ke arah yang gelap. Kini ia serasa dejavu, berasa sendiri, sendiri dan sendiri lagi. Entahlah, bahkan untuk menangis pun air mata Permata enggan untuk keluar lagi.

Permata berdiam sebentar. Tiba-tiba saja ia teringat akan ucapan omanya waktu lalu.

Kalau suatu saat nanti kamu sedih dan merasa sendiri. Ingatlah, bahwa detik itu juga momy dan orang yang kamu sayang akan datang. Bukan datang secara nyata, tetapi datang dihati kamu dan menjadi penguat kamu. Jadi, Permata jangan sedih yah. Cucu oma kan hebat, kuat ya sayang! Jangan cengeng.

Air mata Permata merembas teringat itu. Bahunya kembali bergetar, isakannya keluar dengan suara yang sedikit mengeras.

Jangan menangis Permata. Oma sama opa akan selalu ada didekat kamu.

Permata kembali teringat ucapan opanya. Saat ia ditinggal oleh momy dan dadynya.

"Tapi nyatanya, kalian pun ninggalin Permata," isak Permata dengan suara pelan hampir tidak terdengar. Sudah tidak ada lagi kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Permata sekarang, hatinya begitu hancur dan juga rapuh. Untuk saat ini ia ingin rapuh, tetapi untuk waktu ke depan ia akan bangkit kembali dan menjadi Permata yang dulu.

Satu jam sudah Permata menangis dan dalam posisi yang sama. Air matanya perlahan mereda, isakannya pun sudah tidak terdengar lagi. Gadis itu sudah letih untuk menangis.

Terdiam sebentar, dan Permata pun bangkit. Gadis itu menyalakan lampunya, kemudian berjalan menuju ke depan cermin dengan langkah pelan dan tidak bertenaga.

Terlihatlah, dirinya yang berpenampilan acak-acakan dan terlihat miris di depan carmin. Kedua kantong mata yang membesar dan sayu, hidung yang memerah dan wajah yang seluruhnya dipenuhi oleh air mata. Hari ini ia seperti bukan Permata.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang