21. Jangan Hubungi Permata

172 33 0
                                    

"Sejam gue nggak hubungi lo itu bagaikan neraka buat gue."

~Berlian Baswara

Happy reading✨🌻

"Sorry Mega." Permata mengobati kening Mega yang berwarna biru akibat ulahnya.

Mega mengangguk, "it's oke. No problem."

"Lo kenapa sih Permata? Lo lagi emosi yah? Emosi kenapa? Jujur, gue ngeri waktu lo mukulin Mega dengan brutal. Gue kira lo lagi kesurupan," omel Vania sembari duduk di sofa dan memangku bantal sofa milik Mega.

"Gue nggak papa," ujar Permata singkat.

"Kalau kamu ada masalah cerita aja," kata Cahaya menatap Permata lembut.

Permata tidak menghiraukan Putri. Gadis itu menutup kotak p3k dan menarohnya di meja.

"Selesai," ucap Permata yang sudah selesai mengobati kening Mega. Cahaya yang melihat Permata mengabaikan ujarannya pun hanya menghela napas. Permata memang seperti itu.

"Aku dari tadi mau nanya tau!" Putri membuka suaranya. Gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Vania menoleh dan memutar bola mata malas.

"Nanya apa ha?"

"Aku mau nanya sama Mega." Putri menatap Mega serius.

Mega sontak menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Kening kamu nggak sakit?" celetuk Putri membuat Vania meremas-remas bantal sofanya dengan perasaan jengkel. Gadis itu mengumpat dalam hati, ia pikir Putri ingin bertanya hal penting.

"Retorik," ujar Permata dengan wajah datar.

"Kalau kening gue nggak sakit kenapa? Dan kalau kening gue sakit kenapa?" Mega menatap Putri datar.

"Nggak papa. Aku nanya doang, soalnya kamu dari tadi diem. Ekspresi wajah kamu santai, aku kira kening kamu nggak sakit."

Vania mengelus dadanya. Gadis itu memejamkan matanya sembari mengucap kata sabar dalam hati. Ia harus meredakan emosinya, ia tidak boleh marah, iya tidak boleh.

"Serah lo." Mega tidak menghiraukan Putri. Jika ia terus meladeni gadis itu maka ia akan dibuat pusing sendiri dan emosinya pun pasti tidak akan terkontrol.

"Siput sebelum bedak gue melayang dikedua lubang hidung lo. Lebih baik lo diem," tekan Vania. Gadis itu menatap ke arah Putri dengan memaksakan senyumnya.

"Siap. Aku bakal diem."

"Pinter," kata Cahaya dengan tersenyum.

Permata menghela napas kasar. Ia melihat jam diponselnya. Sial, ia lupa jika ada janji dengan mamahnya untuk mengantarkan mamahnya ke salon. Sontak Permata bangkit dari duduknya mengalihkan perhatian teman-temannya.

"Lo mau pulang?" tanya Mega.

Permata mengangguk, "Ada janji sama Mamah," jawab Permata. "gue pulang."

Mega, Cahaya,  Putri,  dan Vania mengangguk kompak. Permata pun langsung beranjak pergi dari rumah Mega dan menuju ke mobilnya.

***

Berlian memegang ponselnya dengan gelisah. Cowok itu beberapa kali menatap ke arah Sakti yang sedang mengawasinya. Oh tidak, Sakti hari ini sudah seperti Jingga yang selalu memperhatikannya. Dan masalahnya, Sakti memperhatikan Berlian agar cowok itu tidak menghubungi Permata membuat Berlian kesal.

Badai sedang tertawa bersama Angin. Cowok itu asik memakan snacknya. Sampai Badai menoleh ke arah Berlian yang sedari tadi mengecek ponselnya sontak cowok itupun tertawa.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang