"Tidak semua orang terlahir dengan anggota tubuh yang lengkap, tidak semua orang juga terlahir dengan sempurna. Banyak dari mereka yang mempunyai kekurangan, banyak juga dari mereka yang hidup berkecukupan. Jadi untuk alasan apalagi kamu tidak bersyukur? Jangan insecure karena wajahmu, tetapi insecurelah dengan diri kamu sendiri yang masih belum bisa bersyukur dengan sebuah pemberian."
~ALBIRU~
Happy reading ✨🌻
Malam ini Berlian mengajak Permata untuk pergi ke sebuah tempat. Ia sudah berpamitan dengan kedua orang tua Permata yang untungnya Hero dan juga Melati memberikan izin dengan mudah kepada Berlian dengan catatan jangan pulang malam. Permata pun tidak menolak, ia menerima saja. Gadis itu juga ingin sekali-kali keluar malam dengan menaiki motor mengelilingi perjalanan ditemani oleh semilir angin malam.
Di motor tidak ada perobolan. Permata yang sibuk memejamkan matanya dan Berlian yang fokus menyetir. Permata melihat pemandangan malam, begitu sangat indah. Deretan lampu yang memenuhi perumahan terlihat berwarna-warni belum lagi angin malam yang membelai pipi dan menggerakkan rambut Permata membuat Permata merasa tenang dan damai.
Tidak lama motor Berlian memasuki sebuah gang yang sempit membuat Permata bingung. Sebenarnya mau kemana Berlian?
"Kita mau kemana?" tanya Permata bingung.
"Lo juga nanti bakal tau," jawab Berlian.
Motor Berlian memasuki gang-gang sempit yang jalannya berkelak-kelok. Ia memasuki sebuah gang yang berisi perumahan-perumahan sederhana dengan orang-orang yang berada di sana yang melihat Berlian. Banyak dari mereka yang menyapa Berlian dengan tersenyum ramah dan dibalas Berlian tersenyum juga dengan menyipitkan matanya. Hal itu membuat Permata bingung, Berlian kenal dengan mereka?
Setelah menyelesuri jalan yang berkelak-kelok Berlian pun menghentikan motornya di depan rumah yang sederhana dengan cat berwarna putih. Rumahnya tidak besar maupun kecil.
Berlian melepas helmnya. Ia turun dari motor disusul oleh Permata. Permata memegang tali slingbagnya dan menatap rumah ini dengan penuh tanda tanya. Mengerti dengan apa yang Permata rasakan, Berlian pun berujar.
"Ayo masuk," ajak Berlian.
Permata menoleh dan mengangguk. Keduanya pun memasuki rumah itu.
"Assalamualaikum," salam Berlian.
"Waalaikumsalam. Bang Berlian!"
"Yeyy Abang Berlian ke sini!"
"Bang Berlian! Aca kangennnn!"
Berlian disambut oleh anak kecil seusia tujuh tahun dan delapan tahun. Enam anak kecil itu memeluk Berlian kompak dengan senyum merekah.
Berlian tertawa kecil. Cowok itu berjongkok mensejajarkan posisinya.
"Kangen sama Abang?"
"Banget!" jawab mereka kompak.
Berlian terkekeh cowok itu menatap gadis yang memegang pena dan juga buku.
"Hay Aca. Gimana kabar Aca? Gimana sama cerita Aca?" Berlian menoel hidung Aca gemas.
Aca terkikih geli, "Alhamdulillah kak. Aca udah bisa nerbitin buku," jawab Aca, sontak Berlian berbinar dengan bahagia.
"Serius? Wah Aca hebat. Lain kali Abang Berlian ajak Aca ke kandang ayam yah," celetuknya tanpa beban.
Gadis yang berkuncir satu itu mengerucutkan bibirnya, "Kok kandang ayam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...