"Sama seperti tokoh dalam cerita. Manusia akan mengalami dua tipe dari akhir ceritanya, yang pertama adalah akhir cerita yang menyakitkan dan yang kedua adalah akhir cerita yang membahagiakan."
-Story of ALBIRU.
Happy reading ✨🌻
Permata menatap dingin orang yang berada di depannya. Melayangkan tatapan tidak enak sekaligus kecewa, sedangkan yang ditatap hanyalah meremas tangannya gugup.
"Nyonya Melati yang terhormat. Bagaimana kabar Anda?" Tatapan Permata membuat Melati merasa tidak nyaman dan bergerak gelisah.
"Saya baik-baik saja."
Permata menaikkan alisnya dengan wajah datar, "Anda masih baik-baik saja setelah saya masukan ke sini? Apakah tidak ada rasa bersalah sedikit pun didiri Anda untuk momy saya?"
Melati menatap Permata tajam, "Saya tidak akan minta maaf, saya juga tidak merasa bersalah karena momy kamu pantas untuk mendapatkan itu semua." Melati berdecih.
Permata mengepalkan tangannya kuat. Berdiri, dan memerintahkan anak buah ayahnya untuk menghukum wanita ini lagi.
"Hukum dia," titahnya tak terbantah.
Pria itu menurut. Dengan kasar mencekal tangan Melati dan mendorongnya hingga terduduk dilantai. Pria itu mengambil sabuk yang terbuat dari besi, berniat untuk menghukum wanita yang berada di hadapannya ini. Hendak mencabuk, namun suara Permata mengintrupsi.
"Berhenti."
Sontak pria itu menurunkan sabuk itu kembali dan menatap Permata dengan tatapan bingung.
Permata menghela napas, "Dia wanita. Jangan melukai fisiknya, hukum dia dengan sepantasnya. Jangan beri ia makan selama satu hari, bagaimana pun dia pernah menjadi mamah saya, merawat saya dan menyayangi saya."
Permata memalingkan wajahnya ketika Melati menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Sebelum air matanya luruh. Permata lebih dulu melenggang pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Melati yang masih terdiam. Ruangan itu berada di bawah tanah. Melati dimasukan ke penjara bawah tanah oleh Hero, sama seperti Revan.
Saat berada di luar Permata meneteskan air matanya dan segera menghapusnya saat Berlian mendekatinya.
"Lo kenapa?" tanya Berlian yang sempat melihat Permata menangis.
Permata menggeleng, "Nggak papa ayo pergi." Permata pun berlalu mendekati motor Berlian. Berlian hanya menghela napas dan menyusul Permata. Permata datang ke tempat ini bersama Berlian, tapi Berlian tidak dibolehkan untuk ikut ke dalam dan harus menunggu di luar. Berlian pun tidak tahu apa alasannya.
Berlian menyalakan motornya dan melenggang pergi dari sana bersama Permata yang melingkarkan tangannya diperutnya dengan erat dan wajahnya yang ditenggelamkan ke punggung cowok itu.
***
Permata mengernyit bingung saat Berlian menepikan motornya di jalanan. Cowok itu melepas helmnya, mengacak-acak rambutnya sebentar, dan sedikit menoleh ke Permata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...